Tentu saja tak ketinggalan buat masak mie instan.
Cepat dan praktis. Panci berdiameter 20 centimeter dan tinggi 10 centimeter menjadi andalan untuk memasak mie. Bisa untuk satu sampai dua porsi mie instan ukuran standar. Lumayan buat ganjal perut sebelum lidah beradaptasi dengan makanan Arab.
Tak banyak pilihan merk mie instan produk Indonesia selain Indomie. Produk Indofood ini menguasai 80 persen pasar Saudi. Hingga perusahaan ini berani membuka pabrik di negeri ini. Nyaris setiap supermarket atau baqala (toko) ada produk ini. Ada beberapa merk lain yang dimasukkan oleh toko Indonesia, namun karena tingginya ongkos kirim harga jualnya kurang bisa bersaing. Beberapa merk dari negara lain juga ada, tapi kurang minat.
Kenapa mie instan dari Indonesia bisa menguasai pasar Saudi. Bisa jadi salah satunya karena banyak tenaga kerja Indonesia di sini. Jelas mayoritas doyan mie. Minimal lebih enak dan familiar dengan lidah Indonesia daripada makanan Timur Tengah. Terutama bagi yang baru datang.
Rasanya juga cukup enak dan universal. Banyak warga negara lain yang suka dengan rasa mie ini. Walau saya pribadi lebih suka produk dari Wings kalau di tanah air. Tak sedikit bos atau juragan TKI yang ikut tertarik setelah mencicipi makanan ini.
Dari sisi pemasaran juga pintar. Perusahaan mie instan dari Indonesia ini banyak merekrut tenaga kerja pemasaran dari India. Kenapa memilih mereka? Jelas, banyak toko-toko di seluruh penjuru Saudi yang dikuasai orang-orang India atau tenaga kerjanya juga dari India. Pasti mereka lebih nyambung dan klop. Tak ada lagi nehi, nehi ....
Jadi kalau ada seseorang tak bisa masak mie instan. Coba beli mie-nya di Saudi. Sekalian umrah atau haji. Berdoa di sana. Jangan sampai suaminya menceraikan atau berpoligami gara-gara tak bisa masak mie instan. Maaf, jika paragraf terakhir kurang nyambung.
*****
#TS