Saya memasuki jalan tanah berdebu. Di kiri saya berderet
linggan (tempat orang membuat bata merah) yang beberapa bagian bangunannya terlihat compang-camping. Maklumlah, kan hanya tempat berteduh sejenak sekaligus tempat pembakaran bata merah.
Seorang warga yang awalnya duduk di pinggir jalan, tiba-tiba berdiri dan meminggirkan kursinya seraya mengarahkan untuk jalan terus lurus. Telunjuknya menunjukkan tempat parkir. Sesuai arahan, kendaraan saya parkir di pinggir tembok makam umum.
KEMBALI KE ARTIKEL