Saya adalah salah satu dari sekian puluh ribu korban banjir pada tahun 2005. Waktu itu saya tinggal di Bekasi daerah Gunung Putri, Cibinong. Tempat tinggal itu masuk dalam lingkup Bogor sebenarnya, perbatasan antara Bekasi Barat dan Bogor. Saat itu saya masih seorang anak yang berumur 3 tahun, yang baru tahu banjir itu seperti apa. Ibu yang berasal dari jawa timur juga baru merasakan banjir pertama kali. Ketika itu banjir bandang, banjir yang datang tiba-tiba di tengah malam. Tidak ada persiapan apapun, semua barang akhirnya terkena banjir. Saya terbangun dan melihat sepatu saya yang mengapung di air coklat setinggi perut ibu saya. Ibu menggendong saya keluar dan memberikan saya ke bapak karena banjir semakin deras. Kulkas yang mengapung seperti kura-kura sudah tidak mencuri perhatian saat itu, semua orang bingung menyelamatkan barang berharga dan keluarganya. Bersyukur saat itu juga tetangga ada yang berbaik hati berkenan menerima saya dan keluarga untuk mengungsi hingga air surut. Semua barang yang tidak sempat diselamatkan rusak sia-sia dan tidak dapat dipakai lagi terpaksa untuk membeli yang baru. Bersyukur pula saya dan keluarga semua selamat tanpa ada luka.