Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana Pilihan

Jelang Idul Adha

22 Juni 2024   06:36 Diperbarui: 22 Juni 2024   07:03 69 8


Jelang Idul Adha, Bu Dian belanja ke pasar diantar suaminya dengan mobil putih metalik. Seperti tahun sebelumnya ibu yang sudah purna tugas ini harus mempersiapkan acara ngetokke atau istilah lain membawa makanan untuk selamatan bersama usai salat Idul Adha. Selain itu lontong opor bisa menjadi menu buka puas bersama anak cucu.

Hanya beberapa menit Bu Dian dan suaminya sudah sampai pasar.

"Tunggu di sini saja ya Pak, Ibuk belanja dulu," ucap Bu Dian dengan Pak Yono yang masih duduk di belakang stir. Pak Yono mengangguk sambil melepas sabuk pengaman.  Bapak yang berbadan tinggi itu lantas membuka HP. Satu-satunya yang dipilih adalah melihat tayangan sepakbola di YouTube.

Bu Dian memasuki pasar yang ramai walaupun masih pagi. Maklum  jelang idul Adha banyak orang berbelanja.
Sambil menjinjing tas keranjang berwarna biru, ia langsung ke tempat penjual lontong.

Kebiasaan membawa tas dari rumah adalah kebiasaan-kebiasaan Bu Dian sejak lama. Ia tak mau beli tas baru. Itu sebuah cara untuk mengurangi penggunaan tas plastik. Ia tak ingin tas plastik di rumah makin banyak.

Bu Dian menuju ke warung yang menjual lontong kupat. Kali ini Ibu yang suka berkerudung hitam itu memesan kupat yang langsung jadi dari pada buat sendiri karena lebih praktis.

"Bu, pesan lontong 10 biji dan kupat 10 biji untuk besok nggeh," ucap Bu Dian sambil memberikan selembar uang seratus ribu.

"Nggeh Bu, saya catat. Besok pagi bisa diambil," jawab Ibu penjual lontong itu sambil menerima uang. Penjual  pun mencatat di kertas yang sudah usang.

Selanjutnya Bu Dian berjalan ke arah timur. Ia pun membeli ayam potong lalu menuju penjual buah yang berada di ujung kios. Buah apel, semangka dibelinya. Tak lupa ia membeli jambu yang akan dibuat jus.

Tas pun penuh dengan belanjaan.  Ia segera keluar dari pasar. Namun, ia ingat jika bawang merah sudah habis. Segera ia berjalan ke kanan, warung yang sepi. Penjual yang berumur 80 an itu menjadi langganan Bu Dian. Ia ingin nglarisi dagangannya agar nenek beruban itu bahagia.

Karena tas benar-benar penuh, Bu Dian memutuskan keluar dari pasar. Sesekali berhenti karena belanjaan lumayan berat. Perlahan ia mendekati mobil putih.

"Bapak-bapak cepat buka pintu belakang. Nih banyak belanjaannya!" teriak Bu Dian sambil menggedor pintu samping mobil. Harapannya pintu bisa segera dibuka. Namun,  ditarik berungkali tak bisa juga dibuka. Bu Dian pun mengulangi untuk menggedor pintu depan berulang kali.

"Bapak, gimana sih. Tolong buka dong. Jangan diam saja!"

Bu Dian sedikit geram. Gedoran pintu makin keras. Sesaat kemudian pintu pun mulai terbuka secara perlahan. Mata Bu Dian terbelalak, wajahnya memerah. Tampak seorang Bapak berpeci hitam tersenyum.

Betapa kagetnya Bu Dian karena wajah orang di balik stir itu bukan suaminya.

"Maaf Pak,  saya kira ini mobil ...,"ucapnya pelan dan meninggalkan mobil yang mirip dengannya.

Bu Dian tersipu malu. Segera menuju mobil yang berada di sebelah mobil tadi. Tampak suaminya senyum-senyum sendiri seolah tahu.

Ambarawa,  21 Juni 2024

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun