Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Menelusuri Sejarah Keraton Solo dengan Sejuta Koleksi Indahnya (1)

5 Mei 2013   14:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:04 4523 3

Tak lama istirahat, kaki pun mengajak beranjak dan melangkah menuju kompleks Keraton Surakarta. Kompleks keraton ini demikian luas. Secara umum terdiri dari: Alun-alun Lor/Utara,  Sasana Sumewa, Sitihinggil Lor/Utara, Kamandungan Lor/Utara, KompleksSri Manganti, Kedhaton, KompleksKamagangan, Srimanganti Kidul/Selatan  danKemandungan Kidul/Selatan, serta Sitihinggil KiduldanAlun-alun Kidul. Akhirnya tiba pertama, di depan Sasana Sumewa yaitu bangunan utama paling depan  Keraton Surakarta. Ada mushola kecil untuk menunaikan sholat Dhuhur. .

Di Sasana Sumewa ini dulu para punggawa kerajaan  (pejabat menengah ke atas) menghadap raja dalam upacara resmi kerajaan. Bangunan kuno berwarna putih dan berpagar besi ini walaupun usianya renta, namun masih nampak kokoh. Kesan kokoh dan gagah makin nampak dengan adanya  sejumlah meriam yang dipasang di luar bangunan dan di pagar-pagar. Meriam itu ada yang bernama Kyai PancawuraatauKyai Sapu Jagad. Konon meriam-meriam itu dibuat saat Sultan Agung berkuasa.

Bangunan utama di  Sitihinggil adalahSasana Sewayanayang digunakan para pembesar saat menghadiri upacara kerajaan. Bangunan lainnya  adalah Bangsal Manguntur Tangkil, tempat tahta Susuhunan. Ada pula Bangsal Witono, tempat persemayaman Pusaka Kebesaran Kerajaan selama berlangsungnya upacara. Di Bangsal Witono ini terdapat  bangunan kecil di tengah-tengahnya yang disebut Krobongan Bale Manguneng. Disinilah pusaka keratonKangjeng Nyai Setomi bersemayam. Pusaka ini berupa sebuah meriam yang dirampas oleh prajurit Mataram dari VOC saat menyerbu Batavia atas perintah Sultan Agung.

Kereta Kencana

Keluar dari kawasan Sitihinggil, kaki melangkah menuju selatan. Menyeberang jalan yang sibuk. Masuk bangunan gerbang berpintu besi. Inilah yang disebut Kori Brajanala atau Kori Gapit, yakni pintu gerbang masuk utama istana dari arah Utara. Selepas Kori Gapit, tiba di Bale Roto (pelataran luas) dan mendekat ke Kori Kamendungan Lor yang merupakan pintu masuk istana sebelah utara. Nah, dibelakang Kori kamendungan inilah istana raja berada. Nampak dari luar, bangunan menjulang yang disebut Sangga Buana berdiri gagah sebagai latar belakang Kori Kamendungan.

Maksud hati ingin segera memasuki kompleks istana. Tapi ada yang lebih menarik di sebelah Kori Kamendungan. Tampak disebuah ruangan berjejer rapi mobil-mobil kuno. Di ruang sebelahnya lagi, Kereta Kencana beroda empat nampak mewah dipandang mata.

Perhatian pertama tertuju pada mobil-mobil antik koleksi raja. Yang paling menarik perhatian adalah sebuah mobil Royal Chrysler Limousine keluaran 1941. Kondisinya lumayan bagus. Namun usianya yang tua tetap tak dapat disembunyikan. Warnanya hitam, catnya orisinil lagi. Belum overspet. Mobil ini berbahan bakar bensin dengan volume silinder 3.500 cc. Konon, mobil klasik dengan plat nomor AD 20 ini adalah made in Amerika, merupakan milik PB XI dan satu-satunya di Indonesia. Special Edition (pesanan khusus), begitu yang tertulis di lembaran informasi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun