Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Bernazar untuk Indonesia Raya

4 November 2020   00:07 Diperbarui: 4 November 2020   00:11 53 1
Kemerdekaan ialah cuaca yang paling diidam-idamkankan oleh seluruh makhluk, setiap manusia segala bangsa di muka Bumi. Sebab keterkungkungan dan ketertindasan fisik atau batin sudah sejak lama telah menjadi trauma paling menakutkan bagi siapapun. Baik bentuk penjajahan, penindasan maupun berbagai pembatasan dalam hal kebebasan berbicara ataupun pergerakan langkah manusia.

Negeri kita, Indonesia telah 75 tahun dianugerahi kebebasan itu. Selama itu pula, masing-masing kita warga negara telah mencicipi kemerdekaan lezat dengan cara dan rasa yang berbeda-beda. Dari orang tua lanjut usia hingga usia Balita telah puas merasakan betapa sedap dan nyamannya situasi cuaca berkebebasan itu.

Terbukti semenjak hari kemerdekaan itu, negara kita Republik Indonesia telah nyata melindungi dan menjamin kebebasan itu dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa. Dimana setiap kita warga negara dijamin kebebasan menjalankan ibadah sesuai kepercayaan yang kita anut. Bebas berserikat dan berkumpul. Bebas berekspresi atau menyampaikan pendapat. Serta bebas menjalankan hak-hak politik sebagaimana diatur dan dilindungi dalam undang-undang. Meskipun terkadang kebebasan itu seringkali terciderai oleh berbagai pihak oknum yang tak bertanggung jawab.

Kebebasan itu sangat mahal. Kebebasan bernafas. Kebebasan bersantai di alam terbuka. Kebebasan menikmati waktu senggang bersama teman-teman dan sanak saudara. Terutama kebebasan bersenda-gurau bersama seisi rumah, keluarga.

Diawal Tahun 2020 di bulan kedua Pebruari, negeri kita sontak tersentak mengetahui kabar paling menghentak sepanjang masa. Kabar paling mengerikan yang merembes dan ternyata telah menembus pertahanan pintu-pintu masuk lalu-lintas perbatasan negara kita. Setelah terdeteksi keberadaan virus telah menginfeksi beberapa orang melalui tracking positif dari beberapa orang tamu luar negeri yang entah mungkin lolos dari pemeriksaan di pintu masuk.

Setelah kurang-lebih 2 bulan mewanti-wanti invasi serangan COVID-19 yang saat itu sedang mewabah di kota Wuhan Negeri Tiongkok, meskipun dengan penjagaan dan pemeriksaan sangat ketat di pintu-pintu masuk, menyusul keputusan WHO 11 Maret 2020 perihal Pandemi COVID-19, di Bulan April 2020 pemerintah RI akhirnya mengambil kebijakan tegas mengumumkan kondisi Bencana Nasional Non Alam akibat penyebaran Virus COVID-19. Yang telah memaksa kita harus saling menjaga jarak. Harus saling menjaga berbicara. Harus saling tidak bersalaman. Harus saling tidak berdekapan antara satu dengan seluruh yang kita sayangi. Saat seluruhnya dipaksa menutup mulut dan hidung pakai masker.

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) akhirnya benar-benar sukses menggemparkan bangsa kita. Republik Indonesia. Virus jenis Corona itu sukses menyita seluruh perhatian dunia. Termasuk kita. COVID-19 akhirnya kembali merenggut kebebasan itu dari diri kita. Dari lingkungan kita. Saat dimana kita diharuskan beribadah di rumah, saat dimana anak-anak sekolah diwajibkan belajar di rumah, saat dimana para pegawai pemerintah maupun swasta dianjurkan Stay at Home. Saat segala pergerakan keluar-masuk kota dan perjalanan yang tak mendesak dihentikan sampai batas waktu yang tak menentu. Saat dimana sendi-sendi ekonomi lumpuh dan benar-benar mencemaskan.

Antara sadar dan seperti mimpi petir di siang bolong, tak seorangpun pernah menyangka Pandemi ini sungguh telah berada di depan mata. Tak satupun yang percaya. Seperti belum mau terima situasi menegangkan itu. Saat dimana setiap orang tak hanya mencemaskan bagaimana cara mencukupi nafkah keluarga. Seluruhnya bahkan kebanyakan lebih mengkhawatirkan bagaimana keselamatan nyawa atau kesehatan anggota keluarganya setiap detiknya. Hidup dalam kewaspadaan dan kecemasan tingkat tinggi itu serasa melebihi penjajahan di masa dulu.

Pandemi itu sungguh telah merengsek menginfeksi dan menginvasi sepenjuru Nusantara. Dengan cepat dan terukur. Dari dua kasus, ke belasan, ratusan, ribuan, puluh ribuan dan telah Empat ratusan ribu kasus per awal Nopember 2020. Dan yang menurut para pengamat ahli telah memasuki fase puncak.

Dengan alasan pasti, kebijakan pemberian berbagai bantuan sosial, pemberlakuan kondisi New Normal dan pengomunikasian informasi kebijakan vaksinasi COVID-19 dalam waktu sesegera mungkin oleh pemerintah telah berhasil mengembalikan kepercayaan serta semangat hidup baru di lapisan masyarakat luas.

Masa New Normal dan jadwal vaksinasi itu telah kembali berhasil menyejukkan hati masyarakat untuk boleh memulai aktifitas masing-masing melalui penerapan protokol kesehatan yang ketat.  Masa New Normal bahkan telah mulai menyuntikkan semangat dan keyakinan baru bagi setiap orang untuk memulai membangun kembali mimpi-mimpi mereka yang sempat buyar. Mimpi-mimpi yang mungkin sempat tertunda. Atau berbagai mimpi yang sempat hancur oleh terjangan badai Pandemi COVID-19 yang hampir setahun penuh telah mengobok-obok situasi sosial, budaya dan ekonomi di negara kita.

Seperti kata pepatah, badai pasti berlalu, tak  selamanya mendung itu kelabu. Sebuah hal yang pasti, Tuhan yang Maha Esa pasti telah menetapkan segala sesuatu atas segala ciptaan-Nya. Atas keselamatan kita makhluk kesayangan-Nya.

Ini akhir tahun 2020. Telah 75 tahun penghuni negeri ini merayakan kemerdekaan. Meskipun pada 17 Agustus lalu kita semua merayakan kemerdekaan itu hanya sebatas dari rumah lewat media televisi, tapi setidaknya kita masih tetap menggantungkan harapan pemulihan kebebasan itu kepada pelindung kita pemerintah Republik Indonesia yang pasti akan bisa mengeluarkan kita dari situasi terberat ini. Dan kelak di awal tahun depan 2021 nanti semoga telah menyajikan cuaca kebebasan itu lagi kehadapan kita masyarakat Indonesia. Kita yang yang telah sangat rindu berada di luar rumah tanpa harus selalu diselimuti rasa takut dan cemas berlebihan seperti kondisi saat ini.

Semoga di awal tahun depan, 2021 menjadi awal sejarah fundamental bagi seluruh generasi negeri. Saat kelak seluruh generasi millenial para pewaris bangsa ini mengenang monumen Pandemi COVID-19 ini sebagai titik awal saat ketika seluruh masyarakat memulai bangkit dari keterpurukan. Merangkak, berdiri dan memulai langkah bersama membangun kembali pondasi Sosial, Budaya dan Ekonomi yang nyaris rapuh.

Semoga kondisi pahit-getir ini, mampu menyadarkan seluruh pihak untuk sudi kembali merenungkan betapa pentingnya rasa persaudaraan dan kebersamaan itu dalam menghadapi situasi terberat apapun sebagaimana pala leluhur kita yang dulu juga pernah berhasil merebut kemerdekaan itu juga hanya atas dasar kesatuan yang saling bahu-membahu. Sebagaimana Indonesia yang adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Sudah saatnya seluruh pihak, terutama generasi para muda, mari mulailah sebuah komitmen kuat. Mari kembalikan lagi kejayaan Nusantara sesuai pesan para pendahulu kita yang sangat rindu negeri ini besar. Dan kuat.

Jika COVID-19 ini segera berlalu, nazar apa yang berani masing-masing kita ucapkan. Janji apa? Sanggupkah kita bernazar tak lagi saling caci maki antar sesama? Sepertinya nazar itulah yang paling mendesak bagi kesehatan dan keselamata negeri ini. Demi kita, dan anak cucu kita. Demi Indonesia, yang menafkahi kita.

Semoga Pandemi COVID-19 ini cepat berlalu. Salam sehat. Merdeka! ***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun