Kata-kata adalah perantara rasa jiwa dan makna yang tidak sesungguhnya, namun sayang kata-kata sangat tidak merepresentasikan hakikat ksejatian rasa, ia gagal..ia hanya menandakan, memberi ciri, membantu menunjukan indikasi keberadaan rasa..tapi sangat tidak merujuk kepada substansi wujud otentik yang sesungguhnya. Begitu juga kata-kata dalam essai singkat ini dengan seadanya ku rangkaikan..jauh dari konkrit rasa yg ingin disampaikan, aku hanya mampu menuliskan fenomena yang sedang terasakan, namun tidak noumenanya..karena aku hanya sebatas mendapati aksidensinya tapi bukan eksistensinya, benar-benar rasa ini tak terwakilkan kata-kata serta pribahasa berjuta makna, aku terlalu naif..sedang rasa ini begitu pragmatis, ia mewakil kepada bentuk-bentuk yang tak kumengerti, berwajah multi dan sangat tak biasa...terlalu sederhana jika kubuat selayak puisi 3 jaman dengan rujukan buku-buku sastra murahan, ia cantik mempesona seumpama golden pheasant serta mewah bagai bermahkota dan tahta, sedang aku sangat jelata dan awam, papa lagi bertelanjang..ia juga begitu kuat menggebu-gebu mencoba berontak mendobrak sekat dada namun aku lemah, limbung bagaimana mengatakannya, aku teramat malu dan tersipu menyedihkan...aku merasa sakit tak berkesudahan dengan kegelisahan yang menggerus daging tipis di sela-sela tulang rusuk-ku ketika rasa itu hadir, menggigil tak tertahankan, getir tak terbasuh, kering diam membatu dan kemudian tertawa menggila...biar ia teriak sekuat tenaga memekik dari sudut terdalam hati ini, namun tak sedikitpun aku mampu bersuara barang mendesis, rasa itu selayak tersesat menemukan jalan keluarnya sendiri dalam labirin yang sudah tak jujur lagi seperti dulu..memang sudah tak sejujur dulu.