Dunia adalah kata-kata, dunia adalah bahasa, bahasa adalah dunia, dan kita memerlukan bahasa dunia untuk memahami jagat raya, memahami rasa, memahami keindahan, sedalam itukah bahasa sepeting itukah kata? ya, karenanya seorang anak saat dilahirkan yang mesti ia pelajari adalah bahasa, kemudian kata, kemudian terbentuklah gambaran dunia lewat kata-kata, sedih, senang, hitam, putih, terang dan sedikit cahaya adalah kata-kata yang menggambarkan dunia, kata-kata takĀ mesti terucap, kata bisa difahami melalui indera lainnya, ia dapat difahami oleh tangan, kaki, hidung, mata, dan telinga. namun bagaimana jika indera tak mampu juga memahami kata-kata, tak mengerti bahasa ?, tanyakan pada hati, karena ada satu bahasa yang tak bisa difahami oleh indera, walaupun ia masih bahasa dunia, bahasa dengan kata-kata, bahasa yang membentuk jagat raya, bahasa yang membentuk kata-kata, bahasa yang membuat bahasa itu sendiri, bahasa asal, bahasa segalanya, bahasa di atas bahasa, bahasa yang merajai bahasa, bahasa yang membuat segalanya ada. ia adalah bahasa cinta.
Bahasa tanpa kata, bahasa tanpa bahasa, tapi ia adalah bahasa rasa yang tak dapat dirasakan oleh indera, bahasa ini hanya bisa dirasakan oleh hati, bahasa yang tak mesti diungkap oleh indera, tapi bisa dirasakan oleh hati, bahasa yang tak mesti terucap, bahasa yang tak mesti tertulis, bahasa yang tak mesti terdengar, ya dialah bahasa cinta. siapa pun memilikinya, siapa pun memahaminya. karena Ia yang yang maha pengasih lagi penyayang, ia tancapkan bahasa kasih dan sayang yang tak lain adalah bahasa cinta dalam hati setiap makhluk-Nya.
Karenanya dunia lahir dari kata, jagat raya terbentuk oleh cinta.
Aku mencintaimu wahai tanah di seberang seberang jalan, mesti tak terucap