Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana Artikel Utama

White Rose #5; Gadis Bersepeda Itu!

16 Mei 2015   04:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:59 161 10
Sepuluh tahun telah terlewat setelah kecelakaan akibat gempa yang memisahkannya dengan White Rose, adik tercintanya. Berbagai cara di lakukan untuk mencarinya, tapi hingga kini tak ada hasil sama sekali. Ricky pasrah akan hal itu walau hati kecilnya menjerit tak rela kehilangan adiknya. Tapi ia tetap yakin adiknya pasti masih hidup, selama ia belum melihat mayatnya ia tak akan percaya kalau Rose telah pergi.

Ricky mengendarai menuju ke kampus, di sampingnya Sharon yang selama ini menjadi adiknya. Sharon memang tak bisa menggantikan Rose, tapi kasih sayang yang ia berikan pada gadis itu begitu besar hingga apapun kemauannya ia turuti. Bukan karena hutang budi pada keluarganya tapi karena merasa telah gagal menjaga adiknya sekali maka ia tak mau gagal dua kali. Itu sebabnya ia tak mau mengecewakan Sharon atau membuatnya sedih. Dan Sharon yang tumbuh menjadi gadis manja akan selalu mengadukan apapun kepada sang kakak, dan sang kakakpun akan bertindak.

Sharon berkaca pada cermin kecil di dalam kotak bedaknya, memolek wajahnya sekali lagi denagn spon yang sudah ia colekan di bubuk padat dalam benda itu. Selesai itu dia membelai-belai rambutnya untuk memastikan itu tak berantakan. Ricky milirik dan tersenyum, "aduh.....tuan putri, dari tadi dandan terus sih. Bisa bantuin panglima buat nyetir nggak?" godanya.

"Ah kakak, aku kan berangkatnya sama kakak. Ya kakaklah yang harus nyetir!"
"Kita ini mau kuliah sayang bukan pesta!"
"Emang kita mau kuliah, tapi kan tetap harus cantik!"

Ricky mengusap rambutnya, sedikit memberantakinya. Dan Sharon langsung langsung menyingkirkan tangannya, "aaaahhhh....., kak Ricky. Rambut aku jadi jelek kan!" kesalnya, Ricky hanya tertawa kecil sementara Sharon merapikan rambutnya kembali.

*****

Lapangan basket sudah penuh dengan peserta dan penonton, para juri duduk di tempat masing-masing. Para cheerleaders menari dan menyanyi sebagai pembukaan acara dan juga penyemangat, salah satunya adalah Sharon. Itu adalah pertandingan antar kelompok, yang menang akan mewakili kampus untuk pertandingan antar universitas tahun ini. Ricky adalah kapten di timnya itu, Jerry adalah pemain tengah sekaligus memang nomor dua setelah Ricky. Jerry yang menjadi teman Ricky sejak SMU tak kalah ganteng dan telah lama menjadi incaran Sharon. Sharon bahkan sudah menganggap bahwa dirinya memang pacaran dengan Jerry. Memang ketika Sharon memintanya menemani jalan Jerry hampir tak pernah menolak karena dirinya emang nggak punya pacar.

Sementara Mela duduk di barisan paling depan, Mela adalah anak kelas musik. Dia sangat berbakat bermain piano dan chello. Bahkan boleh di katakan kalau dia sudah menjadi pianis muda, karena dia sudah sering di undang ke acara pentas musik dan opera sejak SMU. Dan dia duduk di barisan paling depan karena statusnya adalah pacar Ricky, mereka sudah lebih dari setahun menjalin hubungan dan tak ada kendala keluarga. Pertandingan berlangsung baik, sorak-sorai dari penonton dan cheerleaders bergemuruh ketika idola mereka mencetak poin.

Mawar duduk di depan televisi sambil memegang sebungkus potato chips, tangannya masuk ke dalam bungkusan dan keluar dengan membawa sekeping potato chips di ujung kedua jarinya lalu memasukannya ke mulutnya. Paman Fahri keluar dari dapur dan duduk di sampingnya, "serius sekali, cuma basket doang. Berita lebih bagus!" katanya seraya menyambar remot dan mengganti channelnya, Mawar langsung menoleh.

"Ih....paman, itu lagi tegang-tegangnya kok di ganti!" protesnya, "kalau tegang sini paman pijitin!" goda Fahri. "nggak lucu, paman mana remotnya?" pinta Mawar hendak merebut remot itu dari tangan Fahri.
"Gantian dong!"
"Paman ganteng deh, ayo ganti lagi dong....!" rayunya.
"Nggak mempan rayuan gombalmu!"
"Ah paman.....itu kan Elang Putih yang lagi tanding!"
"Terus....kenapa?"
"Ih...paman nggaka asyik!"

Mawar kembali ke duduknya seraya memoncongkan bibirnya, Fahri melirik seraya tersenyum. "iya Mawarku yang cantik, gitu aja marah!" godanya mengembalikam cannel yang tadi di tontong oleh gadis yang sudah seperti putrinya sendiri.

Mawar kembali memperhatikan pertandingan yang hanya tinggal beberapa menit itu, yang paling membuatnya tertarik adalah kapten tim itu yang nama depannya sama dengan nama kakaknya. Ricky sekarang memang memakai nama keluarga Hermawan, bukan Atmajaya lagi. Sedang Rose sendiri masih menempelkan nama Atmajaya di belakang namanya. Tapi untuk keseharian ia juga menggunakan nama paman Fahri, yaitu Mawar Putih Sujatmiko. Setiap gerak-gerik dari Ricky Hermawan selalu mengingatkannya pada sang kakak, setiap kali melihat wajahnya ia juga melihat wajah kakaknya yang terakhir kali ia lihat. Wajah saat mereka masih kecil, tapi di lain pihak ada sebuah tim basket lain yang juga menyita perhatiannya. Juga masih tentang sang kapten, namanya Andika Wiratama, kapten dari tim Harimau hitam. Dari Universitas lain, mengingatkannya juga pada Dika teman kecilnya, ia tak pernah tahu nama panjang Dika karena Dika tak memberitahukannya. Dan waktu itu ia pun tak bertanya, nah....itulah bodohnya.

Mawar menulis sesuatu di diarynya, masih tentang Dika. Masih mempertanyakan kabarnya tanpa tahu jawabannya. Ia bahkan menulis beberapa surat yang tak pernah ia kirimkan karena tak tahu harus di kirim kemana. Ia mengumpulkan surat-surat itu dan di ikat lalu di taruh di dalam laci meja belajarnya. Ia sering menghabiskan waktu di malam hari sepertk itu sebelum tidur.

*****

Dika latihan di tempat biasa bersama teman-temannya sebelum ke kampus.

"Ka, kaya'nya kita harus susun strategi deh buat pertandingan seleksi nanti!" seru Awan, "strategi apaan, kita bermain aja seperti biasa!" sahut Dika seraya melempar bola ke keranjang.
"Tahun ini kita nggak boleh kalah lagi dong dari Ricky cs!"

Sam menangkap bola yang baru saja masuk ke dalam ring, mendriblenya beberapa kali lalu melemparnya ke arah Doni. Di tangkap sempurna, "tenang bro, pokoknya kita harus menang kali ini!" sahut Tata.
"Aku tidak mau ada kejadian yang merugikan kita lagi, jadi jangan berfikir yang macam-macam!" pinta Dika merebut bola dari tangan Doni, mendriblenya seraya berlari lalu menshotnya kembaki ke ring dari posisi three point.

"Ok, jangan khawatir. Kali ini kita akan hati-hati, tahun kemarin itu....adalah insiden yang nggak di sengaja!" kilah Tata.

Mawar bersepeda menuju kampus, ia melewati tempat para pemuda itu bermain, karena permainan mereka cukup menarik perhatiannya maka Mawarpun berhenti dan memperhatikan mereka. Ia mengenali kelima pemuda itu, terutama sang kapten. Ia menuntun sepedanya lebih dekat lagi ke arah lapangan. Senyumannya memang selalu mengingatkannya pada teman kecilnya, tapi apakah mungkin itu memang Dika teman kecilnya, lalu kenapa dia tak pernah mengunjunginya seperti pada janjinya dulu di masa kecil? Sam melihat Mawar di pinggir lapangan sedang memperhatikan mereka, ia memberi isyarat pada teman-temannya ke arah gadis itu. Semuanya menoleh, seketika Dika tertegun memandang gadis bersepeda itu. Wajah White Rose kecil muncul di wajah gadis itu, lama mereka berpandangan. Menyadari ada hal yang terasa aneh di relung hatinya, Mawar mengalihkan pandangannya. Dia menoleh sejenak ke arah Dika kembali yang masih memandangnya penuh tafsir, lalu iapun menaiki sepedanya dan mengayuhnya menjauh dari sana. Dika maju perlahan melihat gadis itu pergi dengan sepedanya.

Kenapa gadis itu.....mengingatkanku pada Rose? Apakah mungkin itu memang dia?

Doni menghampirinya dan menepuk pundaknya, membuatnya terjaga. "kenapa kamu bro?" tanya Doni, "eh, e....nggak. Nggak apa-apa!" hindarnya.
"Boleh juga sih, cantik!" goda Doni, Sam maju dan ikut nimbrung. "hai bro, masa' kamu mau ngejomblo terus. Kamu tuh ganteng, keren, beken, tajir lagi. Tapi....semua cewe kamu tendangin!"
"Emang bola di tendangin!" balas Dika seraya berjalan ke arah tasnya yang tergeletak dan memungut botol minumnya, ia membuka tutup botol itu lalu menenggaknya. Tapi pikirannya masih melayangkan kepada gadis bersepeda itu.

Yang lain menghampirinya, "mungkin cewe tadi salah satu fansmu, cakep juga sih!" desis Awan, "kalau fans pasti ngejar-ngejar, bukannya bengong aja!" tukas Tata.
"Ya siapa tahu aja dia malu, malu-malu kucing maksudnya!" tambah Sam, tapi tak ada tanggapan dari kapten mereka.

*****

Mawar berjalan terburu-buru seraya celingukan, di tikungan ia menabrak seseorang hingga buku-buku di tangan orang itupun berjatuhan.

"Oh maaf!" desisnya, mereka saling memandang setelah melihat barang di lantai yang berserakan. Mawar mengenali pria yang di tabraknya.

**********

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun