Agama dan kemanusiaan memiliki hubungan saling keterkaitan dan keterikatan, yang seperti mata rantai dalam rantai, saling terikat erat antara satu mata rantai dengan mata rantai lainnya. Menjadi manusia yang sempurna adalah cita-cita setiap muslim. Untuk itu, setiap muslim harus dibekali keterampilan yang memadai untuk mewujudkan keinginan tersebut. Jiwa yang tercemar perlu dibersihkan dari pengabaian masa lalu. Pandangan keagamaan yang memandang agama sebagai sumber konflik telah menimbulkan konflik antar agama, seiring dengan meningkatnya toleransi terhadap pemeluk agama lain, dan upaya reinterpretasi ajaran agama. Semua agama percaya bahwa jalan menuju Tuhan adalah sama. Namun, dalam banyak hal, realitas menunjukkan bahwa ketegangan yang muncul di antara umat beragama terkait erat dengan faktor-faktor di luar ranah agama itu sendiri. Ini adalah masalah penting untuk menjaga perdamaian beragama bagi semua pemeluk agama. Sengketa agama dapat timbul dari perbedaan pandangan dan praktik umat beragama yang menyimpang dari ketentuan hukum agama dan seringkali inilah yang menjadi awal terjadinya konflik. Kecenderungan konflik perang dan terorisme terjadi bukan hanya karena agama, tetapi juga karena masalah sosial-ekonomi dan politik antar kelompok agama. Selama konflik tersebut berlandaskan agama. Agama dimanfaatkan dan nama Tuhan dihina oleh keegoisan Sikap suka berperang ini, yang disebabkan oleh materialisme dan sekularisme, menyiratkan bahwa Tuhan tidak ada dan tidak diperlukan. Rasionalis menyebut agama kekanak-kanakan, takhayul dan membuangnya ke pinggiran kehidupan. Apa yang tidak bisa dipahami oleh otak manusia sama sekali tidak ada. Atas nama kebebasan beragama, toleransi dan pluralisme, akses agama ke ruang publik dibatasi.
KEMBALI KE ARTIKEL