[caption id="attachment_293773" align="aligncenter" width="500" caption="hujan es (dok allclaimspublicadjusters.com)"][/caption] Awalnya saya telah sering mendengar tentang terjadinya hujan es di beberapa daerah di negara kita. Namun selama ini saya tak begitu tertarik untuk mengetahui penyebabnya, hingga kemarin sore saya mengalami sendiri hal itu. Sekitar jam 3 sore, hujan terjadi di daerah saya. Bukan hujan biasa, tapi hujan disertai es yang besarnya kira kira 1 sentimeter. Langsung saja para tetangga juga anak-anak saya heboh. Jatuhnya es yang menimpa atap genteng dan seng berisik sekali suaranya. Apalagi ditambah hujan yang lebat disertai angin kencang. Padahal sejam sebelumnya cuaca sangat panas. Anak saya bertanya kepada saya kenapa bisa terjadi hujan es . Pertanyaan anak saya inilah yang akhirnya membuat saya mencari sebab-sebab yang menimbulkan terjadinya hujan es ini. Dari hasil bertanya pada opa Google saya menemukan bahwa hujan es (Hail Stone) terjadi karena adanya awan yang tebal dan berlapis yang bernama awan Cumulu Nimbus (jadi inget Harry Potter :D). Awan ini memiliki tebal lebih dari 8 kilometer dengan dasar awan 300 meter. Dasar awan adalah ketinggian awan dari permukaan bumi. Adanya awan tebal ini menyebabkan satu sampai dua hari sebelum hujan hawa di permukaan terasa gerah dan terik. Sebagian panas matahari diserap bumi sebagian lagi dipantulkan. Tapi karena terhalang awan tebal, panasnya tidak kemana-mana sehingga terasa gerah. Selain itu hujan es terjadi karena adanya arus udara atas dan bawah yang kuat yang membekukan air hujan di puncak awan (ketika itu awan dingin bersuhu kurang dari -10 derajat celcius). Bila air hujan telah membeku di puncak kemudian menurunkannya ke tempat yang lebih hangat untuk menghimpun kelembaban sebelum siklus berulang. Semakin sering hal ini terjadi, semakin besar ukuran batu es dan tentu semakin besar butiran atau gumpalan es makin berbahaya bagi penduduk. Untungnya di negara kita butiran es yang turun bersama hujan relatif kecil (karena efek dari negara tropis kali ya). Berbeda dengan yang pernah terjadi di Kansas bulan Mei 2007. Butirannya sebesar bola bisbol. Atau yang dialami oleh Mbak Endah Raharjo ketika di Melbourne yang butirannya sebesar bola pingpong. [caption id="attachment_293776" align="aligncenter" width="500" caption="hujan es di Melbourne Maret 2010 (dok.Wing Raharjo)"][/caption] Pihak Badan Meterologi dan Geofisika (BMG) mengatakan bahwa kapan terjadinya hujan es tidak bisa diprediksi kecuali dengan melihat bentuk awannya. Dan lagi hujan es yang disertai angin tidak tampak dalam satelit dan radar hujan. Jadi kalau cuaca sangat panas dan terik tiba-tiba berganti gelap, kita berhati-hati saja. Tapi paling tidak kejadian kemarin telah menyadarkan saya bahwa Global Warming ternyata bisa jadi lebih parah dari yang kita duga. Setelah tak ada musim kemarau tahun ini, hujan es, angin puting beliung, lalu apa lagi yang akan menimpa kita nanti. Sumber berita :
tempointeraktif.com , lintasberita.com
KEMBALI KE ARTIKEL