Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Kunjungan Pimpinan ke Indonesia yang Menggali Kenangan dan Harapan di Tanah Air Indonesia

16 Oktober 2024   12:50 Diperbarui: 16 Oktober 2024   13:10 31 0



Video YouTube tersebut menampilkan pidato mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, di Universitas Indonesia pada tahun 2010. Dalam pidatonya, Obama memanfaatkan berbagai elemen retorika dan dialektika untuk menarik perhatian audiens dan membangun hubungan yang kuat dengan mereka. Dia menggunakan cerita pengalaman masa kecilnya di Indonesia dan hubungan keluarganya untuk menciptakan ikatan emosional dan intelektual. Dengan pendekatan ini, Obama berhasil menyampaikan pesan-pesan yang relevan sekaligus memperkuat kredibilitasnya di hadapan audiens. Pidato ini mencerminkan keterampilan Obama dalam membangun kepercayaan dan empati melalui komunikasi yang efektif. 

Kalian sudah tau belum apa saja sih elemen-elemen retorika?? 

Elemen retorika adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan secara persuasif dan efektif kepada audiens.  Elemen utama dalam retorika meliputi:

1. Ethos: Kredibilitas pembicara. 

Pembicara menampilkan otoritas, pengalaman, atau moralitasnya untuk membangun kepercayaan dari audiens.

2. Pathos: Daya tarik emosional. 

Pembicara berusaha mempengaruhi emosi audiens, seperti empati, kemarahan, atau rasa bangga, guna mendukung pesan yang disampaikan.

3. Logos: Daya tarik logis. 

Pembicara menggunakan argumen yang rasional, bukti, dan data untuk meyakinkan audiens mengenai kebenaran pesan yang disampaikan.

Dari sini kita dapat menganalisis video pidato tersebut dengan melihat  elemen -- elemen diatas, seperti berikut :

1. Ethos: Kredibilitas pembicara. 

Obama membangun kredibilitasnya di awal pidato dengan memberikan ucapan terimakasih kepada para dosen dan staf serta mahasiswa  dan kepada Dr. Gumilar Rusliwa Sumatri atas keramah tamahannya. Hal ini menunjukkan hormat dan respek terhadap audiens serta petinggi  di Universitas Indonesia. Selain itu, disaat mulai ke penutup pidato, dia merasa tersanjung kepada mantan Presiden Yudhoyono karena telah memberikan jamuan makan malam dengan baik. Dia juga menyebutkan pengalaman pribadinya di Indonesia, termasuk masa kecilnya dan hubungan keluarganya dengan negara itu. Ia menceritakan bagaimana ibunya  terus kembali ke Indonesia selama 20 tahun  untuk bekerja dan mengejar hasratnya dalam mempromosikan peluang di desa-desa di Indonesia khususnya peluang bagi perempuan dan anak perempuan Hal ini membantu menciptakan rasa kepercayaan dan kedekatan dengan para pendengarnya.

2. Pathos: Daya tarik emosional

Obama secara efektif memanfaatkan cerita masa kecilnya untuk membangkitkan rasa nostalgia dan sentimen positif dari audiens. Dengan menggambarkan pengalamannya membeli sate dan bakso yang "Sate!" "Bakso!" dari pedagang kaki lima serta bermain layangan dan berlari-lari di sawah. Ia menghadirkan gambaran yang sangat akrab bagi masyarakat Indonesia, khususnya mereka yang tumbuh dalam lingkungan budaya serupa. Selain itu, Obama menunjukkan empatinya dengan menyinggung bencana alam yang baru saja melanda Indonesia, seperti tsunami dan letusan gunung berapi. Pernyataannya tentang solidaritas Amerika Serikat dalam memberikan bantuan mencerminkan pemahamannya terhadap penderitaan rakyat Indonesia. Sikap ini menegaskan bahwa ia tidak hanya peduli, tetapi juga siap mendukung bangsa Indonesia dalam masa-masa sulit. Hal tersebut semakin memperkuat hubungan emosional antara dirinya dan para pendengar, menciptakan ikatan yang lebih dalam melalui pengakuan atas tantangan yang dihadapi oleh masyarakat setempat.

3. Logos: Daya tarik logis

Pembicara menggunakan argumen logis untuk menjelaskan perubahan positif yang telah terjadi di Indonesia selama empat dekade terakhir. Dia melihat perkembangan Jakarta saat ini sangat berbeda saat dia masih kecil, kota kecil menjadi metropolis besar. "Jakarta terlihat sangat berbeda pada masa itu kota ini dipenuhi dengan gedung-gedung yang tingginya tidak lebih dari beberapa lantai. Hotel Indonesia adalah salah satu dari sedikit gedung bertingkat dan hanya ada satu gedung besar department store bernama Sarina itu saja", kata Obama. Selain itu peran penting Indonesia dalam ekonomi global saat ini. Dalam konteks yang lebih luas, dia  menyoroti peran Indonesia yang semakin penting di panggung global dan Asia-Pasifik. Hal ini mencerminkan pengakuan akan kontribusi negara Indonesia dalam ekonomi dan politik dunia. Penyampaian fakta-fakta ini membantu memperkuat argumennya tentang kemajuan dan potensi masa depan negara Indonesia.


Dalam pidato tersebut, Barack Obama menunjukkan penerapan teori dialektika Baxter dan Montgomery melalui keterikatan dan kemandirian. Ia mengekspresikan keterikatan emosional yang mendalam terhadap Indonesia dan masyarakatnya, berbagi pengalaman masa kecil yang membentuk identitasnya. Namun, di sisi lain, ia juga menegaskan kemandirian Amerika Serikat dalam memberikan dukungan kepada Indonesia, terutama dalam konteks menghadapi bencana alam. Ini menciptakan ketegangan antara kedekatan pribadi dan kewajiban diplomatik. Selanjutnya, terdapat elemen keterbukaan dan penutupan dalam pidato tersebut. Obama berbagi banyak pengalaman pribadi, termasuk nostalgia dan rasa kehilangan yang ia rasakan terkait Indonesia. Namun, ia juga mengakui adanya trauma sejarah dan konflik yang mungkin tidak sepenuhnya dipahami olehnya atau generasi sebelumnya, menciptakan batasan dalam pengetahuan dan pemahaman tentang negara tersebut. Akhirnya, pidato ini mencerminkan hubungan antara stabilitas dan perubahan. Obama mengakui transformasi Indonesia dari negara yang sederhana menjadi pusat ekonomi dan budaya yang signifikan, sambil tetap menghormati sejarah dan perjuangan masa lalu. Ini menciptakan dialektika antara pengakuan atas stabilitas yang dicapai dan pengakuan bahwa perubahan adalah bagian penting dari kemajuan.



KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun