Menyapa serupa kawan tak diundang, pun ditunggu
Bagai ribuan pedang siap membantai mimpi-mimpi dan harapan
Memburu tanpa ragu sisa-sisa kekuatan
Engkau menawarkan kematian lewat jalur cepat, praktis, tanpa basa-basi
Bumi bergetar mendekap ribuan jiwa-jiwa manusia terkapar
Kubaca warnamu seperti mengajakku menari
Tenggelam dalam riuh perang terakbar
O, inilah kisah nyata tentang musnahnya peradaban
Pesta pora, anggur darah dan gelas-gelas bersulang
Politik bernyanyi, kemanusiaan memaki-maki
Semua bagai ikut ambil peran dalam drama kehidupan
Kecemasan, ketakutan dan prasangka buruk
Betapa malang bumiku sayang
Sebuah pandemi memecah belah tanpa aba-aba, pun pengampunan!
Tanpa sadar, Tuhan mengamati dari tempat yang jauh
Ia pun tertawa miris dan menggeleng-gelengkan kepala