Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kebebasan Berpendapat Jangan Sampai Menyudutkan Orang Lain, Mari Berbenah Diri

4 Juli 2011   14:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:56 381 3
beberapa hari belakangan saya di sibukkan oleh debat di beberapa tempat, salah satu nya debat dengan orang-orang bersuku minang, karena kebetulan saya berdarah campuran minang-jawa, suku minangkabau dari ibu, dan suku jawa dari ayah, sesuai judul nya, (saya sengaja ngumpetin judul nya) yang tersaji, saya mulai mengawali mengenalkan diri dengan bertanya seluk beluk suku minang, diawali dengan matrilineal, harto pusako tinggi (HPT), adat pariaman yang laki-laki nya bajapuik, pinang meminang dsb, karena jujur meskipun ibu saya dari suku minang, tapi beliau semasa remaja nya bersekolah di jakarta-pekanbaru, jelas sekali beliau kurang faham dengan masalah ini, beruntung saya sempat menimba ilmu di salah satu universitas di SUMATERA BARAT, pada saat itu lah saya berkesempatan untuk mengunjungi tanah kelahiran bundo, dalam sylabus saya di fakultas hukum ada beberapa mata kuliah "hukum adat".."hukum adat minang kabau".

sungguh saya benar-benar ingin tahu, di sebabkan kecintaan saya terhadap minang kabau ini, bukan karena bertanya untuk menguji, atau pun bertanya karena ingin menggurui bukan..itu..

tapi di sini lah letak persoalan nya, ketika sampai kepada masalah adat minang kabau yang mengusung ADAT BASANDI SYARA' -SYARA' BASANDI KITABULLAH, (ABS_SBK) di sini saya sedikit tertegun, terperangah, dan kaget karena ada beberapa pertanyaan dari pada sahabat (di luar suku minang barangkali) yang saya juga tidak tau persis apakah mereka bertanya dalam konteks ketidak tahuan yang sama dengan saya, ataupun hanya ingin menggurui, dengan kata lain hanya ingin menjatuhkan citra orang minang saja, wallahu 'alam,  pertanyaan dan jawaban dari orang-orang ini lah yang akhir nya memancing 'kehebohan' massa, hingga akhir nya kata-kata kotor dan kebun binatang beserta isi-isinya berhamburan keluar, sungguh sangat membuat saya miris,

yang lebih menyakitkan pertanyaan/pembahasan yang ada (sesuai judul) yang berbau hubungan ke islaman di ranah minang tersebut memancing mereka saling mencaci maki, saling menuding dan memfitnah kemudian memusuhi, saling like and dislike mencari supporter, dan memprovokasi. bahkan sampai ada yang mengatakan pada pemilik/komentator thread "anda ini iblis, bermuka dua" na'udzubillahi minzalik dan salah satu korban nya adalah SAYA..

sungguh, beginikah kita ada nya, beginikah hasil DIDIKAN yang kita terima dari  orang tua, sekolah, dan madrasah, atau kah ini adalah emosi/gejolak jiwa untuk menunjukan "siapa saya" kepada forum, menunjukan kehebatan dengan di garis bawahi yang bersuara paling akhir adalah pemenang nya, yang tertawa paling akhir dialah jagoan nya, dengan menyudutkan orang lain, mendiskripsikan orang lain sesuai fikiran kita, dengan kesimpulan sepihak kita, dan memvonis pencitraan diri orang lain sesuka hati kita,

saya jadi bertanya, apa itu kebebasan mengemukakan pendapat, kebebasan pers, dan kebebasan berekspresi, sejauh apa kita memahami kebebasan tersebut, bagaimana kita mnyikapi perbedaan pendapat, dan bagai mana kita menjawab semua pertanyaan dengan bijaksana, sesuai keilmuan kita..??

dewasa ini kita sering kali di teriakan oleh sebaris kata "kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi dan kebebasan pers" sehingga  alhasil tiap orang dapat secara bebas mengemukakan pendapat dan isi hati nya, artinya di sini siapa saja, seluruh warga negara indonesia bebas mengemukan pendapat dan aspirasi nya dengan tetap bertanggung jawab.

Bebas artinya bahwa segala ide, pikiran atau pendapat kita, dapat dikemukakan secara bebas tanpa tekanan dari siapa pun. Bertanggung jawab maksudnya bahwa ide, pikiran atau pendapat kita tersebut mesti dilandasi akal sehat, niat baik dan norma-norma yang berlaku.

Setiap warga negara perlu mengerti hak dan kewajiban warga negara dalam mengemukakan pendapat.
1. Hak
Warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum berhak untuk :
a. mengeluarkan pikiran secara bebas
b. memperoleh perlindungan hukum
2. Kewajiban
Warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
a. menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain
b. menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum
c. menaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d. menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum
e. menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa

dan tentu saja harus sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku oleh grup tersebut...

namun apa yang terjadi manakala emosi telah merajai, egoisme yang meninggi, diskusi yang semula lancar dan terarah mendadak menjadi ricuh, dan tidak terkontrol, hal-hal yang di bahas menjadi tidak fokus, pembahasan jadi meloncat-loncat kesana kemari, belum lagi makian dan sumpah serapah, tak lagi menemukan suasana kondusif, atas hal yang terjadi ini siapakah yang dapat di katakan bebas bertanggung jawab, tak terpenuhi lagi "hak dan kewajiban" peserta diskusi, semua nya semau gue, lalu di manakah solusi nya..?

dimana kedewasaan kita dalam berfikir, kenapa kita tidak bijaksana saja menjawab pertanyaan mereka, terlepas dari latar belakang maksud pertanyaan ataupun komentar mereka, tak mampukah kita berbesar hati menjelaskan sesuai konsep keilmuan kita, kenapa kita tidak cerdas berbangsa dan bertanah air, ada banyak keragaman budaya di negeri ini, ada banyak ciri khas adat di setiap daerah di tanah air tercinta, tentulah akan banyak pertanyaan mengenai hal itu dan pasti nya ada kritik dan saran,

Kebebasan berpendapat yang kebablasan ini akan membuat kita menjadi orang yang kurang bertanggungjawab. kita akan memaksa orang lain untuk menerima pendapat kita, dan menutup mata pada kebenaran, padahal akan ada banyak wacana beserta ilmu nya di luar sana, jika kita mau sedikit saja secara cerdas dan bijaksana menerima kritikan orang lain yang membangun, menjadikan nya ilmu untuk mengintropeksi diri, dan ada baik nya perdebatan yang panjang itu tidak membuat orang lain merasa tersakiti, tidak menhujat dan tidak menyudutkan orang lain, siapa tau di balik itu ada ilmu nya. karena satu telunjuk tudingan yang terarah kepada orang lain, maka empat jari lah tudingan itu ke diri kita sendiri.. bukankah itu akan menunjukan kualitas diri kita?

karena itu sahabat, mari menjadi manusia yang dewasa, secara cerdas dan intelektual berfikir, sejenak kita merenungi bahwa kita tidak harus mengaji, tapi kita juga mengkaji ilmu, dimana,  kapan, dan kepada siapa saja, bahkan pada seorang anak kecil sekalipun kita membuka mata dan hati kita untuk melihat dunia itu luas, sampai kita tua, dan menutup mata,

ayoo..mulai lah dari diri sendiri, keluarga, dan para sahabat, semoga ALLAH SWT memberikan hidayah dan rahmat nya kepada kita semua..amiin

NB: maaf kalau ada kata yang salah, hati yang tersinggung, karena ini murni pengalaman pribadi, tanpa berniat menyudukan siapa pun, apalagi menyinggung perasaanorang lain, (sekedar wacana dan hal ini tidak berhubungan dengan adat manapun)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun