Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Para Pengeram Waktu

23 Januari 2022   23:44 Diperbarui: 23 Januari 2022   23:54 66 3
Dari balik-balik musim, sufi-sufi puisi netas dari rahim-rahim pagi. Merangkak berdiri berlarian menyoraki jalanan dengan gurindam dan elegi. Meneriaki matahari, menangisi bulan-sabit bersama ayam jago dan Jejangkrik yang sepakat mengerati sunyi.

Sepasukan petapa dan montir-montir waktu, beradu mulut memahati cuaca. Melukisi bangkai-bangkai Perdu dan fosil Waru dengan air mata Camar yang tersedu-sedu menangisi lunglai ombak dan nelayan yang terkubur di seonggok sampan lapuk.

Oi, penyair! Yang dulu merantau dari Eden. Yang beranak-pinak dan yang kini nyaris tersesat di pusaran purus zaman edan. Di rahang cuaca millenium.

Hei, para penulis batu dan kulit-kulit kayu yang tersekap di rak-rak buku. Dimana pena-pena akar bambumu dan bulu-bulu sayap Tekukur yang pernah sukses menuliskan semesta dan segala isinya itu?
Cucu-cucu benua mengendus jejakmu, ingin memulung dedebu jemarimu.

Oi penyair yang nyaris martir oleh petir-petir syair. Para pengangon Dinosaurus, penunggang Onta dan kuda-kuda kereta tua. Para perekam musim dan kisah cinta para raja-raja. Mari lanjut berfirman. Menyelamatkan cinta dan surga yang hampir lapuk di genggaman oleh sedapnya telepon tangan.

Pulau Samosir. Ruang sepi siang hari. '21

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun