Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Fiksi Mini: Ketika Makan Malam Tiba

13 Oktober 2023   12:28 Diperbarui: 13 Oktober 2023   12:33 111 3

Usai salat Magrib Marni berdandan cantik layaknya bintang sinetron. Bibirnya dipoles dengan lipstik merah muda. Alisnya diberi sedikit pensil warna coklat karena alis Marni amat tipis. Ia sengaja memakai celana jens dan kaus tunik berwarna kuning kunyit. Kerudung corak senada dipakainya agar serasi. Ia ingin tunjukkan pada suami, walaupun badannya besar ingin tetap terlihat cantik.

Suami  Marni pun masih berbenah dengan kaus hitam dan celana jeans. Seperti biasa rambut diberi minyak wangi agar bisa disisir ke belakang.  Walaupun rambutnya sudah gondrong, Marno memilih membiarkan sedikit panjang. Marni berulang kali mengingatkan tetapi tidak diindahkan.

Kali ini mereka akan makan malam di cafe _mewah_ (mepet / dekat sawah) yang sedang viral karena murah dan enak. Impian untuk makan malam sudah dirancang beberapa  minggu lalu. Jatuhlah akhir pekan ini. Kebetulan Marno, tukang kuli bangunan itu juga gajian. Walaupun gajinya pas-pasan sesekali mereka pergi berdua sekadar nongkrong untuk makan malam sekadarnya. Biasanya mereka memilih beli bakso yang mangkal di pinggir jalan. Atau nasi goreng Bu Jumiyati yang terkenal murah dan enak. Bagi suami istri yang hidup pas-pasan mereka tak berani masuk restoran untuk makan malam.

"Ayoo, segera berangkat Dik!" ajak Marno sambil mencari kunci sepeda motor. Namun  baru saja mau keluar rumah ada ketukan pintu. Segera Marni bergegas menuju ruang  depan untuk membukakan pintu.

"Monggo Pak, pinarak!" ( silakan Pak untuk duduk) ucap Marni sambil mempersilakan seorang bapak patuh baya bersarung hitam itu  duduk.

"Matur nuwun," ( terima kasih)jawab Bapak yang tinggi dan kurus itu sambil berjalan menuju ruang tamu.

Marni segera memanggil suaminya untuk menemui karena ia paham bahwa yang dicari suaminya.  Marno pun duduk berseberangan dengan tamu. Ada rasa penasaran ketika ada tamu yang datang setelah magrib.

Mas Marno, mohon maaf saya diutus oleh Bu Umi untuk menyampaikan undangan kenduri yang akan dilaksanakan nanti setelah shalat Isya.

"Nggeh, matur nuwun undanganipun,( terima kasih undangannya),"ucap Marno sambil tersenyum. Walaupun hatinya galau bagaimana cara agar istrinya tidak kecewa.

"Dik, bagaimana kalau makan malam kali ini kita tunda besok. Ini ada undangan dari Pak Tarjo,  mantan kadus untuk kenduri. Kita makan malam dengan makanan kenduri saja. Eman-eman jika jajanan nanti tidak kita makan. Kita juga irit untuk hari ini," jelas lelaki belahan jiwa Marni. Kata-kata terakhir yang membuat dirinya teriris. Ya, di tengah keadaan ekonomi belum mapan, kenduri menjadi harapan indah bagi pasangan yang belum punya anak ini.

Wajah Marni sesaat kecewa. Apalagi ia sudah berdandan. Bayangan bisa foto bareng suami di cafe buyar. Story hari ini nihil. Namun,  hati kecilnya Marni juga merasa eman-eman jika ada makanan kenduri yang mubasir. Selain itu untuk menolak undangan tetangga juga kurang etis. Apalagi yang mengundang sesepuh kampung.

"Ya sudah Mas, sana berangkat. Aku menonton sinetron yang ditayangkan di televisi saja, " sahut Marni sambil melempar tas ke kursi. Wajahnya mengerucut.

Marno pun bersiap-siap  berangkat usai salat Isya. Dipakainya peci hitam pemberian tetangga yang naik haji beberapa waktu lalu. Sebenarnya kasihan melihat istrinya kecewa. Ia pun mendekati istrinya.

"Dek, Mas janji besok sore kita makan malam bersama. Pilih yang sesuai dengan kesenangangmu. Mau sate, ikan bakar boleh," ucap Marno sambil berpamitan keluar. Sebuah kecupan  mendarat di kening Marni. Marni hanya diam tanpa ekspresi sambil memegang remote televisi.

Penantian panjang dirasakan oleh Marni. Perutnya sudah keroncongan. Ingin segera diisi. Ia pun ke dapur untuk mengambil sesuatu yang bisa dimakan. Ternyata sudah habis semua. Ia ingat ada roti kering di lemari belakang. Setelah dibuka ternyata sudah tidak ada. Mungkin suaminya yang memakannya. Wajahnya murung.

Ia kembali melihat sinetron yang ditayangkan di televisi. Ada  sedikit hiburan sehingga lupa dengan perutnya yang segera minta diisi . Wanita yang suka makan itu rasanya tak sabar menanti makanan kenduri. Bayang makan ayam bakar dengan aneka lauk terselip di sudut hatinya. Walaupun makan malam di cafe gagal, sekarang ada penggantinya. Jadi hari ini makan besar, besok makan besar. Pantes saja badan Marni gendut. Makannya selalu lebih banyak dari pada suaminya.

Sebuah suara salam membuyarkan lamunan Marni. Ia pun bergegas menuju pintu dan menjawab salam. Selanjutnya Marni menerima tas kresek putih yang lumayan besar. Sekilas tampak ada ceting warna biru karena ada celah dari tas kresek itu. Pelan-pelan dibukanya tas kresek putih itu. Ia tak ingin merusak tas yang bisa untuk belanja.

"Sudah makan duluan saya ke belakang dulu,  penting aku disisakan sedikit saja."

"Oke siap suamiku," jawab Marni tersenyum bahagia karena sebentar lagi makan besar.

Tararaaaaa

"Mas...huhhhh,  kok seperti ini to!" teriak Marni sambil kedua kakinya dihentakkan di lantai berulang kali.
Ia tatap ceting plastik yang ada di depannya.

Marni berteriak lagi sambil memanggil suaminya. Suami Marni segera keluar dari kamar mandi lalu menuju ke meja tempat Marni membuka kenduri.

"Alhamdulillah, banyak sembako datang tanpa beli," celutuk Marno dengan ekspresi bahagia.

"Piye sih, pikirku ada nasi dan aneka lauk tetapi kalau bahan mentah semua, kapan aku bisa makan," gerutu Marni sambil meninggalkan Marno.

Dibiarkan ceting berisi beras, teh, gula pasir, minyak goreng, kecap dan kecap dibiarkan berantakan di atas meja.

Ambarawa, 13 Oktober 2023

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun