[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="anak-anak rohingya di hibur di aceh"][/caption] Anak-anak pengungsi Rohingya nampak berpendar-pendar matanya. Sesekali bibir mereka tersenyum. Yang lainnya malah tergelak melihat aksi kocak pantomim para relawan mahasiswa di atas panggung. Tepuk tangan anak-anak itu pun membahana. Para penghibur itu berasal dari relawan mahasiswa yang tergabung dalam Rajut Universitas Samudra, Langsa. Kerjasama dengan ACT menghibur mereka dengan sajian pantonim di sekitar Posko Aksi Cepat Tanggap di Pelabuhan Kuala Langsa, Senin (18/5/2015). Saat tim relawan lain dari ACT membagi-bagikan es krim, kebahagiaan anak-anak itu pun makin membuncah. Para pengungsi pun ikut unjuk gigi menyanyikan lagu daerah dalam bahasa Burma. ACT memang sengaja memesan esk krim dengan volume yang cukup untuk 150 anak-anak pengungsi yang mulai tumbuh remaja itu. “ Meskipun hanya berjumlah 60 anak, saya minta tim even pesan es krim untuk 150 anak. Karena pasti sebagian mereka kepingin nambah, dan ada juga ibu mereka yang ikut nimbrung. Belum para relawan yang juga ingin menjilat segarnya es krim di tengah panasnya pelabuhan Kuala Langsa ini,” ujar Apiko JM dari ACT. Menurut Adi, Perwakilan dari Rajut, kegiatan ini untuk menghibur para pengungsi Rohingya khususnya anak-anak agar ceria kembali setelah mengalami masa sulit di Myanmar dan perjalanan panjang di laut yang serba ketakutan dan kelaparan. Maimunah, Relawan ACT yang ikut menyemarakkan aksi trauma healing ini mengungkapkan keprihatinannya pada pengungsi. Umumnya anak-anak sulit tersenyum, apalagi mereka mengalami kendala bahasa. “Hanya satu dua orang pengungsi yang menguasai bahasa Inggris dan A rab, sehingga kami sedikit kesulitan melakukan komunikasi dengan mereka”, ujar Mai, yang fasih berbahasa Arab.
(sty,ajm) Sumber
KEMBALI KE ARTIKEL