Tingkat kejahatan semakin hari semakin sering terjadi dan kian aktif berkerja leluasa dan semakin ahli berimprovisasi menyesuaikan dengan laju perkembangan tekhnologi dan budaya saat ini yang terus berlangsung dan berkembang.
Layaknya kejadian yang sering terjadi hampir menyamai reputasinya dengan film-film hollywood bahkan kenyataannya lebih menegangkan dari apa yang dapat difilm kan oleh sang sutradara.
Kenyataan yang harus kita terima dan hadapi saat ini adalah bahwa sesungguhnya kemampuan akal logika, rasa, hati, dan keyakinan kita pada TUHAN ternyata masih dapat digeser-geser, alias digoyahkan oleh kemampuan beberapa akal logika otak manusia yang kebetulan memiliki versi pemikiran dan keyakinan terhadap TUHAN yang mungkin berbeda dengan kebanyakan orang lain umumnya.
Banyaknya aliran-aliran agama berkeyakinan kepada TUHAN dan ALQURAN (khusus umat muslim saja), paling tidak memberikan pandangan dan gambaran bahwa sesungguhnya ada sebagian diantara umat muslim ini tidak bersepakat dalam meyakini dengan persamaan implementasi dalam tindak nyata kehidupan umat muslim beragama.
Namun, perbedaan itu tidaklah menjadi sebuah inti persoalan sebenarnya, karena sesungguhnya PERBEDAAN memang sudah ada diciptakan oleh TUHAN sebagai salah satu ujian yang harus dijalani untuk para mahluk ciptaan NYA.
Ujian diberikan oleh TUHAN, sejak Adam dan Hawa masih tinggal dalam lingkungan SURGA, hingg suatu ketika Syaithan menggoda mereka utk melakukan Perbuata Salah atau Perbuatan yang melanggar perintah TUHAN. Dan kita ketahui bersama berdasarkan kitab perjanjian lama dan kitab Alquran, adam dan hawa dihukum oleh TUHAN, untuk menjalani hukumannya dengan diturunkan kesebuah tempat salah satu ciptaanNYA, yaitu BUMI.
Dan dibumi ini lah proses hukuman dan ujian terus berlanjut, hingga kemudian adam dan hawa belajar tentang segala sesuatu secara alamiah, yang juga disukung oleh akal logika, rasa, hati, dan kejelian mereka dalam memperhatikan, menilai dan memaknai serta mengambil hikmah dari proses kehidupa alam (flora,fauna,cuaca,musim,laut,sungai dan lain-lain) yang turut mereka nikmati sebagai hasrat kebutuhan dan mereka implementasikan rasa syukur tersebut seperti apa yang juga TUHAN perintahkan kepada mereka (adam& hawa).
Maka jika boleh menyimpulkan (maaf, versi saya), Syaithan lah musuh utama kita dalam bentuk " nafsu". Nafsu, adalah sebuah rasa hasrat keinginan yang pasti ada pada setiap mahluk hidup ciptaanNYA. Nafsu sesuatu yang sangat membutuhkan pengendalian dari akal logika dan hati nurani suci, jika nafsu itu tidak terkendali, maka itulah yang disebut dengan nafsu syaithan dan dikategorikan sebagai malapetaka baik untuk diri sendiri atau pun untuk orang lain.
Dan, jika nafsu syaithan sudah menjelma, maka konsekuensinya pun sudah pasti Hukuman dan Azab dari TUHAN pasti akan kita dapati. sekali lagi akal logika berperan penting dan hati nurani harus tersadarkan (jangan ditidurkan terus) agar manusia mau berusaha memperbaiki kesalahankesalahan yang telah diperbuat atau lebih takut untuk melakukan kesalahan atas nama TUHAN.
Intinya, adalah terlalu mudah bagi kita untuk mencari PERBEDAAN Dan TERLALU SULIT MENCARI PERSAMAAN. Akibat mencari terlalu sering mencari Perbedaan daripada mencari Persamaan. Tanpa kita sadari kita telah menciptakan sebuah RUANG Dan CELAH untuk BERMUSUHAN. Hingga akhirnya menciptakan dan terciptanya RUANG untuk BERMUSUHAN Dan BERPERANG, antar satu sama lain.
Cobalah, kita luangkan sedikit waktu kita yang mungkin sangat sibuk ini, untuk mencari dan mendapati hikmah bijak terang dari semua proses kehidupan yang sedang kita jalani ini. Bahwa sesungguhnya hidup ini diwarnai dengan PERBEDAAN Dan PERSAMAAN, IBARAT MATA UANG LOGAM TERDAPAT DUA SISI DALAM SATU LINGKARAN.
Alangkah bijaknya jika kehidupan ini adalah berusaha MENGURANGI PERBEDAAN (dalam artian berusaha memaklumi setiap perbedaan yang terjadi,bukan memaksa harus menjadikannya dalam PERSAMAAN), MENINGKATKAN PERSAMAAN (dalam artian berusaha mencari hal yang sama dalam perbuatan yang baik, demi tewujudnya kehidupan yang selaras dan berimbang dunia akherat).
Lalu selanjutnya, biarkanlah TUHAN bekerja dengan RAHASIANYA, dan menilai umat hambanya berdasarkan kriteriaNYA. Dan kita para umat hambaNYA, teruslah menjalani hidup ini dengan sebuah keyakinan yang hakiki bijak tanpa harus menghakimi atau memaksakan kehendak pada sesuatu yang justru memecah belahkan rasa kemanusiaan dan terusik oleh rasa ketidak amanan dunia fana.
NB . ( TINGKAT KEIMANAN SESEORANG BUKAN TERGANTUNG PADA SEBERAPA AHLINYA SESEORANG MENDALAMI ILMU KEYAKINAN AGAMANYA. SEBAB TINGKAT KEIMANAN SESEORANG, HAKIKI HANYA MILIK URUSAN RAHASIA ANTARA SEORANG HAMBA & SANG KHALIK PENCIPTA )
( KEYAKINAN TERHADAP TUHAN TIDAK DAPAT DINALAR ATAUPUN DIAKAL LOGIKAN DALAM PEMIKIRAN DUNIA FANA. KEYAKINAN KU PADA TUHAN MURNI HAKIKI LAHIR DARI YANG TIDAK DAPAT TERSELAMI & TIDAK MEMERLUKAN PAMRIH ATAS DASAR KEYAKINAN TERSEBUT )