Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar akan menjadi tuan rumah perhelatan akbar Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Mahasiswa Nasional XII berasal dari 99 Perguruan tinggi se-Indonesia pada tanggal 10-15 Juli 2001. Kegiatan MTQ Mahasiswa meliputi berbagai kegiatan utama yaitu Musabaqah Tilawatil Quran, Musabaqah Tartilil Quran, Musabaqah Hifzhil Quran 1 juz dan 2 juz, Musabaqah Qira’ah Sab’ah (warasy dan qalun), Musabaqah Fahmil Quran, Musabaqah Syarhil Quran, Musabaqah Khathil Quran, Musabaqah Karya Tulis Ilmiah Al-Quran, Musabaqah Debat Ilmiah kandungan Al-Quran dalam bahasa Arab dan Musabaqah Debat Ilmiah Kandungan Al-Quran dalam bahasa Inggris.
Rangkaian kegiatan dalam MTQ Mahasiswa Tingkat Nasional XII sebagaimana tertulis dalam buku panduan sebagai upaya untuk meningkatkan dan mendorong para mahasiswa untuk mencintai Al-Quran, mendorong untuk memahami isinya, dan merealisasikan pemahaman tersebut di dalam kehidupannya. MTQ Mahasiwa Tingkat Nasional ini merupakan momentum yang baik dalam melakukan upaya mendekatkan dan mendidik mahasiswa dan civitas akademika ke arah kehidupan yang mulia. Melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa senantiasa bangga akan nilai-nilai Al-Quran yang digalinya, baik keindahannya maupun nilai ajarannya.
Ayat Qauliyah
Sebenarnya tujuan utama membaca ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala (Swt) dalam Al Quran adalah untuk mengenal Allah (ma’rifatullah) secara lebih mendalam. Ketika sudah mengenal Allah dengan baik dan mendalam maka semakin bertambah keimanan kita serta meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt. Allah Swt berfirman dalam Surat Al-Anfal: 2, “Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, penulis buku “Terapi Penyakit Hati” berkata: “Apabila Anda memperhatikan apa yang diserukan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk direnungkan, hal itu akan mengantarkan kamu pada ilmu tentang Rabb, tentang keesaan-Nya, sifat-sifat keagungan-Nya dan kesempurnaan-Nya, seperti qudrat, ilmu, hikmah, rahmat, ihsan, keadilan, ridha, murka, pahala dan siksa-Nya. Begitulah cara Dia memperkenalkan diri kepada hamba-hamba-Nya dan mengajak mereka untuk merenungi ayat-ayat-Nya.”
Membaca kitab suci Al Quran adalah membaca ayat-ayat qauliyah yakni ayat-ayat yang Allah firmankan dalam kitab-kitab-Nya. Allah Swt telah memerintahkan kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam (SAW) “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS Al-‘Alaq: 1-5). Ayat tersebut memerintahkan untuk membaca (iqra’) ayat-ayat qauliyah dalam kitab suci Al Quran dan ayat-ayat kauniyah berupa segenap ciptaan Allah Swt di alam semesta.
Meski diturunkan ratusan tahun yang lalu ketika belum ada penelitian-penelitian ilmiah, sekarang para ilmuwan pengkaji Al-Qur’an telah menemukan beberapa ayat-ayat qauliyah yang memaparkan proses penciptaan manusia, proses penciptaan alam semesta, keadaan langit, bumi, gunung-gunung, laut, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Karena itu, adalah kewajiban setiap muslim untuk men-tadabburi Al Quran dengan membacanya sambil berusaha untuk memahami kandungannya dan merenungi maknanya. Allah berfirman dalam QS Muhammad ayat 24: “Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”
Ayat Kauniyah
Selain ayat-ayat qauliyah, dikenal pula ayat-ayat kauniyah yakni ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah Swt seputar alam semestadan semua yang ada didalamnya seperti angin dan hujan, tentang bumi, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya yang meliputi segala macam ciptaan Allah, baik itu yang kecil (mikrokosmos) ataupun yang besar (makrokosmos). Ayat-ayat qauniyah merupakan kandungan ilmiah dari ayat-ayat qauliyah dalam Al Quran. Tentang ayat-ayat kauniyah, sebagaimana termaktub dalamQS Fushshilat ayat 53: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala penjuru bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
Dalam Al-Qur’an Allah Swt mengajak hamba-hamba-Nya untuk merenungi ayat-ayat kauniyah untuk berpikir dan memperhatikanbukti-bukti kekuasaan dan kemahabesaran Allah Swt. Anjuran untuk memperhatikan ayat-ayat kauniyah juga dalam QS Adz-Dzariyat ayat 20-21: “Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Pada ayat lainnya surah Al-Ghasyiyah:17-20, Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan.” Ayat-ayat tersebut memerintahkan untuk mengkaji apa saja yang diciptakan Allah di alam semesta (ath-thabi’ah, nature).
Perintah yang sama untuk memperhatikan alam semesta ciptaan Allah Swt dalam QS Yusuf ayat 109, Allah berfirman: “Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka?” Pada ayat lain surah Ar-Ruum:20: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak”. Perintah Allah Swt sarat mengandung pengkajian tentang sejarah penciptaan manusia dan hal ihwal manusia (at-tarikh wal-basyariyah) di muka bumi ini.
Orang-orang yang berakal (ulul albab) adalah orang-orang yang selalu melakukan tafakkur dan tadabbur terhadap ayat-ayat kauniyah dan qauliyah. Golongan ini adalah insan cendekia yang banyak berhimpun didalam perguruan tinggi sekarang ini. Dalam QS Ali ‘Imran ayat 190 – 191, Allah berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka mentafakkuri (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Saat ini dikalangan ilmuwan seperti ilmuwan LIPI sedang berkembang penafsiran seputar ayat-ayat yang berkenaan dengan alam yang disebut ayat-ayat kauniyah. Perkembangan ilmu pengetahuan seputar alam terus berkembang sehingga membutuhkan penafsiran-penafsiran baru terhadap ayat-ayat Al Quran. Misalnya penafsiran tentang kata-kata “zarrah” yang diartikan biji sawi. Para ulama menafsirkan zarrah sebagai biji sawi karena benda tersebut yang menggambarkan makna “zarrah”. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, biji sawitidak lagi dianggap menjadi benda yang terkecil yang dapat mengukur kecilnya zarrah, tetapi ada yang disebut dengan molekul.
Penafsiran baru lainnya adalah surat al-zalzalah ayat 2 yang artinya “Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya.” Para ilmuwan menafsirkan ayat tersebut tentang “beban-beban berat yang dikandungnya” adalah terjadinya gempa bumi, tsunami dan sebagainya karena saat terjadi gempa bumi, tsunami, letusan gunung artinya bumi mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya. Jadi surat al-zalzalah dalam Al Quran bukan hanya tentang hari kiamat tetapi juga berbicara tentang fenomena berupa bencana alam yang dapat terjadi setiap saat.