Walau tidak seheboh bawang putih, melambungnya harga jengkol belakangan ini banyak membuahkan tulisan-tulisan bagus di Kompasiana dan komen yang lucu-lucu dari para pemerhati dan penikmat jengkol. #termasuk saya hehehe . . . #
Tapi tulisan saya ini tidak menulis tentang buah jengkol yang lagi mahal dan langka, tapi tentang sebuah tempatindah yang bernama “Jengkol” atau kalau dengan ejaan lama “Djengkol”. Penasaran kan?
Penataran Jengkol terletak di desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Jarak dari kota Kediri sekitar 16 km kearah timur, atau kalau dari Pare sekitar 11 km ke arah selatan.Posisi geografis pada 7o 52’04” S dan 112 o09’03”T.Wilayah ini berada pada ketinggian 220 m dpl.Saya tidak pernah mendapat informasi yang akuratmengapa daerah ini diberi nama Jengkol.Kalau sekarang berkunjung ke sana maka tidak akan ditemukan satu pun pohon jengkol.Terakhir saya masih sempat melihat ada sebuah pohon jengkol yang tumbuh di salah satu bangunan, tetapi sekitar tahun 2005 pohon itu ditebang karena sudah tua dan tidak berbuah.
Penataran Jengkol adalah wilayah perkebunan tebu berupa lahan hak guna usaha (HGU) milik Pabrik Gula (PG) Pesantren Baru, sebagai salah satu dari sebelas PG di PT Perkebunan Nusantara X (Persero)), sebuah BUMN perkebunan. Lokasi pabrik gula itu sendiri berjarak 12 km dari Jengkol, yakni berada di Desa Mauni, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.
Dalam sejarahnya wilayah ini merupakan perkebunan jaman Belanda.Ini dulunya merupakan lokasi pabrik serat yang didirikan pada tahun 1850 dengan perkebunan nanas dan ketela pohon.Setelah kemerdekaan wilayah perkebunan ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Hingga era 1980-an, suatu daerah perkebunan merupakan wilayah yang eksklusif (enclave).Namun kini kondisinya sudah berubah.Akses masyarakat umum menuju ke Jengkol sangat terbuka dan dapat dicapai dari beberapa jalan yang terhubung ke sana. Penduduk sekitar hidup berbaur dengan kehidupan perkebunan.
Memasuki daerah Jengkol ini, dari arah Pare atau Kediri, ditandai dengan sebuah gapura masuk dimana di kanan kiri jalan raya ditemukan lahan-lahan tebu.Sekitar 400 meter setelah gapura, kita akan melihat pos penjaga keamanan dan jalan memasuki areal perkebunan tebu seluas hampir 2500 hektar. Pemandangan di lahan perkebunan tebu eksotik dengan latar belakang Gunung Kelud nan indah.
Selain wilayah kebun, tentu juga ada komplek perumahan dan perkantoran sebagai pusat pengelolaan kebun, yang letaknya berdekatan dengan lahan perkebunan dan ditandai dengan sebuah gapura.
Semua bangunan kantor atau rumah merupakanbekas peninggalan Belanda.Kecuali kantor dan laboratorium Pusat Penelitian Gula PTPN X(dibangun tahun 1992), merupakan pengembangan dan investasi untuk penelitian peningkatan produktivitas tebu.
Beberapa bangunan tua masih kokoh berdiri.Diantaranya adalah kantor HGU yang merupakan pusat pengendalian aktivitas perkebunan daerah ini. Bangunan atau fasilitas lainnya adalah gedung pertemuan, mess tamu/pesanggrahan, garasi kendaraan, gudang pupuk, gudang peralatan mekanisasi termasuk traktor, dan berbagai laboratorium.
Perumahan karyawan di Jengkol ini ada dua macam.Pertama, perumahan magersari, berukuran sedang yakni sekitar 80-100 m persegi. Bentuk rumah limasan kecil, dengan teras di depannya.Di perumahan magersari ini juga ada bangunan mirip barak.Bentuknya adalah seperti rumah panjang, yang terbagi menjadi kamar-kamar. Perumahan yang berukuran sedang biasanya dihuni oleh para karyawan setingkat mandor.Sementara bangunan barak, lebih difungsikan sosial bagi keluarga pensiunan jaman dulu atau keturunannya yang tidak mampu.
Bangunan perumahan lain adalah loji.Loji adalah rumah berukuran besar dan berhalaman luas, sekitar 800-1000 m persegi. Jarak antar rumah cukup berjauhan.Perumahan ini ditempati oleh karyawan setingkat sinder dan sinder kepala. Pada halaman yang luas itu umumnya terdapat pohon mangga, rambutan, melinjo, durian, dan nangka yang tumbuh subur.Ketela pohon dan pisang senantiasa tersedia sepanjang musim. Tidak terkecuali tanaman cabe, tomat, terong, jeruk, belimbing, kunyit, jahe, dsb. Juga ada kolam untuk memelihara ikan mas, gurami, lele, atau mujair.
Sebagai suatu lokasi yang relatif jauh dari kota, Jengkol dilengkapi dengan berbagai fasilitas.Disini ditemukan antara lain sekolah TK, Poliklinik, fasilitas olah raga (lapangan volley, sepak bola, tenis, basket, bulutangkis), tempat ibadah (masjid, gereja), pasar, toko dan warung makan. Sumber air kehidupan di Jengkol berasal dari mata air Sumur Jamban, berlokasi dekat pos keamanan.Sumber air ini melimpah dan sangat jernih.Masih ada fasilitas Gedung Pertemuan yang berkapasitas 200 orang.Gedung serbaguna ini selain untuk rapat atau kepentingan dinas kantor, juga untuk acara berlatih seni gamelan, tari dan karawitan serta pernikahan keluarga karyawan.
Jengkol berhawa sejuk, bahkan bila memasuki bulan Juli udara dingin dan angin yang bertiup cukup kencang dibanding biasanya. Jika musim penghujan kadang terasa menakutkan terutama di malam hari dengan suasana yang sangat sepi dan angin kencang, diiringi suara guruh yang panjang.Mungkin karena berada di kaki gunung Kelud, sehingga menjadi tempat bagi tiupan angin gunung dan kumpulan awan pembentuk hujan.
Suasana yang sejuk dan rindang bertambah indah dengan ratusan pohonmahoni.Terdapat sebuah kolam ikan yang cukup besar untuk sekedar bersantai.Kolam ini berada di tengah jalan utama yang dikelilingi oleh perkantoran, Loji, dan Gedung Pertemuan. Dulu kolam ini pernah dijadikan tempat wisata kolam pancing tetapi sekarang tidak difungsikan lagi untuk umum.
Daya tarik lain dari Jengkol adalah sebagai tempat yang terkenal dengan sate bekicot atau sering disebut sate 02. Ada juga keripik bekicot.Banyak warung di pinggir jalan yang menjual makanan ini dan wisatawan lokal biasanya akan mampir untuk menikmatinya. Ada Kompasianer yang suka ???
Tempat ini juga sering digunakan oleh sekolah-sekolah atau lembaga lain untuk kegiatan kemah pramuka, outbond atau manasik haji. Dulu di bagian lokasi lahan perkebunan yang masih berupa hutan juga sering digunakan untuk latihan tembak TNI, tapi sekarang sudah tidak lagi.
Keindahan Jengkol masih sangat memikat warga Belanda yang pernah menetap di sini.Tidak jarang mereka atau anak-anaknya yang pada saat itu masih kecil (bahkan dengan membawa cucunya) berkunjung ke Jengkol untuk bernostalgia tentunya. Biasanya mereka akan mengunjungi rumah yang pernah mereka tempati dulu dan so pasti berfoto ria.
Keindahan Jengkol selalu membekas di hati keluarga saya karena di sini kedua anak saya lahir dan mereka melalui masa kecilnya.Sekarang si sulung sudah mahasiswa, adiknya akan segera menyusul tahun ini. Mungkin suatu hari nanti anak-anak dan cucu-cucusaya akan datang ke Jengkol untuk bernostalgia dan berfoto ria seperti yang dilakukan orang-orang Belanda itu, hehehhe ............. :)
Terima kasih sudah membaca tulisan ini.
Salam Kompasianer