Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma

Tolonglah Orang Lain untuk Menolong Dirimu Sendiri

30 April 2022   20:55 Diperbarui: 4 Mei 2022   12:42 3387 1
Umat Islam sangat dianjurkan untuk tolong menolong. Hal ini banyak dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis Rasulullah Saw. Hakikatnya, siapa yang menolong berarti dia telah menolong dirinya sendiri. Siapa yang memberi, dialah yang kelak akan menerima. Begitulah Allah membalas setiap pemberian dengan penerimaan. Bahkan satu pemberian bisa dibalas dengan berkali-kali lipat penerimaan.

Terkait masalah pemberian dan penerimaan, atau yang sering kita bahasakan dengan tolong menolong, saya punya beberapa pengalaman menakjubkan tentang hal ini. Salah satu di antaranya adalah pengalaman saya menolong orang-orang dalam bidang pengetahuan. Dalam hal ini, aktivitas pendidikan yang saya laksanakan selaku guru.

Sebelumnya, saya akan sedikit bercerita dengan kondisi yang saya alami setelah menikah. Waktu itu, saya tidak punya pekerjaan. Boleh dibilang agak sulit mengarungi bahtera pernikahan yang membutuhkan banyak hal, termasuk materi. Saya juga banyak memulai usaha tapi tak berjalan maksimal dan akhirnya gagal. Yang membuat tambah rumit, saat itu, saya juga dalam kondisi sakit-sakitan. Akhirnya, tak banyak pilihan usaha yang bisa saya jalankan. Sempat hampir putus asa, tapi istri selalu menguatkan.

Singkat cerita, saya kemudian ditawari untuk mengajar di salah satu pesantren. Tak ada pembicaraan tentang bayaran atau upah yang akan diterima. Maklum, pesantren tersebut belum berkembang dan letaknya jauh di pelosok. Selain itu, yang namanya pesantren, kita mengedepankan pengabdian, bukan mencari keuntungan yang semata berorientasi duniawi.

Setelah berdiskusi dengan istri, saya menerima tawaran tersebut. Dan benar saja, awal saya mengajar di pesantren tak ada perubahan berarti dalam perbaikan ekonomi di keluarga kami. Tapi saya tetap mencoba untuk bersabar. Terus saja mengajar, bahkan lebih banyak waktu yang saya luangkan untuk memberi bimbingan kepada murid-muridku di luar jam pelajaran yang telah ditentukan. Saya mulai berprinsip bahwa yang saya lakukan bukanlah hal yang dimurkai Allah Swt. Ini adalah pengabdian yang sekaligus bisa menjadi ladang pahala. Pikirku waktu itu, bukankah ketika kita berada di jalan Allah, maka kita tak perlu khawatir? Adakah jalan yang lebih mulia dan selamat selain jalan Allah Swt?

Waktu terus berjalan. Saya masih tetap di pesantren. Saya pun mulai merasakan semakin hari semakin semangat. Kondisiku yang dulu sakit-sakitan perlahan sudah mulai tak terasa lagi. Yang ada adalah waktuku yang banyak terisi dengan kegiatan pembelajaran. Pintu rumah saya setiap saat terbuka untuk murid-muridku yang ingin belajar, walaupun di luar jam pelajaran formal. Saya bahkan membuka bimbingan bahasa, baca Qur'an, dan yang lainnya. Saya menjadi senang mengajar. Sungguh ada perasaan bahagia ketika berhasil membantu para santri dari ketidaktahuan mereka terhadap pelajaran, hingga menjadi paham.

Setiap hari, saya merasakan hidup kami dalam keluarga semakin tenang dan nyaman. Kami pun selalu berkecukupan. Alhamdulillah, kami bahkan tidak pernah berutang sedikit pun. Saya tidak tahu dari mana jalannya sehingga setiap kebutuhan kami selalu terpenuhi. Kami juga merasakan tak ada dorongan nafsu untuk berkeinginan membeli barang-barang yang tidak kami butuhkan. Dari semua keadaan ini, saya berkesimpulan bahwa ketika kita menolong orang lain maka Allah yang akan memberikan kita pertolongan dengan nilai berlipat.

Saya banyak belajar dari pengalaman ini. Saya pun semakin paham, kenapa kita diperintahkan untuk selalu memberikan yang terbaik kepada sesama. Sebab, apa yang kita berikan pada orang lain, hakikatnya itu adalah pemberian untuk diri kita sendiri. Ketika kita menolong orang lain dengan pertolongan terbaik, maka hakikatnya kita telah memberikan pertolongan terbaik untuk diri sendiri. Allah Swt menjelaskan tentang ini dalam firman-Nya,

"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (QS. Ali 'Imran: 92)

Ya, kita tidak akan sampai pada kebajikan sempurna jika yang kita berikan bukanlah yang terbaik. Bukan apa yang kita cintai. Saya yakin, Allah memerintahkan demikian karena Dia-lah yang akan membalas setiap pemberian. Dia Maha Mengetahui, termasuk sejauh mana nilai pemberian kita kepada sesama. Pada hadis Rasulullah Saw juga dijelaskan,

"Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat." (HR. Tirmidzi: 1853)

Ketika kita membantu orang lain keluar dari kesulitannya, maka Allah yang akan memberi balasan dengan menghilangkan kesulitan-kesulitan kita di dunia dan di akhirat. Terkait hal ini, saya punya pengalaman lainnya.

Dulu, ketika masih kuliah, saya pernah diperhadapkan dengan situasi sulit. Uang saku tinggal dua ribu perak. Beras tinggal segenggam dan minyak tanah untuk kompor habis. Tak bisa memasak. Namun saya tetap ke kampus. Setelah pulang dari kampus, saya melihat ada pengemis. Saya teringat masih punya uang dua ribu. Saya berpikir, lebih baik saya berikan saja uang tersebut ke pengemis. Lagian saya juga tidak bisa menggunakannya. Walaupun saya sadar bahwa persediaan makanan di kosan sudah tidak ada.

Apa yang terjadi selanjutnya? MasyaAllah, saya benar-benar menyaksikan bahwa pertolongan Allah itu benar-benar nyata dan terjadi dengan menakjubkan. Tak lama setelah saya tiba di kosan, seorang teman datang membawa makanan. Kami kemudian makan bersama. Bukan hanya itu, ternyata kedatangan temanku itu juga untuk meminta tolong pada sesuatu yang merupakan keahlianku. Saya membantunya. Dan setelah itu, dia kemudian memberikan upah yang lumayan untukku walaupun saya tidak pernah meminta. Bahkan dia maksa agar saya menerimanya.

Hingga kini, kejadian-kejadian yang pernah saya alami tersebut selalu memotivasiku untuk membantu siapapun yang membutuhkan pertolongan. Selama saya mampu, Insyaallah, saya akan membantu. Saya selalu yakin bahwa untuk menolong diri sendiri, salah satu jalan terbaiknya adalah menolong orang lain. Rasulullah Saw juga menjelaskan tentang hal ini di hadisnya lain,

"Sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya." (HR. Muslim)

Kegemaran kita dalam menolong saudara-saudara kita, akan menjadikan pertolongan Allah Swt terbiasa hinggap di hidup kita. Semakin baik yang kita berikan, maka semakin terbaik yang kita terima. Ketika kita, dengan tangan sendiri menolong orang lain, maka balasannya adalah Allah yang akan mengatasi kesulitan-kesulitan kita.

Saya menganalogikan hal ini dengan tumbuhan berbuah. Tumbuhan bahkan harus melepaskan bagian terbaiknya untuk tumbuh. Dalam hal ini, daging buah dipersembahkan untuk manusia dan yang tersisa adalah biji. Nah, biji inilah kemudian yang akan tumbuh dengan subur hingga kelak menghasilkan buah-buah yang lebih banyak lagi. Ya, ketika kita dengan ikhlas melepaskan, hakikatnya kita telah siap untuk merima yang lebih baik. Berkali-kali lipat dan lebih banyak dari yang kita berikan.

Kalau kita ingin melihat diri kita senantiasa dalam pertolongan Allah Swt, maka kita pun harus terbiasa dalam kondisi menolong sesama. Kita bisa berbagi pengetahuan, berbagi tenaga, dan berbagi harta. Selama kita mampu, lakukanlah. Semakin banyak akan semakin baik. Semakin sering akan semakin istimewa. Sebab, pemberian kita ke orang lain, hakikatnya adalah pemberian berkali-kali lipat untuk diri kita sendiri. Allah yang akan membalasnya. Tolonglah orang lain untuk menolong dirimu sendiri dengan indah. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun