Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature Pilihan

Cerita Haru Pekerja Harian di Tengah Pandemi

7 April 2020   00:25 Diperbarui: 7 April 2020   01:40 123 2
Sudah cukup banyak berita yang mengabarkan perusahaan yang merumahkan karyawannya, pekerja harian yang berkurang penghasilannya, keluarga pra-sejahtera semakin sulit memenuhi kebutuhan makan dan kebutuhan sehari-hari, serta berbagai problematika ekonomi akibat luasnya penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia. Di situasi yang tidak mudah ini, mereka tetap optimis dan menyampaikan harapannya agar semua kembali membaik. Para pekerja harian ini tetap semangat bekerja dan mencari nafkah seperti hari-hari sebelumnya.

Kebaikan-kebaikan para dermawan membawa harapan bagi para pekerja non-formal, pekerja upah harian, dan keluarga pra-sejahtera. Operasi Pangan Gratis yang diinisiasi oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) menjadi salah satu ikhtiar untuk membersamai masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan. Tentunya, solidaritas sosial juga diperlukan demi kelangsungan hidup saudara sebangsa yang dirundung kesusahan. Berikut sekilas cerita para pejuang, tenaga harian di tengah pandemi:

Agus, Pengemudi Grab
Pengemudi asal Kelurahan Sukamajukidul, Kecamatan Indihiang, Tasikmalaya tak menyangka pandemi Covid-19 berdampak signifikan pada nafkahnya. Dalam situasi normal, Agus bisa mendapatkan 8-9 pesanan perjalanan dalam sehari. Namun, sejak pandemi corona meluas, ia hanya mendapatkan 3-4 pesanan perjalanan saja. "Biasanya bisa 9 (perjalanan). Sekarang mau 4 (perjalanan) saja susah," ungkap Agus, yang telah menjadi pengemudi ojek online sejak 2017.

Hermanto, Supir Angkot
Usianya yang tak lagi muda tidak membuat Hermanto patah semangat dalam menghidupi keluarga. Ia merupakan seorang sopir angkutan umum trayek Terminal Depok-Depok Timur yang harus menghidupi seorang istri dan lima orang anaknya. Semenjak wabah corona menghantui Indonesia, Hermanto sangat merasakan dampaknya. Penghasilannya tak sebanyak dahulu sebelum pandemi Covid-19 melanda. Sementara itu, kebutuhan enam anggota keluarganya harus tetap dipenuhi. Hermanto menuturkan, tiap harinya ia hanya mendapatkan uang puluhan ribu saja. Angka ini jauh dari setoran yang seharusnya. "Biasanya, sebelum wabah, bisa dapat hingga ratusan ribu dan bisa bawa pulang uang Rp 60 ribu-Rp 90 ribu setelah dipotong bensin dan setoran ke pemilik mobil. Sekarang susah banget dapat penumpang, anak sekolah sama orang kerja kan banyak yang libur," ungkap Hermanto.

Amir, Pengemudi Angkot
Hal yang sama dirasakan Amir, pengemudi angkot untuk trayek Terminal Depok-Depok Timur. Sejak Covid-19 mewabah, pendapatannya sangat berkurang. Ia sering tak mampu memberikan setoran sewa ke pemilik mobil angkot. Namun, Amir mengaku pemilik angkot bisa memahami kondisi yang saat ini terjadi. Amir merupakan beberapa di antara pekerja dengan gaji harian. Tak ada gaji tetap. Mereka bergantung pada orang lain yang menggunakan jasanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun