‘Pinangan” saya yang tidak yakin bakalan diterima ternyata malah disambut dengan antusias oleh Ayke. Tentu saja saya senang tidak ketulungan. Kemudian, barulah terpikir dimanakah beliau akan performance?Saya pun jadi bingung. Lalu, tetiba saya mendapatkan kabar dari Ayke kalau kedatangannya dan persiapan untuk sharingnya akan dibantu oleh teman baiknya di Jakarta, sebutlah Pak GR.
Demikianlah akhirya, saya dan Pak GR berkenalan. Sampai akhirnya saya diundang ke rumahnya untuk berbincang tentang persiapan Ayke. Saat mendapatkan lokasi tempatnya berdiam, saya tahu bahwa beliau pasti bukan orang sembarangan. Tinggal di kawasan Kuningan dan berdampingan dengan komplek Perumahan Menteri. “Oke baiklah, terus maju dan percaya diri saja”, pikirku saat itu. Benarlah prasangka saya. Rumahnya benar-benar besar gak karu-karuan, serasa satu barisan di komplek perumahan tersebut adalah rumah beliau. Tentu dengan tambahan pemandangan jajaran mobil mewah dari berbagai jenis dengan warna-warni.
Saya datang menggunakan ojek, selain untuk menghemat ongkos [gak perlu pakai taksi] juga untuk menghindari macet yang menjadi “kesayangan” dari ibukota tercintah, DKI Jakarta! Lebih daripada itu, Saya pun tidak mau membuat kesan pertama ini menjadi berantakan gegara terlambat!
Sampailah saya di gerbang depan rumah beliau. Gerbangnya menjulang tinggi, berwarna coklat dengan ukiran-ukiran yang menarik. Kemudian di depan saya celingukan mencari bel untuk dipencet, aha, ketemu juga! Di samping bel ada juga kotak dengan speakernya, “ Selamat siang,saya Dini dari Bogor sudah ada janji dengan Bapak GR jam 2.30 siang ini”,ujar saya kepada si kotak ‘ajaib”. Lalu seketika sang kotak ajaib pun membalas, “Oh iya mba Dini, silahkan masuk. Sudah ditunggu oleh Bapak”, jawab seorang wanita yang saya perkirakan berusia 20-30 an. Gerbangpun seketika terbuka secara otomatis.
Saya pun masuk dengan mantap. “Bismillah,” doa saya dalam hati! Pintu rumah masih tertutup, belum ada seorang pun yang keluar untuk mempersilahkan masuk. Waktu menunggu pun saya manfaatkan untuk cek dan ricek penampilan di kaca mobil. Maklum saja, habis diajak ngebut sama tukang ojek. Oke, semua sudah pada tempatnya, pasmina oke, baju oke, sudah cukup kece walau sedikit bau asap kendaraan. Tapi yasudahlah, nasib, pikir saya! Lalu tetiba, datanglah seorang mba yang saya perkirakan adalah si pemilik suara dari kotak ajaib tersebut. “Mba Dini, silahkan masuk, Bapak sudah menunggu”, kata mba dengan sopan. “Terima kasih kakak,” balas saya sembari senyum.
Masuklah saya ke sebuah ruang yang “unik” dan yang tentunya adalah ruang bagi tamu yang datang untuk menunggu sang empunya rumah. Ruang tamu tersebut tidaklah besar. Seperti diperuntukkan hanya untuk tamu dengan jumlah hitungan jari. Ketika masuk ke dalam, tamu akan disambut dengan kaca besar seukuran badan dan juga lebarnya dua kali badan saya [sumpah gede banget nih kaca] lalu di sampingnya ada keramik cantik nan antik dari negeri bamboo yang berjejer rapih mengapit kaca besar tadi. Selanjutnya dipojok kanan, akan kau temukan tongkat penyangga untuk meletakkan partitur. Tak lupa juga dengan partiturnya yang terbuka lebar dan dipenuhi dengna not-not balok dari Romance, Violin Concerto in D major, Op. 61 (1806),Bethoveen. Ahaaa, apakah Bapak GR ini juga seorang violist?”, tanya saya dalam hati.
Sayapun segera duduk di sofa yang lumayan besar untuk diduduki seorang diri. Lalu kemudian, sang mba yang lain mendatangiku dan menanyakan minuman yang ingin saya minum. “Cappucino ada mba?”, tanya saya.[Berasa sedang di warung kopi, hehe] “Oh, ada mba!”, jawab sang mba dengan senyum. “Terima kasih ya”, balas saya kemudian.
Tidak lama kemudian, muncullah Bapak GR dengan kaos bermotif garis-garis coklat, celana pendek santai dan tentu saja senyum yang langsung hadir saat saya menyapanya dengan riang, Pak GgggggggRrrrrr, apakabar?”, tanya saya sambil pasang senyum lebar-lebar dan menjulurkan tangan untuk salim [baca:cium tangan]. Tubuhnya tegap, aura wibawa-nya terpancar, matanya yang tajam tersembunyi dibalik kacamata-nya. Dilihat dari wajahnya terlihat bahwa darah tiongkok mengalir deras di dalamnya. Rambutnya hampir semua memutih namun dari cara jalan dan posturnya yang tegap saya pun menaksir beliau berusia sekitar 60-an.
Tanpa berbasa-basi, pembicaraan pun langsung mengenai persiapan Master Class Ayke Agus di November mendatang. Mulai dari tempat, konsumsi, peserta hingga anggaran yang perlu dikeluarkan. Pembicaraan tentang persiapan bisa dikatakan hanya berlangsung 15 menit namun dua jam berikutnya adalah perbincangan yang lebih menarik. Beliau bercerita tentang sejarah bangsa, kisah para warga tiongkok di jaman Belanda, sejarah orchestra radio di Jakarta, hingga konflik agama yang kerap terjadi di negeri ini dan dunia. Saya yang memang suka sejarah juga jadi asyik mendengarkan beliau. Ditambah lagi saat beliau ceritakan tentang kisah keluarga dan leluhur beliau yang ternyata seorang pedagang besar dan juga pegawai tinggi di zaman Kompeni!
Saya yang mendengarkannya, tak habis-habis berdecak kagum tentang sepak terjang ayah dan juga kakeknya dalam perjuangan kemerdekaan! Entah berapa puluh kali saya mengatakan, “waaah hebat..Subhanallah keren, Masya Allah luar biasa”. Bukan bermaksud berlebihan, tapi memang demikianlah adanya. “Keluarga saya saat itu menyisihkan sebagian besar pendapatan untuk membantu saudara-saudara [baca:rakyat biasa] makan setiap harinya. Melakukan segalanya untuk membantu para pejuang. Dilakukan tentu diam-diam dengan taruhan nyawa karena jika ketahuan pasti akan dihukum berat mengingat berasal dari pegawai tinggi”, cerita beliau dengan berapi-api sambil sesekali menyecap kopi yang datang bersamaan dengan Capucino pesanan saya.
Setelah beliau menceritakan kisah tentang leluhur juga keluarganya saat ini yang notabene kebanyakan adalah dokter juga pengusaha yang sukses di dalam dan luar negeri. Sampai kemudian, beliau bertanya tentang saya dan keluarga saya. Sama seperti beliau sayapun bercerita. Beliau mendengarkan dengan baik sekali sambil sesekali mengangguk-anggukan kepala tanda simpati saat cerita masuk pada kepergian Ibu saya.
Dalam sekejap, saya merasa dekat [apa SKSD aja ya?haha]. Mungkin karena sudah saling berbagi kisah juga punya kesamaan yang banyak. Selanjutnya, pembicaraan lebih kepada wejangan yang beliau berikan pada saya. Seperti seorang kakek yang meberikan nasehat untuk cucu-nya. [ngomong-ngomong usia beliau ternyata 72 tahun!12 tahun lebih muda dari kelihatannya]
Berikut adalah nasehat beliau kepada saya yang telah saya rangkumkan, “ Dini jadilah anak muda yang sedari awal sudah punya cita-cita membesarkan bangsa. Jangan memikirkan harta dan jabatan. Itu semua hanya semu!Memang enak memiliki segalanya. Rumah besar, kendaraan, uang banyak, jalan-jalan ke luar negeri, tapi itu semua tidak ada artinya jika kamu tidak berbuat apa-apa untuk negeri kamu, bangsamu, tempat kamu tinggal dan bertumbuh. Jadilah anak muda yang percaya diri dan rendah hati namun tidak rendah diri. Sehingga kamu bisa bermanfaat untuk sesama. Lakukan semua hal dengan hati dan cinta. Maka dunia akan datang padamu dan berlutut di bawah kaki-mu. Perlakukanlah orang sama sepertimu, jangan merasa pintar atau merasa tinggi. Semua orang adalah pintar di bidangnya masing-masing. Seperti kamu yang pintar di bidang perpustakaan, mbak yang tadi menyajikan minum pintar dalam membersihkan rumah, atau seperti ojek yang mengantarmu tadi pintar dalam mengendarai motornya. Jadilah anak muda yang punya cita-cita hidup abadi dengan prestasi dan terus berbagi”.
Mendengar nasehatnya ini, merindinglah saya dari kepala hingga kaki sampai ke hati. Pasalnya, saya seperti mendengar Tuhan yang berbicara melalui malaikatnya.
“Malaikatkah beliau”, imajinasiku!.
Saya yang mendapatkan wejangan luar biasa tadi hanya bisa menggangguk-anggukan kepala sambil berkata, “Ya Pak, Siap Pak, Baik Pak, Oke Pak, Laksanakan Pak! Dengan sesekali diselingi puja puji pada Tuhan sebagai rasa syukur sebab telah mempertemukan saya dengan beliau.
“Dalam hidup ini tentu tidak ada kebetulan bukan?setiap pertemuan juga peristiwa, pasti adalah kehendak Tuhan,”ucap batin saya. Dalam setiap pertemuan kita akan mendapatkan pelajaran atau mengajarkan! Luar biasa.
Dalam percakapan terakhir barulah terungkap bahwa beliau adalah seorang pensiunan dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Eksekutif dari Perusahaan Otomotif terkemuka sekaligus sebagai pengusaha. Dan katanya, semua hal baik yang dia lakukan saat ini adalah berkat contoh dan teladan sahabatnya, Pak Habibie!
Mendengar mantan Presiden ketiga Indonesia ini disebut makin melelehlah saya. Sebab sejak dulu Pak Habibie adalah salah satu idola saya. Dalam hati saya hanya bisa mengucap syukur atas semua nikmat yang Tuhan berikan pada saya hingga saat ini.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB tapi tukang ojek yang tetiba jadi langganan belum juga menjemput. Untuk menunggu jemputan tersebut, Pak GR mengajak saya berkeliling kebunnya.”Saya serasa di syurga, Pak, indah sekali”, ucap saya spontan kepada pria yang punya hobi bermain golf dan tenis.
Dulu saya sering mendengar, “muda senang-senang, tua kaya raya dan mati masuk syurga”. Saya tidak percaya dengan pepatah ini. Namun, melihat beliau, saya merasa pepatah ini memang ada dan memang diciptakan karena adanya orang-orang seperti beliau!
Saat ini beiau aktif berkegiatan social dan terlibat di sebuah Yayasan milik sahabatnya, Yayasan Habibie Ainun. Namun, setelah mendengarkan cerita beliau tentang leluhurnya sayapun yakin sekali bahwa segala hal yang dinikmati sekarang dan generasi beliau adalah keberkahan dari kejujuran, tanggung jawab, kedermawanan serta pengoranan untuk bangsa dari para pendahulunya. Sehingga Tuhan membalas kebaikan yang luar biasa tersebut sampai bisa dicicipi oleh para keturunannya.
Benarlah janji Tuhan bahwa sesiapa yang berbuat kebaikan sesungguhnya kebaikan itu untuk dirinya sendiri. Sekali Tuhan mencintai hambaNYa maka segala hal yang dibutuhkan pasti akan tercukupi. Tuhan memang maha segala dan luar biasaaaaa!
Sore yang indah pun terhentikan oleh kehadiran sang mbak yang memberitahukan kalau ojek saya tengah menunggu. Segera perjumpaan yang luar biasa di Sabtu itu berakhir. Tak lupa saya cium tangan dan mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas perbincangan yang luar biasa. Beliaupun menjawab sembari menepuk-nepuk pundak saya, “Teruslah raih impianmu, berusahalah dengan sungguh-sungguh dan jadilah anak muda yang penuh semangat agar bisa memberikan semangat pada yang lain”, ucapnya dengan diiringi senyum, teduh! Saya pun segera menjawab, “siap laksanakaan komandan, sambil menaruh tangan di dahi [seperti prajurit yang memberikan hormat kepada komandannya]. Kamipun langsung tertawa. Pecah!
Ojek saya sudah menunggu di depan dengan sabarnya. Beliaupun mengantar saya sampai ke luar pintu gerbang bahkan mendekat pada tukang ojek. Lalu, menasehati saya untuk menyantelkan kaitan helm sebagai pengamanan yang baik.
Ojekpun meluncur pergi meninggalkan Istana dan malaikat di dalamnya. Sayapun melambaikan tangan sembari berucap”sampaaaaai jumpaaa Pak GR..”
Perjalanan menuju stasiun Manggarai yang macetnya tidak karu-karuan itu saya sikapi dengan sabar dan penuh senyuman! Sembari terdengar sayup-sayup dalam benak saya lagu yang kesukaan, “aku bahagiaaa…hidup di khatulistiwa…
Semoga Pak GR panjang umur sehingga memiliki waktu yang panjang untuk memberi inspirasi kepada para pemuda di negeri ini. Saat ini saya sengaja tuliskan pengalaman pertemuan dengan beliau agar nasehat mulia ini bisa “dinikmati” bersama dan akan lebih baik lagi memang bisa kita jalankan. Semoga saja!
“Jadilah anak muda yang sedari awal sudah punya cita-cita membesarkan bangsa. Jangan memikirkan harta dan jabatan. Itu semua hanya semu!.. Jadilah anak muda yang percaya diri dan rendah hati namun tidak rendah diri. Sehingga kamu bisa bermanfaat untuk sesama. Lakukan semua hal dengan hati dan cinta. Maka dunia akan datang padamu dan berlutut di bawah kaki-mu. Perlakukanlah orang sama sepertimu, jangan merasa pintar atau merasa tinggi!”
Syukurku Pada Sang Maha Mencukupi,
DW