Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Fiksi Mini: Pulang

11 Juli 2023   06:28 Diperbarui: 11 Juli 2023   06:44 271 8

Matahari sudah meredup. Udara tak lagi panas saat Bu Dian sudah siap pulang setelah tiga hari mengikuti kegiatan literasi di Yogyakarta. Tepat pukul 15.00 gocar datang setelah jarinya menyentuh aplikasi yang berwarna hijau.

Mobil Avanza hitam berhenti tepat di gedung A tempat Bu Dian menginap. Berbagai rasa berkecamuk di dada. Rasa bahagia karena sebentar lagi bertemu suami dan anak-anak. Namun, ibu yang senang berliterasi ini agak galau karena akan berpisah dengan teman-teman yang selama tiga hari berkumpul untuk berbagi ilmu. Layaknya berpisah  dengan saudara dekat walaupun baru kali pertama bertemu.

Bu Dian memasukkan barang bawaan setelah berpamitan dengan teman-teman satu gedung .

"Selamat siang Bu," sapa Mas Sopir dengan senyum ketika Bu Dian membuka pintu mobil.
"Selamat siang Mas," ucapnya ramah sambil melihat wajah sang sopir lewat spion di depan. Ia memilih duduk di belakang agar lebih longgar.

"Mau ke mana Bu, kok turun Jombor?" tanya lelaki di balik kemudi yang bermasker hitam dan bertopi hitam.

"Ke Semarang Mas," jawabnya singkat

Semilir angin menyertai perjalanan Bu Dian menuju Jombor Yogyakarta. Berbagai memori masih melintas di benaknya. Ia bersyukur walaupun usia sudah senja masih bisa berliterasi ke luar kota.

Tak berapa lama sampai juga di Jombor. Ibu yang berkerudung ungu itu turun dari mobil setelah menyerahkan uang yang telah disiapkan. Ia sengaja memberi tips agar Mas Sopir senang.

Ia pun berhenti sambil meletakkan dua tas. Ditengoklah kan kiri. Ada duduk di kursi yang ada di pinggir jalan.  Segera dibukalah HP untuk mengabarkan kepada suaminya bahwa ia sudah sampai Jombor.

[Alhamdulillah, hati-hati ya, Bu]"
tulis WA dari Suami.

Tak menunggu lama ia pun naik mobil yang akan membawanya pulang ke Ambarawa. Ia pun menata tas dan dus berisi buku di bagasi. Segera ia duduk manis.

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi.  Mobil ber-AC ini menjadikan perjalanan nyaman dan sejuk. Pemandangan kota demi kota dinikmati dengan leluasa karena ia duduk di dekat kaca.

Tak berapa lama ia sampai di Magelang. Ia pun tergagap dengan dering HP yang berada di tas kecilnya. Ia pun baru  ingat belum memberi kabar lagi dengan suami. Ia buka WA. Betapa kagetnya ada panggilan telepon berulang kali dari suaminya.

"Astaghfirullah, maafkan suamiku," gumam Bu Dian dengan bibir gemetar.

Segera ia pencet nomor suami untuk menelepon ulang. Namun tak ada tanda-tanda diangkat. Ia coba lagi tetapi tak juga terhubung. Akhirnya Bu Dian menulis di WA suami.

[ Maaf Pak, tadi dalam perjalanan jadi gak terdengar] tulis Bu Dian dengan ada tambahan emot tangan ditangkupkan.

[ Ya, tidak apa-apa. Trus akhirnya naik apa?] tulis WA suami

[Ini bersama Haryanto] tulis Bu Dian.
[ Bersama Haryanto?]

[Ya, Pak.  Nyaman banget. Nanti jemput di pertigaan Ngampin ya, kira-kira pukul 17.00]

Setelah mengirim pesan singkat Bu Dian tetap duduk manis sambil menikmati pemandangan luar. Sesekali melihat Hp

Sudah hampir setengah jam tak ada balasan dari Suaminya. Tak biasanya suaminya seperti ini. Biasanya langsung respon.

"Apa tertidur kali ya?" tanyanya dalam hati.  

Karena tak ada jawaban, Bu Dian memilih menyandarkan kepalanya di jok. Lalu dipejamkan matanya. Tak terasa sudah sampai Pingit. Artinya sebentar lagi sampai. Segera dibuka WA. Alhamdulillah sudah ada jawaban dari suaminya. Namun, Bu Dian seketika merasa ada yang aneh karena jawaban suaminya cuma satu kata.

[Ya] tulis suaminya tanpa embel-embel apa pun.

Bu Dian berusaha positif thinking. Mungkin suami sedang sibuk. Ibu yang suka menulis itu tak bisa tidur lagi karena  sebentar lagi sampai.
Suasana sore itu jalanan makin ramai. Apalagi jalan antara pingit sampai Jambu sedang ada pelebaran jalan. Segera mengabarkan kepada suaminya karena sebentar lagi sampai.

Tak terasa mobil panjang yang membawanya sampai juga di pertigaan Ngampin. Ia turun dengan hati-hati. Tas dan dus juga sudah diturunkan.

Sekilas suami Bu Dian sudah di pojok dekat Pom Bensin Ngampin. Lalu mendekati Bu Dian.

"Katanya bareng Haryanto. Lha mana Haryantonya?" tanya suami Bu Dian tenang.

"Lho Bapak itu gimana sih, Haryanto ya sudah melaju kencang karena masih banyak penumpangnya," jawab Bu Dian sambil mendekatkan barang di sepeda motor.

Wajah Pak Cahyo pun berubah ceria. Segera diangkatlah dua barang di atas sepeda motor. Bu Dian pun paham mengapa tadi suaminya agak berbeda.

Ambarawa, 11 Juli 2023






KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun