Akhir September lalu saya berkesempatan pulang ke kampung halaman untuk melepas keberangkatan ibu dan kakak tercinta bersama suaminya menunaikan ibada haji.Mereka berangkat sebagai jamaah haji kota Payakumbuh, embarkasi Padang, Sumatera Barat.
Payakumbuh berjarak 30 km dari Bukititinggi, 120 km dari kota Padang, dan 188 km dari kota Pekan Baru. Wilayah administratif kota ini dikelilingi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota. Daerah ini memiliki pemandangan alam yang sangat indah.Selain memiliki Lembah Harau, suatu cagar alam yang eksotik,Kabupaten Lima Puluh Kota ini juga terkenal dengan Kelok 9. Dibaca KelokSambilan(kelok = belokan, 9= Sambilan, dalam bahasa Minang ). Kelok 9 terletak sekitar 30 km sebelah timur Kota Payakumbuh.Tepatnya di desa yang bernama Jorong Aie Putiah, Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota.
Saya berkesempatan mengunjungi Kelok 9 dan Jembatan Layang Kelok 9 bersama kakak dan adik-adik disela-sela waktu keberadaan saya yang hanya semalam di kota Payakumbuh. Kelok 9 dibangun oleh pemerintahan Belanda sekitar tahun 1908–1914 sebagai satu-satunya akses jalan dari Provinsi Sumatera Barat menuju Provinsi Riau dengan melintasi Bukit Barisan. Setiap kendaraan dari Pekan Baru menuju Padang atau sebaliknya pasti melalui Kelok 9. Ruas jalan ini begitu istimewa karena berada di lembah antara 2 bukit pada gugusan Bukit Barisan. Dinamakan Kelok 9 karena ruas jalan sepanjang 300 meter ini memiliki belokan yang berjumlah 9 dan berbentuk zigzag bila dilihat dari atas. Lebar jalan 5 meter dengan ketinggian80 meter.