Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

KISAH HIDUP BILL GATES SANG GENIUS MILIARDER (3)

9 Juli 2010   16:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:58 451 0
Begitu keluar dan sekolah, Bill mencurahkan segenap energi dan bakatnya yang luar biasa pada Microsoft. Dalam masa 5 tahun berikutnya, ia hanya dua kali berlibur. Masalah mendesak pertama yang ia selesaikan dengan sukses adalah ketidakcocokan Microsoft dengan MITS, perusahaan milik Ed Roberts, produsen ALTAIR.

Perangkat keras tersebut ternyata bermutu jelek sehingga orang membeli Ahair hanya karena ingin mempunyai BASIC. Padahal, Microsoft sudah terlanjur mengikat kerja sama dengan MITS. Ibarat pesawat, Microsoft siap tinggal landas, tapi rodanya tertambat di darat. Ketika kemudian MITS dijual kepada sebuah perusahaan raksasa, Pertec, Bill sadar ia hams menceraikan “anaknya” dari ALTAIR. Untuk itu, ia yang baru 21 tahun harus berhadapan dengan para pengacara tangguh. Dengar pendapat di depan sidang pengadilan yang berlangsung selama 3 minggu, akhirnya menghasilkan keputusan Microsoft punya hak penuh untuk memasarkan BASIC sesuai dengan cara yang dipandangnya baik.

Sampai sekarang, Roberts tetap beranggapan BASIC adalah hak MITS. “Bill dan Allen mengembangkan BASIC mereka dengan menggunakan waktu komputer MITS yang bernilai ribuan dolar. Bill dan Allen, terutama Bill, ternyata jauh lebih lihai daripada saya.”

Memang, walaupun lebih mirip pesuruh, Bill Gates adalah pengusaha yang amat tangguh. Pada usia demikian muda, ia santai saja duduk merundingkan kontrak bisnis yang rumit dengan para pengusaha Yang jauh lebih tua, berjas, dan berdasi. Tidak berbeda santainya dengan ketika ia duduk di depan komputer sampal pagi sambil makan piza dingin dan minum Coca-cola.

Dalam hobi pun tampak benar pembawaan Bill yang selalu mau serba cepat dan tidak sabaran. Ia senang ngebut dengan Porsche dan sering kena tilang. Seperti kata Paul Allen, “Bill senang mengetes mobil untuk mengetahui batas kemampuanya. Tapi, ia pengemudi yang hebat dan tidak pernah kehilangan kontrol”

Menurut Ed Curry yang menemani Bill, salah satu kunci keunggulan Bill adalah justru karena lawan meremehkan dia. Tapi, kunci yang lebih penting adalah ketangguhannya dalam soal-soal hukum. Selain mendapat bimbingan ayahnya, ia banyak belajar sendiri dengan membaca buku-buku tentang hukum korporasi AS. Selain itu, sudah sejak di Harvard, sementara kawan-kawannya asyik membolak-balik Playboy, ia senang menekuni buku-buku bisnis, tentang bagaimana mengelola orang dan produk. Kepiawaiannya dalam bahasa hukum membuatnya mampu menulis sendiri kontrak-kontrak kerja sama. Bagi Microsoft, ini penghematan dana pengacara yang mahal. Si bocah kerempeng dengan rambut penuh ketombe ini tidak cuma amat menguasai bidangnya, tapi juga memahami sepenuhnya makna terpendam dan suatu perjanjian yang kadang kala tersamar di balik bahasa hukum.

Tentu saja, kejadian biasa bila para pengusaha yang datang ke kantor Microsoft di Albuquerque bingung berhadapan dengan para pemuda gondrong itu. “Siapa sih anak-anak ini. Mana bosnya?” Demikian mereka umumnya bertanya. Tapi, begitu Bill mulai memimpin rapat, tidak ada lagi keraguan tentang siapa yang pegang kendali.

Sementara itu, para awak Microsoft terus ngebut mengembangkan bahasa program lain, seperti FORTRAN, COBOL, sembarj terus mengembangkan BASIC untuk sejumlah chip selain 8080. Di sini kendali pimpinan dipegang Allen yang lebih senang berada di belakang layar. Bill sendiri lebih sering terlibat pada segi bisnisnya. Darah dagang sudah telanjur mengalir kental dalam tubuhnya.

“Kawin” Dengan IBM
Jadi bolehlah dikatakan, dia salesman, kepala bagian teknik, pengacara, pengusaha, dan seterusnya di awal berdirinya Microsoft. Saking dominannya, kadang-kadang Bill tidak tahan untuk tidak mengotak-atik program hasil karya anak buahnya, walaupun ia sadar setiap pemrogram mempunyai gaya sendiri. Yang keterlaluan adalah ketika hasil karya orang pun diakui sebagai karyanya. Misalnya Standalone Disk BASIC dalam MS-DOS Encyclopedia (buku resmi Microsoft) disebut sebagai hasil karyanya. Padahal, program itu ditulis oleh Marc McDonald untuk National Cash Register tahun 1977. Sudah tentu penulisnya amat kesal karena menurutnya, Bill tak menyumbang secuil pun dalam program itu.

Pada awal tahun 1979, Microsoft pindah ke Seattle dan baru saat itu mereka mempunyai komputer sendiri. Dalam perjalanan dengan Porsche sejauh 2.250 km dan Albuquerque ke Seattle, ia terus ngebut sampai ditilang dua kali.

Saat Bill menginjak usia 24 tahun, Microsoft telah berpenghasilan AS $ 7 juta per tahun dengan hanya 40 orang pegawai. Tibalah saatnya membonceng sang raksasa IBM yang waktu itu berpenghasilan

hampir AS $ 30 miliar per tahun dengan angkatan kerja lebih dan separuh penduduk Seattle.

Saat itu, IBM memutuskan akan terjun ke industri komputer pribadi tanpa mengembangkan teknologi sendiri. Dengan nama sandi Project Chess, orang Microsoft harus menandatangani kontrak tutup mulut karena ini proyek super-rahasia. Microsoft dipilih, lantaran waktu itu pemakai BASIC-nya sudah ratusan ribu di seantero bumi. IBM sendiri sebenarnya telah memiliki BASIC yang tersebar di seluruh dunia, tetapi hanya digunakan pada komputer mainframe.

Untuk IBM PC, Microsoft dipercaya menyediakan sistem pengoperasiannya, atau “jiwa” mesin itu. Saking rahasianya, proses pengerjaannya sampai mirip dagelan spionase. Dalam soal rahasia-rahasiaan, IBM memang biangnya. Perangkat kerasnya, komputer buatan IBM yang disebut dengan nama sandi Acorn, harus tetap berada di kamar kerja tidak berjendela seluas 2 x 3 m yang selalu terkunci dengan gembok khusus dan IBM, walaupun ada pemrogram sedang berada di dalamnya. Semua manual dan dokumen harus juga disimpan di kamar itu, dalam filing cabinet dan brankas.

Para pemrogram Microsoft di Seattle secara teratur terus berhubungan dengan bagian proyek PC IBM di Boca Raton, Florida yang jaraknya lebih dan 6.000 km. Namun, usul IBM untuk memasang pagar kawat di atas langit-langit kamar untuk menghindari “penyusupan” dan atas, ditolak Bill mentah-mentah. Inisudah keterlaluan.

Karena kondisi kerja yang serba sempit dan tanpa ventilasi, komputer dan alat-alat elektronik lain cepat membuat ruangan mungil itu menjadi panas, kadang-kadang sampai 36°C. Initidak cuma membuat manusia gerah dan tidak betah. Mesin pun ikut bertingkah. Kadang kala IBM mengadakan sidak untuk mengecek kerapian keamanannya. Suatu kali, bagian keamanan IBM menemukan sebagian dan komputer rahasia itu berada di luar kamar, sementara pintunya terpentang lebar-lebar (supaya udara segar masuk). Langsung saja Steve Balmer, tangan kanan Bill, ditegur habis-habisan. Setelah itu, bila mengetahui akan ada sidak, orang bisa mendengar Balmer, berlarian ke kamar rahasia itu sambil berteriak-teriak, “Tutup pintu dan kunci brankasnya! Mereka akan datang!”

Gara-gara proyek Chess, Juni 1981, karyawan Microsoft hampir berlipat dua menjadi 70 orang. Dengan melalui pelbagai ketegangan, akhirnya IBM PC diluncurkan 12 Agustus 1981. Cukup memenuhi target para “dewa” di IBM. Sejak itu, industri PC berubah drastis, komputer pribadi melanda dunia dan bersamanya, perangkat lunak dan Microsoft.

Nomor Pelat Mobil pun Hafal

Sementara IBM PC kian populer, kian banyak pemrogram yang menelurkan perangkat lunak untuk mesin kecil itu dan untuk sistem pengoperasiannya. Akhir 1982, industri komputer pribadi sudah tinggal landas. Tidak menghèrankan bila Majalah Time edisi januari 1983 mengangkat komputer pribadi sebagai “Man of the Year” untuk tahun 1982.

Sekitar 10 tahun kemudian, sistem pengoperasian Microsoft saja sudah digunakan oleh 80 juta pemakai komputer IBM dan compatible-nya. ini kepagian 10 tahun dan ramalan tahun ‘80-an. Yang menjadi pemacu dijadikannya IBM PC standar industri komputer pribadi adalah mulai munculnya tiruan IBM PC pada awal 1983 yang kemudian menjamur di mana-mana. Kalau ini memukul IBM secara telak, mengingat tiruan harganya jauh lebih murah, Microsoft

malah amat diuntungkan karena perangkat lunaknya semakin merajalela.

Memang perjuangan Bill di di bidang lain di luar sistem pengoperasian dan komputer pribadi masih cukup panjang, tapi ia salesman yang amat piawai, ulet menghadapi tantangan dan tega. Baginya pertarungan di dunia bisnis adalah “menang atau mati”. Siapa pun yang diperkirakan akan menjadi saingannya di masa depan, akan dibabatnya sampai habis tanpa ampun. Karena itu, ia akhirnya dihadapkan pada tuduhan melakukan praktik monopoli sampai diselidiki oleh pemerintah federal.

Namun setelah 4 tahun, penyelidikan yang rumit itu ternyata berakhir cukup happy end bagi Bill (yang membuat para pesaing kecewa berat). Akhir Juli 1994, menurut Newsweek, pemerintah federal AS hanya menjatuhkan perintah larangan bagi raksasa ini untuk melanjutkan praktik dagang yang mengakibatkan monopoli. Kekhawatiran sementara pengamat bahwa raksasa ini bakal dipecah-pecah oleh pemerintah federal akibat “dosa-dosa”nya, ternyata tidak sampai terwujud. Dapat dipastikan Microsoft bakal tetap atau makin berjaya. Ujung tombak kemajuan itu, siapa lagi kalau bukan para pemrogramnya,

Di Microsoft, pemrogram direkrut langsung dan universitas oleh Bill dan Steve Balmer. Bill mengenali wajah dan nama semua pemrogramnya. Tak hanya itu, ia juga hafal nomor pesawat telepon dan pelat mobil mereka! Bukan apa-apa ingatannya memang fotografik.

Untuk menjadi tenaga di bagian teknik di Microsoft, syarat utamanya jelas IQ tinggi, semangat besar, inisiatif, dan cara berpikir yang jelas. Biasanya anak-

anak dari Jurusan sains, matematika atau komputerlah yang dipilih. Setelah diwawancarai di kampus mereka diterbangkan ke markas besar Microsoft di Seattle

untuk melihat-lihat.

Walaupun gajinya tidak besar, orang.orang berbakat biasanya tergiur juga dengan iming-iming saham yang besar dan kesempatan bekerja di lingkungan yang bebas. Menurut Balmer, dan suara dan nada bicara ia sudah bisa menilai seberapa besar energi dan semangat orang itu.

Ladang pencarian mereka meliputi 15 universitas di AS, 4 di Kanada, dan 6 di Jepang. Kesanalah mereka mencari orang-orang genius nyentrik, bersemangat, dan penuh inisiatif, seperti Bill Gates.

Bagaimana rasanya direkrut sebagai pemrogram di Microsoft diceritakan oleh Neil Friedman, lulusan Carnegie Mellon University Ketika ia mengunjungi kantor Microsoft, perbedaannya langsung terasa. “Tidak ada aturan berpakaian. Sepatu tenis atau sneakers oke. Pegawai tidak perlu berdasi. Di lorong kantor, bisa saja pegawai bermain anggar sebagai selingan.”

Seminggu bekerja, ia mendapat tugas besar pertama, membuat sambungan e-mail antara kantor-kantor Microsoft di luar negeri dengan markas besarnya di Ballevue (Microsoft pindah ke sana tahun 1979). “Pekerjaan ini di IBM membutuhkan 100 orang, di sini saya boleh dikata dibiarkan bekerja sendiri,” katanya.

bersambung

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun