[caption id="attachment_222060" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Sejak kemarin berita tv disesaki oleh informasi penangkapan Ustad Abu Bakar Ba'asyir (ABB) Berbagai kisah tentang sepak terjang beliau (pak Edward Aritonang menyebutnya begitu) dipaparkan. Sejak menjadi santri, menolak azas tunggal Pancasila di era Orde Baru, melarikan diri ke Malaysia, sampai mengkonsolidasi gerakan Muslim garis keras di Asia Tenggara. Semula diberitakan ABB ditangkap secara paksa di tengah perjalanan dekat perbatasan Jabar-Jateng. Didramatisir dengan kisah pemecahan kaca jendela mobil. Seolah-olah terjadi perlawanan sengit. Padahal kejadiannya di halaman kantor polsek Banjar. Sayapun kaget, sedemikian berbahayanyakah dan sedemikian pentingnyakah menangkap Ustad ABB sehingga harus dipelakukan demikian? Nah, drama dimulai ketika wartawan mewawancarai putra beliau yang sampai menitikkan air mata ketika memohon ibundanya untuk dilepaskan (karena ikut serta di"amankan" oleh tim Densus 88) Kemudian muncul opini "pengalihan isu, dsb. Saat wartawan meminta komentar ustad ABB yang menjawab ringan: ini pesanan Amerika dan Israel. Apa iya? Seperti kebanyakan rumah makan cepat saji aja, delivery order? Dibayar dengan apa negara kita yah? Banyak pernyataan yang pro dan kontra, sudah pasti. Inilah dinamika negara demokrasi, setiap orang patut dihargai pendapatnya. Tetapi sore ini saya agak terkejut oleh pernyataan bapak Ja'far Umar Thalib pemimpin Laskar Jihad. Bagi saya pernyataannya berkesan provokatif. Dengan tegas mengatakan bahwa: ustad ABB pasti terlibat gerakan teroris dengan penyebaran ideologinya, yg mengkafirkan orang2 di luar komunitasnya. Bahwa ustad ABB harus dihukum berat, lebih berat dari para pengebom bunuh diri 'anak buahnya' karena perannya dalam menyebarkan paham ideologi tadi, yang menurut pak Ja'far efeknya lebih hebat dari bom. Ada apa di antara mereka? Bukankah mereka memiliki garis perjuangan yang sama, yaitu menegakkan Syariah Islam? Terus terang saya agak merinding menyimak pernyataan2 pak Ja'far yg saya ketegorikan provokatif tetapi (anehnya) diucapkan dengan tanpa ekspresi, tanpa emosi. Saya bener2 khawatir reaksi yang akan muncul dari pendukung ustad ABB. Apakah ini sandiwara? Dua hari lalu saya memposting tulisan tentang realityshow Penghuni Terakir (
http://m.kompasiana.com/?act=r&id=219809) yang saya anggap para pesertanya overacting dan saya menilainya dengan istilah LEBAY. Tetapi sandiwara terkait penangkapan ustad ABB ini menurut saya harus disikapi secara PANDAY (maksa, maksudnya pandai) untuk menghindari provokasi. Apalagi memasuki bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, yang perlu dijalani dengan hati yang DAMAY (damai) Selamat manunaikan ibadah puasa bagi saudara-saudaraku umat Muslim.
KEMBALI KE ARTIKEL