Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

[Fiksi Fantasi] Dimensi Ketiga; The Fairy & I

17 September 2014   23:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:24 55 3
Fisi Fantasi, Dimensi Ketiga ; The Fairy And I

oleh ; Y. Airy no ; 89

"Jadi apa sebenarnya dirimu?"

Pertanyaan itu akhirnya aku lontarkan juga pada Ares. Setelah sekian lama ku pendam sendiri sejak aku memergokinya 3 minggu lalu. Aku melihatnya di bawah sinar bulan, tubuhnya bercahaya. Indah sekali, seperti berlian. Aku selalu berfikir, itukah sebabnya dia tak mau keluar setiap bulan bersinar terang di kala malam hari? Pertanyaan itu terus memenuhi batok kepalaku.

Dua bulan lalu, dia tiba-tiba muncul di taman belakang rumah kami hanya dengan berselimutkan dedaunan. Dia sangat tampan dan berwajah lembut. Dia bilang dia tersesat dan tak ingat apa-apa, itu sebabnya keluargaku mengijinkannya tinggalbdi rumah kami. Dia membantu kami berkebun, rumah kami cukup luas dengan halaman yang sangat luas pula. Halaman belakang rumah adalah tanaman bunga mawar. Kami penghasil bunga mawar indah yang di setorkan ke berbagai tempat.

"Apa maksud pertanyaanmu?" Ares balik bertanya. Kami duduk di sebuah coffeshop, jika berbicara di rumah, bisa gawat.
"Usiaku sudah 18 tahun, aku bukan anak kecil lagi. Jadi jangan membodohiku!" kataku sedikit marah.
"Miranda!" katanya lembut, "aku bahkan belum ingat siapa aku!"
"Bohong, aku melihatmu. Di bawas sinar bulan, kau bersinar seperti mutiara. Apa kau sebenarnya?"

Ares diam beberapa saat.
"Kau sungguh ingin tahu siapa aku?"
Aku mengangguk.
"Menjelang tengah malam nanti, keluarlah ke kebun belakang. Akan aku tunjukan padamu!"
"Sungguh?"
"Itu kalau kau belum tertidur!"
"Aku tidak akan tidur!" jawabku tegas. Dia tersenyum, manis sekali.

Ketika matahari terbenam, aku sudah tak sabar menanti tengah malam. Kulihat jarum jam dinding berputar, rasanya lambat sekali. Dari pada ketiduran maka ku putuskan untuk membaca buku saja. Ku dengar jendela kamarku di ketuk seseorang, aku membuka kordennya, itu Ares. Ia memberi isyarat padaku agar aku keluar sekarang.
Aku segera mengambil jaket dan memakainya, lalu aku melompat dari jendela. Ares membantuku. Kami berlari bergandengan tangan ke arah belakang. Kami melewati taman bunga, menerobos batas pagar dan menembus dedauan di pinggir hutan. Cahaya bulan menerobos kami di antara dedauan. Kami berdiri di sana, Ares membuka bajunya. Membiarkan dirinya bertelanjang dada.

Sinar bulan menyentuh tubuhnya, membuatnya kembali bercahaya. Ku lihat tubuhnya berputar melayang-layang, bulu-bulu putih keluar dari punggungnya, membentuk sayap yang indah.

Dia.....
Ares tersenyum padaku, ia menjulurkan tangannya yang bercahaya padaku. Aku menyambutnya, kami kembali bergandengan. Sebuah pantulan cahaya di sebatang pohon bersinar begitu terang, ku rasakan tubuhku bergerak menembusnya. Dalam sekejap aku telah berada di sebuab tempat yang begitu indah. Setiap tangkai pohon di kelilingi cahaya,hamparan hijau rerumputan membentang luas. Terlihat banyak muda-mudi bersayap berseliweran di antara kami. Kakiku tidak menginjak tanah karena Ares terus menggandengku. Dia mengajakku berkeliling. Tempat itu sungguh indah. Bunga-bunga bermekaran, lebih harum dari tamanku.

"Ares!" desisku.
"Inilah duniaku, kau suka?"
"Ini indah sekali. Apa kalian sebenarnya?"
"Kami bangsa Elf!"
"Elf, maksudmu sejenis peri?"
Ares mengangguk.

"Kami peri kupu-kupu, apa kau sadar sekarang besar tubuhmu tak seperti saat di dunia manusia. Kau mengecil!"
"Benarkan?" aku melihat diriku sendiri, tak terlihat perubahan apapun.
"Ayolah. Ku ajak ke suatu tempat!" katanya membawaku memasuki sebuah ...istana. Ya istana, memang tidak seperti istana di dalam film disney. Tapi kelihatannya indah.
Kami memasukinya, di dalamnya benar sangatlah indah. Ares memperkenalkan ku pada semua anghota keluarganya. Katanya dirinya pangeran peri. Ia sengaja mengunjungi taman bunga kami di dunia manusia.

Tapi malah terjebak karena pintu dimensinya keburu ketutup. Dan hanya bisa terbuka di saat tengah malam tiba. Aku juga ingin tinggal di tempat seperti itu. Pasti menyenankan, punya sayap. Bisa terbang kemana saja.

"Ares, lalu siapa nama aslimu?"
"Namaku Eldar!"
"Eldar, itu bagus. Tapi aku lebih terbiasa memanggilmu Ares!"
"Terserah kau mau memanggilku apa!"
"Jadi setiap tengah malam kau pulang ke sini, dan kembali lagi sebelum fajar!"
"Ya!"
"Kau curang, kenapa baru beitahu aku sekarang!" kesalku.
"Ku pikir kau tidak akan percaya dunia peri!"
Aku malah tertawa....
"Aku sering membayangkan seperti apa rupa peri itu sesungguhnya sejak aku kecil!"
"Benarkah?"
"He em."
"Sekarang kau sudah lihat!"
"Jadi....kalian bersinar jika terkena sinar bulan, dan sayapmu akan muncul?"
"Bgitulah!"
"Tapi di siang hari kau tidak akan terbakar seperti vampir kan?" candaku dengan tawa.
"Tentu tidak, aku tidak apa-apa kan membantu ayahmu di kebun bunga?"
"Apa vampir juga benar ada?"

Ares terdiam mendengar pertanyaanku. Lalu dka menyentuh wajahku, lembut.
"Jangan berfikir yang macam-macam. Manusia bisa melihat peri hanya jika mereka percaya peri itu benar ada. Dan tentunya, jika hati mereka putih!"
"Orangtuaku melihatmu!"
"Sebagai manusia, bukan sebagai peri. Kau bisa melihatku di bawah sinar bulan, karena kau memiliki hati yang putih!"

"Apa kau akan tetap tinggal di rumah kami?"
"Ku pikir sudah waktunya aku kembali!"
"Tapi....!"
"Jangan khawatir aku akan sering mengunjungimu!"

Ares membawaku kembali ke dunia manusia sebelum fajar. Kami kembali ke bentuk semula. Paginya, Ares bilang sama papa, kalau ia sudah ingat semua dan harus pulang ke kota sebelah. Itu yang dia bilang. Papa dan mamaku bingung, karena Ares tak memberitahu apa nama kotanya. Aku hanya meringis geli.

Ada sesuatu yang aku sadari memang sejak Ares muncul di rumah. Otakku yang tadinya pas-pasan mendadak jadi pintar, kakiku yang tadinya sedikit pincang karena kecelakaan 5 tahun lalu juga sudah normal. Dan yang paling penting....Ares, setiap menjelang tengah malam ia mengetuk daun jendelaku. Dan mrngajakku berpetualang ke dunianya. Katanya di mana ada taman bunga yang indah mereka akan muncul untuk mengunjunginya, karena mereka adalah peri kupu-kupu. Dan taman bunga di belakang rumahku memang selalu mekar. Terkadang di siang hari aku juga seperti melihat Ares melayang-layang di atas bunga-bunga di kala puluhan kupu-kupu beterbangan di taman bungaku. Aku tidak akan pernah melupakannya. Meski sekarang aku sudah punya pacar, namanya Zach.

**********

Untuk melihat karya kompasianer lain silahkan kunjungi akun



Dan silahkan bergabung di

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun