kenapa industri ini menuju kematian ? jawabannya karena kalah bersaing dengan moda transportasi lain, dan juga tidak beruntung dengan keadaan2 negri ini turut memperparah keadaannya.
1. untuk AKAP jarak jauh harga tiketnya kadang sama dengan tiket pesawat. contoh Jkt-Denpasar, harganya 400-500rb, sedang tiket pesawat 300-500rb saat low season, 500-800rb saat normal season, dan 800rb-1.5jt saat high season.
2. Kondisi jalan yang tidak baik membuat waktu tempuhnya menjadi lebih panjang, terutama daerah rural seperti Sumatra (jkt-medan) itu butuh waktu sampai 2x lipat karena kondisi jalan.
3. sparepart semakin mahal karena nilai tukar rupiah yang melemah dan sebagain besar sparepart adalah import.
4. moda transportasi Kereta Api semakin baik turut mempermarah situasi mereka, jalur Double Track Jakarta - Surabaya yang baru selesai 2014 membuat lalu lintas Kereta Jkt-sby menjadi 3x lipat lebih sering yang artinya cost kereta menurun. (bagi Perkeretapian ini pencapaian besar, maklum sejak zaman dandles kerja paksa bikin jalur kereta tahun 1809 baru 2014 kita bisa menambah jadi 2 jalur.
5. nah pukulan paling berat bagi industri ini adalah akan dicabutnya subsidi Solar. ini ibarat orang sakit yang infusnya dicabut. makanya saya menyebut lonceng kematian bagi industri BUS AKAP.
seiring dengan industri yg memburuk, maka hampir pasti resiko kecelakaan karena moda transportasi yg kurang dirawat pasti meningkat, ini adalah sudah menjadi rumus baku sebuah bisnis transportasi. ingat Adam Air, mereka bermasalah dulu secara business baru kapalnya kecelakaan karena kurang dirawat dengan baik. sementara kita tidak bisa berharap dengan regulator dalam hal ini Kementrian Perhubungan. lihat saja bagaimana KIR dilakukan cuma formalitas saja.
salam,
ND