Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Nasihat Bisnis Warren Buffett...eeehhhh...Warung Bopet

11 Juni 2012   05:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:07 1797 0
Sama-sama berinisial WB, Warren Buffett dan Warung Bopet (Mini) punya kemiripan. Di tengah2 arus deras perubahan (era “next two hours” menurut pakar chaos, DJ Patil) bisnis yang bertahan lebih dari tiga dasawarsa tergolong langgeng. Usaha kedua WB menunjukkanhal demikian. Berkshire Hathaway yang dikelola Warren Buffett, multimilyader Amerika, berumur 44 tahun. Warung Bopet (Mini) yang terjepit diapit kios di tengah pasar Bendungan Hilir, hampir sama tua, 31 tahun. Jika Warren Buffett menggema di dunia (mBah Google mengeluarkan 7.660.000 situs yang memuat kata kunci namanya, hanya dalam 0,19 detik), Warung Bopet (Mini) cuma tenar di kandang sendiri. Ya iyalah Yana – begitu kudengar teman2 protes – masak Warren Buffett dibandingkan dengan kios sederhana di tengah pasar Bendungan Hilir? Mana tempatnya nyempil pula, terjepit di antara kios alat pembuat kue, barang kelontong plastik dan pecah belah. Eitt, jangan salah, warung ini cukup ngetop lho. Dalam 0,29 detik google mengeluarkan 24.000 hasil yang memuat nama legitimatenya, Bopet Mini. Sampai di paragraph ini memang kupelesetkan judulnya menjadi Warung Bopet karena bunyinya mirip sekali dengan nama orang ketiga terkaya Amerika yang dermawan itu. Pendiri Warung Bopet (Mini) yang juga dermawan, Ibu Et (nama lengkapnya Revmaningsih) mengatakan bahwa kata Bopet berarti warung. Mungkin sekali berasal dari kata ‘buffet’ yang berarti prasmanan. Jajaan di warung Ibu Et dijajar di etalase maupun dalam wadah berbagai tipe dan bentuk, plastik, alumunium, stainless steel maupun baskom jaman dulu, seperti sistem buffet. Tahun 1981 itu, saat dibuka, yang dijual hanya makanan untuk sarapan : ketupat sayur, serabi padang, macam2 talam dan serikaya ketan serta juaranya: bubur kampiun. Seperti namanya, bubur kampiun memang pantas dijagokan. Tak kutemui di propinsi lain, bubur unik ini memadukan berjenis bubur dalam harmoni dalam satu mangkuk: bubur candil, kacang hijau, kolak pisang, sumsum, pacar cina. Serabi padang tak seperti yang kita kenal di Jawa; yang ini gemuk sintal dengan kuah santan gula kelapa yang rasio campurannya pas surapas. Favoritku adalah ketan serikaya. Penyajiannya : seonggok ketan pulen mengkilat, ditangkringi oleh beberapa gunduk serikaya sexy yang disendok langsung dari baskom tempat dimasaknya. Srikaya serupa puding yang dibuat dari santan, telur dan gula malaka. Menurut ulasan pakar kuliner di situs resmi dan setengah resmi yang kujumpai di internet, masakan Bopet Mini terjaga keotentikannya, asli minang! Tak heran jika tempat ini selalu laris manis. Memasuki tahun 90-an, Ibu Et merasa tergerak untuk membuka warung nasi, di kios di depan Bopet, berukuran lebih besar. Banyak yang tak setuju – keluarga meragukan kemampuan menjalankannya. Namun seperti yang dikatakan Rina, anak bungsu Ibu Et, pebisnis wanita ini intuisinya tajam. Segera warung nasi malah lebih melejit dari warung jajaan sarapan. Saat aku datang ke sana, jam 11 siang, warung nasi sudah penuh separuh kapasitas, dan antrian di warung sarapan tak berhenti. Walaupun Bopet Mini saat ini memiliki cabang di gedung Arthaloka, jalan Sudirman, tetap saja outlet di pasar Benhil ini adalah primadonanya. Tampilan Bopet Mini yang bersahaja dan unik, di tengah pasar ini mungkin sekali malah menjadi kekuatannya. Rina menunjukkan air muka heran ketika kutanya bagaimana trend perkembangan Bopet Mini. “Seperti bisnis lainnya, semakin lama semakin berkembang dong bu”, jawabnya (mungkin Rina sambil berpikir, pertanyaan aneh model apa ini?). Dibesarkan oleh orangtua yang ulet, kurasa tak terpikir oleh Rina bahwa yang namanya usaha bisa juga nyungsep. Yang disaksikan Rina selama ini adalah ibunya yang kebetulan berkualitas OK, sehingga mendorong kurva trend terus menukik ke atas. Selain intuisi bisnis yang tajam, menurut Rina, kualitas ibunya yang menonjol adalah disiplin. Ketika ditanyakan langsung ke Ibu Et (mereka kuajak bicara dalam waktu berbeda), beliau mengiyakan. Terdengar klise memang, tapi sungguh menarik mendengar bagaimana si Ibu menjabarkan disiplin. “Disiplin itu, kalau mengantuk tidur, kalau lapar makan, kalau waktunya kerja, serius” Tadinya aku tersenyum mendengar betapa sederhananya definisi Ibu Et. Setelah kurenungi, dalam juga ternyata. Kurasa yang dimaksudkannya adalah kemampuan pengelolaan diri, memimpin diri sendiri. Dalam dua jam aku ngobrol dengan si Ibu, bertaburan contoh mengenai hal ini. “Selepas sholat subuh, lewat sedikit dari pukul 5, saya berangkat kerja. Jadi anak-anak bisa melihat bahwa sayapun disiplin, bukan hanya menuntut”. (Yang disebutnya “anak-anak” adalah karyawan maupun putera-puterinya sendiri). Bahkan di tahun ke 31 inipun ia masih sering turun ke pasar. Bukan karena tidak percaya, tetapi karena “senang saya ikut memilih-milih bahan masakan itu. Ada saja ide muncul” begitu jelasnya. Bagian terakhir dari definisi disiplin versi Ibu Et “....kalau waktunya kerja, serius” diterapkannya dengan tegas terhadap anak-anaknya. Tiga dari empat anaknya bekerja di Bopet Mini, diberi gaji seperti karyawan dengan jam kerja yang tetap. Saat bekerja, mereka bukan lagi keluarga pemilik, tetapi bagian dari angkatan kerja Bopet Mini. @@@@

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun