malam itu, 10-11-10 gerimis mengguyuri kampung rangges. Semangat hari pahlawan tak menyuruti niat puluhan orang yang beramai ramai datangi rumah sala satu warga kampung Rangges, di pedalaman Manggarai Flores (kampung asal Beni K Harman, Boni Hargens, Sebastian Salang dan Don bosco Selamun; orang no wahid d SCTV ). Mrka datang karena penasaran dgn sebuah benda electronik yang dkenal dngan sbtan TV dgn pemancarx yg menggunakan parabola sehingga memungkin stasiun TV Lokal maupun dunia bisa disaksikan. Dengan menggunakan jenset berkuatan 2,5 km TV yg membuat warga penasaranpun bisa dfungsikan. Brbagai stasiun TV ditontonkan sblum akhirx mereka setia mengikuti alur ceritra sebuah sinetron dari stasiun TV yang dpimpin putra daerah manggarai sendiri. Suguhan adegan crita sinetron hanya dapat dimengerti dari bahasa tubuh para pemainya, maklum warga disini hampir ga da yg bisa melaju istilah mereka menyebut bhasa indonesia. Canggihnya TV dan alur crita sinetron seakan membuat mereka terdiam tak bersuara. Karena kagum, heran atau mungkin karena alasan lain juga aku ga tahu, terang Stef sang empunya TV. adegan orang dewasa (ciuman) dalam sinetron seakan mengingatkan seorang kakek akan masa mudax. Ande, nama kakek tua 70 an tahun itu seolah bertekad tuk kembali menjalani masa mudanya. Benar, usai menyaksikan Sinetron kakek tua pamit pulang pada Stef pemilik TV pertama dan tunggal d kampung Rangges. Namun kali ini sang kakek salah masuk masuk kamar, entah sengaja atau tdak atau mungkin karena uda ga kuat nahan pengen gitu ghituan sang kakek pun masuk ke kamar menantunya sambil mengelus2 kebanggaanya. Melhat itu, menantu minggat ke rumah tetanggax tuk sementara menanti suaminya pulang. Malam itu juga, kbar kakek ingin meniduri menantux secepat kilat menyebar ke sluruh warga. Kasus ini suda d selesaikan secra hukum adat manggarai n mengharuskan kakek tadi membayar 2 ekor kerbau dan 5 ekor babi sebagai Denda atau Tala dalam bhsa adat manggarai.t
KEMBALI KE ARTIKEL