Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Apaaa?!!Rasulullah Mengajarkan Pacaran!!?

27 November 2013   03:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:38 662 0

Sebelum jauh membahas apakah ada pembenaran dalam Islam, mekanisme dan rangkaian awal halalnya pertalian cinta dari berbagai sudut pandang. Mengingat penafsiran, bagaimana cinta itu tidak menjadi mudhorot dan terkontaminasi dengan bentuk-bentuk yang beraroma aturan-aturan yang dianjurkan oleh syar’i. Demi melegalkan satu konsep,”Pacaran Versi Timur-Tengah” yang diangkap sebagai langkah jitu mencegah zinah, sehingga fitrah cinta itu sendiri bergeser dari nilainya. Mari kita simak kisah cinta Rasulallah dengan Khadijah ;

Khadijah, menurut riwayat Ibnu al-Atsir dan Ibnu Hisyam adalah seorang wanita pedagang yang mulia dan kaya. Beliau sering mengirim orang kepercayaannya untuk berdagang. Ketika beliau mendengar kabar kejujuran Nabi saw, dan kemuliaan akhlaknya, beliau mencoba mengamati Nabi saw dengan membawa dagangannya ke Syam.

Khadijah membawakan barang dagangan yang lebih baik dari apa yang dibawakan kepada orang lain. Dalam perjalanan dagang ini Nabi saw ditemani Maisarah, seorang kepercayaan Khadijah. Muhammad saw menerima tawaran ini dan berangkat ke Syam bersama Maisarah meniagakan barang Khadijah. Dalam perjalanan ini Nabi berhasil membawa keuntungan yang berlipat ganda, sehingga kepercayaan Khadijah bertambah terhadapnya. Selama perjalanan tersebut Maisarah sangat mengagumi akhlak dan kejujuran nabi. Semua sifat dan perilaku itu dilaporkan oleh Maisarah kepada Khadijah. Khadijah tertarik pada kejujurannya, dan ia pun terkejut oleh barakah yang diperoleh dari perniagaan Nabi saw. Kemudian Khadijah menyatakan hasratnya untuk menikah dengan Nabi saw, dengan perantaraan Nafisah binti Muniyah. Nabi saw menyetujuinya, kemudian Nabi menyampaikan hal itu kepada paman-pamannya. Setelah itu, mereka meminangkan Khadijah untuk Nabi saw dari paman Khadijah, Amr bin Asad. Ketika menikahinya , Nabi berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.

Sebelum menikah dengan Nabi saw, Khadijah pernah menikah dua kali. Pertama dengan Atiq bin A’idz at Tamimi dan yang kedua dengan Abu Halah at-Tamimi, namanya Hindun bin Zurarah.

Sehubungan dengan pernikahan Rasulullah saw dengan Khadijah kesan yang pertama kali didapatkan dari pernikahan ini ialah, bahwa Rasulullah saw sama sekali tidak memperhatikan faktor kesenangan jasadiah. Seandainya Rasulullah sangat memperhatikan hal tersebut, sebagaimana pemuda seusianya, niscaya beliau mencari orang yang lebih muda, atau minimal orang yang tidak lebih tua darinya. Nampaknya Rasulullah saw menginginkan Khadijah karena kemuliaan akhlaknya di antara kerabat dan kaumnya, sampai ia pernah mendapatkan julukan ‘Afifah Thairah (wanita suci) pada masa jahiliyah.[1]

Dibeberapa riwayat, bahwasannya Khadijah meminta salah seorang wanita Quraisy, bernama Maisaroh.  Ia diutus untuk menjadi mediasi antara Muhammad dengannya. Dengan menceritakan keistimewaan dan kelebihan Khadijah, wanita itu menawarkan kepada Muhammad, bahwa Khadijah layak menjadi istrinya, begitupun dengan Muhammad begitu cocok menjadi suami beliau. Dengan ditemani pamannya, Abu Thalib, Muhammad pun melamar Khadijah.

Dari kedua riwayat tersebut dapat kita pahami dan pertanyakan, adakah cara Muhammad yang salah dalam mengungkapan perasaan cintanya, begitupun dengan Khadijah? Apakah Muhammad menikahi Khadijah dengan memperhatikan faktor kesenangan  jasdiah semata?Dan perhatikan cara Maisiroh menjadi mediator cinta antara Muhammad dan Kahidjah?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun