Apakah Anda ingin tahu resep-obat untuk menangani rasa khawatir yang berlebihan?
Sebelum berlanjut ke pokok bahasan utama, sedikit saya ulas permasalahan yang kita
dengar. Orang sering mengatakan " Saya begitu cemas sehingga saya tidak bisa tidur"
Seorang pemuda sedang curhat kepada kekasihnya:
"Dik.... , tadi pagi saya tidak bisa makan, karena memikirkan kamu,
siang-nya, saya juga tidak makan karena terus mengkhawatirkanmu,
sampai akhirnya.. malam ini-pun saya tidak bisa tidur,.. karena, saya........kelaperan"
Meskipun dialog diatas hanya sekedar lelucon, tetapi juga menggambarkan bahwa
akibat yang ditimbulkan oleh perasaan cemas dan khawatir, dapat mempengaruhi
kesehatan secara langsung. Mulai dari tibul stress, keringat dingin, jantung berdebar,
perut sakit dan kepala terasa berat. Belum lagi rasa mual dan rasa sesak di dada,
sungguh tidak enak rasanya..
"Saya begitu khawatir jatuh sakit! Saya tidak makan atau tidur selama 3 hari 3 malam.
saya terus berjalan di dalam lingkaran kegilaan" , begitulah di mana kita meraba-raba
disekitar, ketika kita dibutakan oleh rasa khawatir.
Lalu sekarang ijinkan saya memberitahu Anda metode untuk memecahkan masalah ini,
Adah 3 langkah sederhana. Siapapun dapat melakukannya!
1. Tanyakan pada diri sendiri, '' Apa yang terburuk yang mungkin bisa terjadi? "
Ini langkah menganalisis situasi dengan berani dan jujur. Mencari tahu kemungkinan
terburuk apa yang mungkin bisa saja terjadi. Misalkan sebagai akibat dari suatu
kegagalan, apakah saya akan masuk penjara atau akan ada yang menembak saya.
Atau saya harus membayar uang ganti-rugi?
Benar, ada juga kemungkinan bahwa kita akan kehilangan suatu pekerjaan, atau posisi.
2. Bersiaplah untuk menerima jika memang harus.
Setelah mencari tahu apa yang terburuk yang mungkin bisa terjadi, saya akan
berlapang dada untuk menerima, jika itu memang harus saya terima. Saya berkata pada
diri sendiri: Kegagalan ini akan menjadi tamparan untuk selalu mengingatkan saya, dan
mungkin jika berarti saya kehilangan pekerjaan saya, saya masih bisa mendapatkan
pekerjaan lain. Kondisi memang bisa jauh lebih buruk, dan sejauh saya masih
bisa bertahan, saya akan tetap menerimanya.
3. Kemudian dengan tenang melanjutkan untuk memperbaiki.
Setelah menemukan hal terburuk yang mungkin akan terjadi , selanjutnya saya
mendamaikan diri saya untuk menerima hal itu, dan yang paling penting . saya segera
dengan tenang dapat mengabdikan waktu dan energi untuk mencoba memperbaiki
akibat dari hal terburuk tsb dan saya sudah siap mental untuk itu.
Saya sekarang mencoba untuk mencari tahu cara dan sarana apa yang dapat
mengurangi kerugian yang ditimbulkan.
*********************************************************************
KESIMPULAN: Kita mungkin tidak akan pernah mampu melakukan sesuatu jika
kita terus mengkhawatirkan sesuatu yang buruk yang akan terjadi. Konsep tentang
terlalu khawatir adalah bahwa hal itu justru menghancurkan kemampuan kita untuk
berkonsentrasi. Ketika kita khawatir, pikiran kita melompat- lompat dan kesana-kemari
( seperti Ayu Tingting mencari alamat) yang pada akhirnya kita kehilangan semua
kekuatan untuk mengambil keputusan. Namun, ketika kita memaksa diri kita sendiri
untuk menghadapi yang terburuk dan menerima secara mental, kita akan
menghilangkan semua imajinasi tidak jelas, juga menempatkan diri kita
dalam posisi di mana kita dapat berkonsentrasi penuh pada masalah kita.
"Kedamaian pikiran sejati " kata filsuf Cina, "berasal dari menerima yang terburuk"
Secara psikologis, itu berarti pelepasan energi. "
Ketika kita telah menerima yang terburuk, kita tidak lagi kehilangan lebih banyak.
Dan yang secara otomatis berarti-kita memiliki energi yang cukup untuk
memperbaiki sesuatu.
"Setelah sebelumnya kita mencari tahu apa yang mungkin terjadi, kemudian kita
bersiap untuk menghadapi yang terburuk, kita selanjutnya dengan santai bisa berpikir jernih"
Masuk akal, bukan? Namun jutaan orang telah menghancurkan kehidupan mereka dalam
gejolak marah, karena mereka menolak untuk menerima yang terburuk; menolak untuk
mencoba memperbaiki; menolak untuk menyelamatkan apa yang bisa mereka selamatkan"
(Depok, 21 November 2011 ; oleh : Yeda Hendrayana)