Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Kangen Kurir JNE

27 Mei 2024   08:41 Diperbarui: 27 Mei 2024   09:55 94 4
Kangen Kurir JNE


Sebagai seorang wirausaha muda, plus penyandang status ibu rumah tangga aktif nan kawakan. Mungkin diri ku sudah terlalu kebal, dengan segala macam problematika hidup.  Terutama penderitaan ekonomi.  

Semuanya sudah hafal diluar nalar. Istilahnya kawakan lah. Dan aku tak memungkiri semua itu. Karena diriku sudah sangat banyak mengalami pahit dan getir kekurangan. Ya, kalaupun ada manisnya, bisa dihitung lah. Sebab, perjuangan dalam menata perekonomian keluarga takan pernah ada habisnya. Apalagi dengan jatah duit sacuil dari suami, tapi wajib mencukupi semuanya, baik itu kebutuhan makan minum, jajan anak dan biaya sekolah anak-anak. Ditambah lagi, angsuran utang yang terus menggunung. Itu pun belum lagi dihitung dengan kebutuhan pokok lainnya, seperti listrik, air dan bulanan bayar sampah.

Nikmat sekali pokoknya, kalau bicara marah. Jelas lah setiap hari selalu ada. Kadang dilampiaskan dengan ngedumel dan protes pada suami. Bahkan mungkin setiap hari, untuk menghilangkan kegalauanku. Tapi, mau bagaimana lagi, semuanya harus kujalani dengan sebaik mungkin. Karena masa depan anak-anak serta keluarga kecil ku lebih utama daripada diriku sendiri.

Namun penderitaan ku  yang begitu berat ini. Seakan-akan sirna tak ada artinya sama sekali. Bila dibandingkan dengan orang lain. Jujur kerapuhan hati ku ini, tak bisa aku kelola dengan sebaik mungkin. Apabila dibandingkan dengan perjuangan berat seorang bapak kurir JNE langganan ku.

Ya, pria paruh baya itu,  begitu sangat tegar. Dihimpit keras dan pahitnya kekurangan ekonomi, di dalam kehidupan rumah tangganya. Namun beliau, mampu  menikmati hidup dengan indah. Yang dibarengi besarnya rasa syukur. Padahal, kalau dilihat dari segi pendapatannya, jelas lah tak seberapa. Meskipun profesi sebagi kurir hanya sampingan. Tapi, bayaran bulanan dalam menjalankan tugas sebagai penjaga malam pun, tidaklah seberapa juga.

Ditambah lagi, istrinya hanya seorang ibu rumah tangga. Tanpa ada aktivitas untuk ikut membantu penghasilan suami. Guna memenuhi kebutuhan lima orang anaknya, yang sekolah semua.

Meski begitu, beliau bersama keluarganya, di dalam kesehariannya terlihat bahagia sekali. Tak pernah mengeluh, tak pernah terdengar keributan ataupun lainnya. Rumah tangganya pun, terlihat baik saja, tanpa ada rasa kekurangan ekonomi sama sekali.

Dan hal itu tercermin dalam tindak tanduknya. Terutama, di kala beliau mengantarkan paketan barang kerumah ku. Dimana, karakter dan budi pekerti sebagai penjual jasa, diterapkannya. Dengan profesional sekali, terlihat tanpa beban. Beliau selalu salam sapa senyum terlebih dahulu, kepada ku dengan penuh keikhlasan.

Ditambah lagi, prilaku dan akhlak serta kecerdasan emosionalnya begitu sempurna sekali. Bahkan beliau tetap sabar dalam menangani protes dari para konsumennya. Kenyataan itu, tak jarang membuat aku dan para tetangga ku, merasa nyaman oleh pelayanannya.

Dan tak cuma itu saja,  sebelum pulang pun. Beliau selalu bilang kepada ku, harus tetep semangat dalam berwirausaha. Jangan lupa sampai melupakan salam sapa senyum kepada semua orang.
 " Ah, bapak selalu berpositif ria. Hingga membuatku sebagai makhluk sosial merasa malu". Ucap ku kala bapak kurir JNE hendak pergi.

Dan dirinya selalu menjawab dengan tegas lugas dan tandas. " Haha siap bu, yang penting tujuan kita, jangan pada keuntungan materi saja. Namun keuntungan sosial pun, harus diutamakan pula". Timpalnya, sambil berlalu dengan motor butut andalannya.

Tak lama, beliau balik lagi, sambil tersenyum. " Maaf bu, helm andalan ku ketinggalan. Oh iya bu. Kalau kita mendapatkan keuntungan sosial yang banyak dan baik. Kita takan pernah merasa kesusahan dimanapun kita berada". Tambahnya.

Kalimat itu membuatku terperangah. Seraya menjawab. "Hahha iya pak, siap oke gas lah JNE ku". Tandasku.

Jujur, Jawaban itu, membuat hati ku kelimpungan. Karena selama ini, aku hanya mengutamakan keuntungan materi belaka. Tanpa memikirkan keuntungan lainnya. Sadar maupun tidak, aku seakan-akan dikasih penanaman pendidikan karakter dan budi pekerti di dalam berwirausaha. Yang mana, harus mengutamakan senyum, salam, sapa, sopan, dan santun dalam melayani konsumen. .

Terus terang, baru kali ini. Aku merasa sangat nyaman dengan pelayanan dari kurir JNE. Pasalnya, selain memberikan pemahaman, juga memberikan sugesti besar pada ku. Dimana, kalau sudah ketemu dengan bapak kurir tersebut. Jualan online ku pasti laku keras. Closing terus target ku. " Pokoknya is the best lah, oke gas terus yah bapak kurir JNE langgananku". Gumam ku.

Memang kalau dipikir-pikir, senyum bisa dibilang, merupakan ibadah. Dan kebanyakan dari kita, jika tersenyum pasti karena sedang bahagia, sedang gembira, sedang bersuka ria dan sebagainya. Tapi sekarang aku harus sering tersenyum ditengah kondisi apapun, entah itu kala bahagia atau tengah sedih. Karena senyuman menambah manisnya wajah ku yang tengah menua. Dan senyuman juga ternyata dapat melumpuhkan musuh, menyembuhkan penyakit, samapi perekat tali persaudaraan, hingga jadi sarana tercapainya perdamaian. Selain itu, salam seperti Assalamu’alaikum. Selamat pagi, sore, siang atau malam. Juga diperlukan, saat bertemu dengan konsumen.

Lantaran salam juga merupakan bentuk pernyataan hormat. Jika seseorang memberi salam kepada orang lain berarti seorang itu bersikap hormat kepada orang yang dia beri salam.

Pantesan saja, bapak kurir JNE, terlihat bahagia setiap harinya. Sebab, selalu menerapkan kesenangan hidup dengan prinsip sehat lahir batin. Hingga dirinya tak sungkan menyapa duluan kepada semua orang. Ya, karena dengan menegur atau menyapa bisa berarti mengajak seorang untuk bercakap-cakap. Dan menyapa bisa memudahkan siapa saja untuk bisa lebih akrab, saling kontak, dan berkomunikasi. misalnya saja dengan memanggil nama atau dengan sapaan –sapaan lainnya.

Kalau boleh jujur, aku sangat terkesima dengan bapak kurir itu. Sebab, orangnya sangat sopan sekali. Perilakunya juga selalu menjunjung tinggi niai-nilai menghormati orang lain. Menghargai orang lain serta tidak sombong. Dan itu asli perwujudan sikap sopan dalam budaya Jawa. yang mana selalu menggunakan bahasa yang sopan atau bahasa Krama ketika berbicara dengan yang lebih tua. Dan utamanya bapak kurir JNE tersebut, tidak memiliki sifat yang sombong. Beruntung sekali JNE memiliki kurir seperti bapak itu.

Mari kita oke gas terus didalam berusaha dan berwirausaha. Dengan menanamkan semangat positif yang selalu diawali senyum, sapa salam, sopan dan santun.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun