Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Murahnya Harga 'Fatwa Sesat' di Negeri Ini

26 Juni 2013   14:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:24 352 0

Dunia Islam terpukul dan menangis dengan pristiwa pembersihan etnis muslim di negara ‘the golden land’ dimana kaum muslim di sana adalah kaum minoritas yang dibungkam hak-hak-nya oleh agama mayoritas di sana, walau kenyataanya para petinggi negara tersebut membantah dan mengaku bahwa negara ini tidak membeda-bedakan etnis, semua mendapat perlakuan yang sama ( Aaah! Teoriii...) Walau pada kenyataannya, pengkerdilan dan diskriminasi masih saja sering kita lihat setiap hari-nya, seakan menjadi ‘sarapan pagi’ para penggiat media yang terus mengikuti perkembangan ‘insiden kemanusiaan’ bukan lagi etnis dan agama tertentu.

Perpecahan yang akhirnya berdampak kepada sektarian, Rohingya yang mayoritasnya adalah Muslim, sedangkan penganut Budha didominasi sebagian besar etnis Rakhnie. Pemicu peristiwa ini, walau kesimpang-siuran informasi penyebab kejadian berdarah ini  belum jelas, tetapi sebagian penduduk mengatakan bahwa konflik ini bermula dari kasus perampikan dan pemerkosaan terhadap perempuan dari etnis Raknie yang mayoritas Budha tersebut, wanita itu bernama Ma Thida Htwe. Puncak dari peristiwa ini di mulai dari penyerangan etnis Rakhnie ke sebuah Bus yang diduga adalah mobil yang ditumpangi karib-kerabat pelaku, dari kejadian ini tercatat 10 orang muslim tewas, dan sejak saat itu, peristiwa ini merebak hingga pecahlah kerusuhan rasial tersebut.

Sikap dominasi dalam suatu komunitas, kelompok, lembaga dan mazhab sekalipun amatlah sering kita lihat, kaum minoritas akan menuntut hak-nya berlebihan dibandingkan dengan kaum minoritas, seakan ada kekhawatiran sendiri, ketakutan kaum mayoritas akan pengaruh dari etnis, mazhab atau apa pun yang memiliki ‘bendera’ berbeda dilarang ‘berbicara banyak’ . Apa yang terjadi di Myanmar hampir mirip dengan peristiwa Sampang, pemicu kejadian itu masih terbilang simpang siur, namun berdampak kepada masalah nasional, yang sedikit membedakan tetapi cukup memalukan antara kejadian di Rohingya dengan insiden berdarah di Sampang, Madura ini. Kalau kejadian Rohingya itu perselisahan antara dua agama yang berbeda, etnis yang beragama Muslim dan Budha.

Justru yang terjadi di Indonesia ini lucu, bukan lantaran perbedaan agama tetapi hanya karena Mazhab yang berbeda, Sunni dan Syi’ah. Salah satu mazhab dengan enteng dan mudahnya mengeluarkan statement SESAT atau Kafir ‘ bagi mazhab minoritas di sana.  Perlakuan tidak adil pun terjadi, dimana secara retorika,  pemerintah setempat mengaku memberikan tempat pengungsian yang lebih layak walau hanya sifatnya sementara, demi memperlakukan mazhab tuan rumah yang berencana mengadakan istiqosah saat itu, makanya dengan bahasa halus para warga Syi’ah diungsikan dari GOR yang semula menjadi tempat penampungan sementara.

Mari bicara kemanusian,...

Jika kejadian ini tak terselesaikan,  dan pemerintah seakan acuh tidak acuh ditambah lagi para ‘kiyai penyebar doktrin dan fatwa palsu’ terus menggesek-gesekan kejadian ini, akan melebar. Setidaknya perbedaan mazhab itu jangan dijadikan alasan untuk menjustifikasi antara yang satu dengan lainnya, Syi’ah bukan mazhab kemarin sore,  dan jika memang dikatakan aliran ‘sesat’ cobalah mengenal mazhab ini lebih mendalam, jangan bicara kecap nomor satu, tetapi demi menumbuhkan sikap toleransi yang lebih tinggi, antara sesama umat muslim. Kalau boleh meminjam istilah dari Buya Ma’arif, ‘ Jangan menjadikan sejarah sebagai berhala. Sampai berjilid-jilid pun tidak akan kelar. Hanya hati dan yang bersih saja, Islam dan Alqur’an dapat berbicara dengan hamba-nya.”

Syi’ah Sampang, Rohingya ‘Made In Indonesia’

Nantinya Gedung MPR/DPR RI Jadi Sarang Bandit Dan Tempat Prostitusi

Pesan Iwan Fals Untuk Jokowi

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun