Pada tanggal 6 -7 Juni, 2014, Penulis diundang ke Balikpapan, Kalimantan Timur oleh Panitia sebagai narasumber Lokakarya Metode BaruAnalisis Beban Kerja dan Perencanaan SDM RS. Lokakarya ini menggunakan konsep, buku rujukan dan software yang dikembangkan penulis. Dengan software ini dapat analisis beban kerja dan menghitung jumlah SDM yang dibutuhkan unit2 RS secara akurat dan sangat cepat (hanya dibutuhkan waktu 5 menit untuk menghitung perawat RS). Lokakarya ini merupakan kelompok ke 40 yang diikuti oleh 38 pesertayang terdiri dari manager dan direkturRS.
Lokakarya dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan. Pada sambutannya, beliau menyampaikan rasa syukur bahwa semalam hujan dan berharap air PDAM mengalir dengan lancar ke-rumah2 pelanggan. Oh rupanya, PDAM Balikpapan produksi volume dan mutu air minum rendah, sangat tergantung pada curah hujan. Terbesit dalam benak penulismemangnya adaPDAM yang airnya layak minum di negeri ini?
Selanjutnya, lokakraya dipimpin oleh penulis,sebagai selingan saya menyampaikanpertanyaan : “ Apakah PDAM itu”?Semua peserta dengan lancar menjawab: “PDAM adalah Perusahaan Daerah Air Minum”.Kemudian saya tanya kembali : “ Adakah diantara peserta yang menggunakan produk PDAM sebagai air minum”? Kali ini pesertatidak segera menjawab dan satu2 perserta mulai menyampaikan mereka tidak pernah gunakan air PDAM sebagai air minum! Kalau begitu, PDAM adalah Perusahaan Daerah Air Mandi dan Cuci, bukan ?! Terasa sarkasme ya. Tapi itulah kenyataan dari sebagian besar kualitas produksi air minum PDAM diseluruh kota Indonesia! Air yang dihasilkan tidak layak diminum selain warnanya keruh dan rasanya tidak enak untuk diminum, sehingga hanya dipakai untuk mandi dan cuci saja!
Semua peserta menyampaikan untuk minum dan masak mereka menggunakan air galon yang di-import dari Jawa dengan harga 1 galon Rp 32.000,- lebih mahal 2 kali lipat dari harga di Jawa. Bisa dibayangkan berapa milyar rupiah yang dikeluarkan oleh penduduk untuk membeli air galon. Mari kita hitung,jumlah rumah tangga kota Balikpapan pada tahun 2010 adalah 138.111 RT. ( sumber: http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=306&wid=6471000000) Kalau 1 keluarga butuh 1 galon per minggu sehingga dibutuhkan 52 galon per tahun. Bila 20% rumah tangga saja yang menggunakan air galon maka jumlahnya = 20% x 138.111 = 27.622 keluarga. Total biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk air galon per tahun adalah = 27.622 x Rp 32.000 x 52 (mgg) = Rp 45,963 milyar/tahun. Ini artinya, keluarga dengan anggota 4 orang hanya minum 5 liter per minggu atau hanya 5/7 liter per hari! Tentunya, kurang! Sedangkan kebutuhan manusia akan air minimal 2 liter per hari. Dengan demikian, kebutuhan keluarga minimal 2,5 galon per minggu. Sehingga total biaya untuk air minum = Rp 45,963 milyar x 2,5 = Rp 114,907 milyar/tahun! Suatu besaran yang fantastis, itu hanya untuk 20% rumah tangga kota Balikpapan saja. Dapat diperkirakan, trilliunan rupiah dikeluarkan untuk membeli air minum oleh kelompok kelas menengah di kota2 Kalimantan bahkan diseluruh Nusantara. Ini disebabkan PDAM hanya menghasilkan kualitas air yang layak untuk mandi dan cuci! Itupun kadang ngalir kadang tidak! Masalah kualitas air PDAM tampaknya hampir merata di seluruh kota tanah air!
Penulis pernah tinggal di hotel terbaik di kota Sanggau, Kalimantan Barat. Ketika mau menggunakan air di kamar mandi, air sangat keruh berwarna kuning dan air di bak mandi penuh dengan lumpur. Kalau hotel terbaik di kota saja kualitas air seperti ini,bisa dibayangkan bagaimana kualitas air di rumah tangga. Pertanyaannya : “ Apakah teknologiuntuk menghasikan air bersih begitu sulit?” Rasanya, begitu banyak teknologi terapan maupun menengah yang dapat menghasilkan air bersih. Tapi kenapa tidak bisa terwujud? Saya yakin ini hanya soal manusia saja!
Kenapa PDAM merugi?
Umumnya PDAM di Indonesia merugi dan menghasilkan kualitas air yang tidak layak dikonsumsi oleh manusia. Kenapa hal ini bisa terjadi? Pertama, PDAM merupakan bancakan dari oknum eksekutif maupun legislatif di setiap kota maupun kabupaten di Indonesia. Inipengetahuan penulis, pada tahun 80an PDAM DKI Jakarta juga mengalami hal yang serupa. Ada teman PNS pada Inspektorat DKI Jakarta yang setiap bulan mendapat upeti dari PDAM. Tentunya, banyak oknum lain juga yang minta jatah dari PDAM ini. Seperti yang disampaikan Ahok baru2 ini : “ Ada kolusi antara Inspektorat dengan SKPD DKI Jakarta”. Sebenarnya kolusi juga terjadi pada seluruh BUMD dan ini sudah berlangsung sangat lama. Begitu banyak oknum yang memeras PDAM baik oknum luar maupun dalam perusahaan. Maka dapat dimengerti , PDAM tidak akan mampu berkerja dengan baik dan menghasilkan air layak minum dan terus merugi karena dirampok oleh pengelola dan pengawas perusahaan.
Kedua, pengelola PDAM bermental pegawai yang tidak kreatif dan bukan wiraswasta. Berapapun investasi ditanam oleh Pemda akan sia2 karena bisnis ditangan orang yang tidak kompeten. Kalau kita bandingkan modal awal Perusahaan swasta air minum dengan PDAM barang kali tidak berbeda, jangan2 PDAMpunya modal lebih besar.Kenapa PDAM yang punya hak monopoli tidak berkembang? Rasanya belum ada PDAM yang mampu memproduksi air minum botol maupun galon yang dijual di pasar. Ini semua disebabkan karena SDM PDAM bermental PEGAWAI bukan WIRAUSAHA!
Bagaimana Solusi PDAM?
Pertama, rubah status PDAM menjadi BLUD sehingga indikator kinerja bisnis dapat ditegakkan dan di evaluasi dengan baik. Kedua, ganti pimpinan PDAM dengan profesional yang kompeten pada industri air minum. Jadikan pimpinan perusahaan swasta air minum swasta menjadi CEO PDAM. Undang profesional ini untuk memperbaiki PDAM. Berikan profesional ini otoritas dan tanggung jawab untuk membuat PDAM menjadi perusahaan daerah yang sehat. Salah satu contoh terbaik, adalah PT KAIsetelah dipimpin oleh pak. Jonan, perusahan ini langsung berubah dengan pesat. Hayoo, para Walikota dan Bupati berlomba-lomba membuat kebajikan untuk rakyat mu!. Ketiga, yang paling penting berantas semua oknum yang selama ini menjadikan PDAM bancakan bersama. Kok, gotong royong untuk menghancurkan! Cukup sudah PDAM menderita!