Dia mengambil mesin ketik tua yang tadi dipajangnya sebelum di tendang oleh seorang pegawai kantor kecamatan di depan kantor kecamatan tempat dia menunggu seseorang yang bersedia menebusnya dengan sejumlah uang. Sebenarnya memutuskan untuk menjual mesin ketik tua miliknya adalah keputusan berat yang terpaksa dia ambil demi mendapat tambahan sejumlah uang untuk membeli sebuah buku namun dia tak pernah membayangkan mesin ketik kesayangannya bakal ditendang oleh seorang pegawai kantor kecamatan. Diperhatikannya mesin ketik tua miliknya, tempat pitanya patah namun setelah dia perhatikan sepertinya masih bisa diperbaiki. Setelah memasukkan mesin ketik tuanya ke dalam tas dan meminta maaf kepada si pegawai , dia pun berjalan meninggalkan depan kantor kecamatan. Sebagai seorang yang telah berumur 68 tahun dia termasuk orang tua yang masih cukup kuat, jarak antara kantor kecamatan dengan tempat tinggalnya sekitar 1 km dan dia menempuhnya dengan berjalan kaki. Setelah 30 menit akhirnya dia sampai juga di rumahnya. Dia tak langsung masuk, dia memilih duduk di dipan di bawah sebuah pohon mangga di halaman rumahnya. Dia merenungkan kejadian yang dialami hari ini. Betul-betul tak pernah dia bayangkan akan diperlakukan seperti itu oleh seorang pegawai kecamatan, saat mesin ketik tuanya ditendang sebenarnya dia ingin marah tapi dia pikir tak ada gunanya marah pada si pegawai.
KEMBALI KE ARTIKEL