Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Jangan Perkosa Anakku

8 Juni 2014   03:32 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:46 161 0
Malam sewingit makam. Hitam. Alam kini telah Legam. Seorang ibu. Menghitung duit yang ia dapatkan sehari penuh. Gemirisik receh menghiasi ruangan kotak tanpa retak. Hanya mereka berdua di dalam.

Rumah kecil ini hanya ada satu. Di dalam hutan di antara pepohonan di dalam papan, dan berisi dua dipan.

Laki-laki yang dulu membuatnya ratu kini merantau tak pulang- pulang. "Ibu! Ayah kemana?" Anak itu kembali menanyakan pertanyaan yang sama sejak malam ia bangun setelah malam orang tuanya bertengkar.

"Ayahmu pergi?

"Kemana?"

"Mati"

"Bahkan aku tidak mengenal wajahnya. Dimana kuburannya"

"Sudah lama Hilang"

"Hilang!"

Ibunya tidak sudi mengingat asmaranya. Bukan jawaban benci. Ia sangat kepada sayang anaknya. Hanya saja ia berusaha menyimpan luka.

Suasana dingin. Mereka seperti berperang. Berang. Gelisah menenggelamkan mereka. Resah.
"Nak, ini sudah larut. Tidurlah. Tidak baik kau berlama-lama menonton. Angin sekarang ini tidak sehat"

Receh yang ia hitung sudah habis. Hanya ada sedikit duit kertas. Suara anaknya sudah ia tidak dengar lagi. Hatinya tenang. Ia bisa membuat anaknya tidak kelaparan.

Setengah jam berlalu. Ia mendengar suara teriakan. Anaknya meminta tolong. Suaranya pecah. "Lepaskan aku, lepaskan, Ibu! Ibu. Tolooong!

Anak itu menangis, bajunya tersingkap. Payudaranya terbuka. Ia hampir polos tanpa busana.

*

Malam sewingit makam. Hitam. Alam kini telah Legam. Seorang lelaki Menghitung resiko dari renca yang ia susun. Gemirisik receh menghiasi telinganya di balik papan rumah. Hanya ada dua orang di dalam.

"Ibu! Ayah kemana?"

"Ayahmu pergi?"

"Kemana"

"Mati"

"Kuburannya"

"Sudah lama Hilang"

"Hilang!"

"Nak, ini sudah larut. Tidurlah. Tidak baik kau berlama-lama menonton. Angin sekarang ini tidak sehat"

Percakan anak dan ibu di dalam rumah ia dengar samar. Lelaki itu kembali mencari celah. Satu jendela ia rusak lalu masuk ke dalam kamar sang anak.

Setengah jam berlalu. Ia berhasil masuk, seorang anak perawan tidur di dalam selimut dengan aurat sedikit terbuka. Nafsu lelaki itu melonjak, darahnya memanas memenuhi setiap sendinya. Anak itu terbangun dan langsung meminta tolong. Suaranya pecah. "Lepaskan aku, lepaskan, Ibu! Ibu. Tolooong! Anak itu menangis, bajunya tersingkap. Payudaranya terbuka. Ia hampir polos tanpa busana.

Mereka diperangkap setan. Sang anak tak berdaya. Lelaki itu melepas topengnya. " Siapa kau lepaskan aku. Ibuuu! Ibuu!

"Buka pintunya. Nak apa yang terjadi? Kenapa pintunya tidak bisa dibuka? Apa yang kau lalukan"

"Ibu! Tolong aku, aku tidak mau ibu. Aku dihina ibu! Hancurkan saja pintunya ibu" Anak itu menangis tak terkira, Sedih.

"Anakku, siapa jahannam itu" Tangis ibunya lebih keras lagi. Ia mengampil kapak utuk menghacurkan pintu. Puluhan kali ia mencoba. Dan akhirnya hancur juga. Pintu ia dobrak.

"Haahhh! Ternyata kauu!!

Bersambung

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun