Salah satunya, kesiapan Buku K13 yang dipesan oleh sekolah ke penerbit/ percetakan belum seluruhnya tiba di sekolah. Masalahnya memang rumit. Penerbit/ percetakan harus menyiapkan semua buku yang dipesan oleh sekolah. Bila buku sudah tiba, baru sekolah membayarnya. Sekolah (SMA) nggak perlu repot-repot keluar uang karena sudah disiapkan 50% dana BOS untuk bayar bukunya. Masalahnya, penerbit harus menyiapkan dana besar untuk mencetak dan mendistribusikannya. Ini bukan persoalan mudah bagi penerbit.
Persoalan lain, sekolah pun enggan membayar di depan. Siapa berani menjamin setelah buku dibayar tapi barangnya tak pernah sampai di sekolah. Ini persoalan di Pulau Jawa. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi di luar Jawa dan sudut-sudut negeri ini. Lainnya, mungkin juga ada sekolah yang tidak mau pesan, padahal bukunya murah!
Belum lagi masih belum meratanya pemahaman tentang K13 di kalangan guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Training, workshop, pelatihan sudah tergelar. Namun belum seluruhnya kelar. But, show must go on. Semuanya akan dilaksanakan sambil jalan. Ini juga satu persoalan pendidikan yang sekarang sendang trend di tanah air.
Kita pun masih ingat, tiap tahun Ujian Nasional (UN) selalu jadi bahan perbincangan dan perdebatan. Bahkan, untuk mengawasi UN pun diperlukan bantuan dosen perguruan tinggi yang belum jelas manfaat dan arahnya. Lha kadang mengurusi mahasiswanya sendiri saja belum bener kok ikut ngurusi sekolah!
Perlu Mendikbud .. das des.. set set!
Jika dicermati, masih banyak persoalan-persoalan pendidikan yang rumit di negeri ini. Untuk mengatasinya hanya ada satu cara. Mendikbud yang benar-benar tahu kondisi di lapangan dan punya banyak cara dan akal untuk menyelesaikannya. Siapa? Dahlan Iskan (DI), jawabnya! Beliau adalah figur pas mengisi jabatan Mendikbud di kabinet mendatang!
Track record Pak DI dalam membenahi kesemrawutan, karut marut, atau apapun namanya tidak perlu diragukan. Walau kadang ada orang bilang itu berlebihan. Atau sekedar pencitraan. Tapi saya percaya. Dahlan Iskan bekerja tulus. Demi Indonesia. Bila selama ini pemikiran beliau banyak tercurahkan untuk mengatasi "kemacetan" infrastruktur, saatnya ke-depan pemikiran beliau digunakan untuk mengawal dan memaksimalkan proses pendidikan dan penyiapan Sumber Daya Manusia yang unggul
Dahlan Iskan, arek Takeran Magetan, di kalangan jurnalis dikenal sebagai ”dewa penyelamat” JAWAPOS. Kerja kerasnya yang tak kenal lelah dan kenal waktu membuat harian nasional yang terbit dari Surabaya itu sekarang menggurita. Mungkin hanya KOMPAS yang jadi saingan utamanya.
Terobosan-terobosan jurnalistik dan jurnalistrik Dahlan Iskan juga mampu memberi penerangan bagi warga yang sudah lama antre sambungan PLN. Bahkan dengan kepiawaiaannya mampu menyediakan sumber-sumber listrik baru dan menyambungkan listrik ke daerah-daerah yang selama ini gelap.
Begitu pula kiprahnya dan terobosannya di BUMN. Sudah banyak menjadikan perusahaan-perusahaan plat merah yang semaput jadi bangkit. Yang masih hidup jadi lebih meneguk untung.
Nah, mengingat kondisi dunia pendidikan yang sudah diambang semaput. Harus ada orang baru yang penuh ide dan terobosan untuk membenahinya. Mengapa harus DI?
1. Pak DI telinganya lebar. Suka mendengar keluhan masyarakat. Dari seluruh pelosok negeri. Masukan-masukan, kritikan tentang isu-isu pendidikan pasti akan dicerna dengan hati dan pikiran jernih oleh beliau. Sudah cukup banyak yang berteriak. Tentang UKG, Ujan Nasional, bahkan Kurikulum 2013. Tapi sampai detik ini, jajaran kementerian pendidikan bergeming. Tak mau tahu. Tak mau mendengar. Duuhhhh!
2. Hobi blusukannya menjadikan Dahlan Iskan tahu kondisi pendidikan di LAPANGAN. Ibaratnya: ajaran 5W dan 1H -nya dunia pendidikan sangat dipahmi oleh Dahlan Iskan.
3. Dahlan Iskan bukan tipe pekerja kantoran atau duduk manis di belakang meja. Salah satu sebab semrawutnya UN waktu lalu adalah laporan Asal Bapak Senang (SBS)
4. Kaya terobosan. Dahlan Iskan, termasuk manusia yang cerdas dan tegas. Banyak akal dan terobosan. kadang terkesan grusa-grusu dalam mengambil keputusan. Tapi, dalam situasi pendidikan seperti memang diperlukan langkah-langkah cerdas dan tegas. Saya percaya, untuk mengatasi dunia pendidikan, Dahlan Iskan tidak akan mengambil langkah seperti naik TUXUCI melewati Tawangmangu menuju Magetan.
5. Memilih bawahan yang kapabel. Saat Dahlan Iskan jadi menteri BUMN, atmosfer di kementrian ini serta perusahaan-perusahaan plat merah di bawahnya berubah total. Banyak direktur-direktur baru yang direkrut. Banyak anak-anak muda yang diberi kesempatan untuk berbicara dan bekerja. Yang diutamakan bukanlah sekedar gelar atau formalitas. Tapi kapabilitas dalam menangani permasalahan yang dinomorsatukan.
6. Jaringan luas. Dengan mengguritanya media milik Dahlan Iskan, informasi apapun di penjuru negeri dapat segera diperoleh. Ini adalah bahan utama penyelesaian masalah. Apakah masalah pendidikan itu ada di HULU atau HILIR. Jika di hulu, otomatis kebijakan harus dilakukan di HULU. Perbaikan gedung sekolah, pelatihan guru, peningkatan kualitas dan kuantitas media pembelajaran. Mungkin setelah ini selesai baru ada kebijakan di HILIR.
Intinya, kita perlu Mendikbud yang das des set set.... Persoalan pendidikan perlu segera diselesaikan bukan pembiaran dan banyak proyek berkeliaran!
Saya kira masih banyak hal yang sudah dilakukan oleh Dahlan Iskan, tamatan Aliyah di Magetan ini, di berbagai jabatan yang pernah dipercayakan kepadanya. Ini mungkin saatnya, Dahlan Iskan diuji lagi. Mengatasi karut marut dunia pendidikan. Demi Indonesia. Tapi semua itu tergantung pada Presiden Jokowi.