Pawai tahun ini mengalami perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu bekerjasama dengan Pemkot Salatiga. Dengan koordinasi Walikota Salatiga, semula Pawai akan melibatkan SKPD yaitu DISHUBKOMBUDPAR dan DIKNAS. Namun dalam perjalanannya hanya Dishubkombudpar yang menunjukkan komitmennya untuk bekerjasama mengadakan pawai dalam rangka membangun ikon wisata kota Salatiga.
Ikon wisata yang hendak dibangun adalah pawai yang merupakan sinergi antara pemkot dan perguruan tinggi. Karena baru UKSW yang memiliki agenda orientasi mahasiswa baru-nya dilakukan dengan melakukan pawai. Ikon wisata dengan menggunakan pendekatan budaya menjadi sarana menghargai kemajemukan yang menjadi keniscayaan. Â Kedepan pelibatan masyarakat dengan dukungan optimal dari walikota dan jajarannya akan mampu menyelenggarakan pawai di kota Salatiga.
Untuk tahun ini saja, Dishubkombudpar mendukung pawai dengan mengirimkan 'duta' budaya antara lain reog, liong dan tari keprajuritan. Ketiganya merupakan kelompok kesenian yang dibina oleh dinas tersebut. Selain dari dishubkompar, terdapat inisiatif warga dalam keterlibatannya di pawai tersebut yaitu tarian api dan kostum karnival dari siswa Sekolah Internasional yang ada di Salatiga. Artinya apabila dukungan Pemkot Salatiga lebih nyata terhadap pawai yang sudah digagas oleh UKSW sejak tahun 2009 akan melahirkan kolaborasi luar biasa dalam penyelenggaraan pawai di kota Salatiga.
UKSW untuk Salatiga dalam konteks pawai sudah membuktikan menjadi event yang ditunggu oleh masyarakat kota Salatiga. UKSW dengan Pemkot Salatiga khususnya DISHUBKOMBUDPAR pada tahun ini melahirkan pawai dengan rangkaian yang sangat panjang. Tentunya ke depan, peserta pawai akan lebih banyak melibatkan peran serta masyarakat dengan dukungan dari Pemkot Salatiga.Dengan menempatkan kerjasama Pemkot Salatiga dan UKSW, maka pawai sebagai ikon wisata kota Salatiga bukan merupakan impian semata.