kami kerap berdiskusi mengenai pendidikan di sini dan di tempat ia menyerap ilmu, dan akhirnya sampai pada pembicaraan tentang perbedaan keadaan dan budaya yang ia dapati di kampung halaman setelah 5 tahun hidup di negeri orang.
Ia berpendapat kalau bangunan tak banyak berubah namun ada perbedaan yang begitu kentara yang ia rasakan antara sekarang dan lima tahun lalu, sekarang jarang sekali orang mengucapkan permisi saat melintasi jalan dan gang yang kebetulan di jalan atau gang itu sedang ada orang berkumpul. mereka bagai kedebong pisang yang lewat begitu saja tanpa ada basa basi dan sopan santun permisi, slonong boy, tak mengindahkan orang lain. ada pergeseran nilai budaya yang menyebabkan perubahan sosial dengan ciri saat permisi dianggap bukan sebagai tolak ukur kesopanan (memprihatinkan).
Akankah hilang jati diri kita sebagai bangsa yang berbudaya, bertatakrama, bersopan santun juga berbudi pekerti. perubahan memang keniscayaan, tapi tak baik kalau modernisasi berjalan sebanding dengan kelunturan budaya yang kita junjung tinggi seperti nilai etika yang bersumber dari unsur karsa manusia.
salam cakra
mampir ke blog saya kalau ada waktu luang :)