beberapa waktu kemudian, aku menjelma menjadi buaya, menerkam daging yang terlihat fresh, karna pada waktu itu aku mengetahui yang menjadi korbanku memiliki beberapa kelemahan, entah ia seorang hedon, entah ia seorang yang haus akan bensin ataukah ia yg gemar...terlihat dari penampilannya, kelemahan itulah yang menjadi dasar penaklukan. aku begitu lemah akan indah senyummu, juga bagian darimu yang lain,
aku meminta padamu, tutupilah kecantikanmu itu.
pada masa ini saya selalu melihat dari sudut pandang kacamata kuda.,
tidak hanya dua ekor binatang itu saja, babi, keledai, ular, monyet bahkan anjing pun mesti dikurbankan
walaupun demikian, dalam tasbihku kepada-Nya saya tetap binatang, toh saya bangga menjadi anjing. Di satu sisi dlm al-Quran, Allah menjadikanku simbol cemooh terhadap orang munafiq, yg menjulurkan lidah saat tidak diberi, tapi tetap menjulurkan lidah saat diberi. Di sisi lain Allah sangat menghormatiku. Dia mengizinkan saya menemani para pemuda beriman di Gua Kahfi. Saya sangat loyal kpd majikanku, tapi para bajingan kini, banyak yg berkhianat kepada majikan mereka, bau busuk sang korup menyerbak...
Sekarang, Siapakah yang lebih anjing di antara kami???
setelah penyembelihan, entah menjelma sebagai apa nanti, dan tak akan saya bayangkan....yang selalu terngiang adalah saat dimana jagat raya ini aku lihat, dari sudut pandang kacamata kuda, pada masa ini Tiba2 aku merasa seperti kehilangan setengah rasa bahagia...
Ilahi.