Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Rakyat Sedang Tertekan

13 Maret 2012   18:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:06 182 1

Masyarakat yang selalu mengikuti berita akan mengetahui perkembangan apa saja yang terjadi di negeri ini. Dari sekian banyak informasi, masyarakat melihat dan memahami apa saja yang mendominasi pemberitaan. Yang pasti, kejadian-kejadian yang terkait kehidupan  bersama akan memikat perhatian. Masyarakat bersedih atas semua peristiwa yang mengecewakan dan melukai hati nurani mereka. Penulis hanya menyebutkan beberapa hal di sini yang berhubungan dengan kehidupan bersama. Akhir-akhir ini, terkuak banyak kasus penyelewangan para publik figur antara lain korupsi yang besar-besaran, penipuan, ancaman pembunuhan bahkan ada yang menawarkan jasa untuk menghabiskan nyawa sesama, rok mini, (rencana) kenaikan harga BBM, tingkah laku publik figur yang bertengkar seperti anak ingusan atau “kampungan”, dll.

Sudah banyak tokoh atau pakar yang berusaha membuat pengertian mengenai tekanan. Hal ini diawali dengan penelitian Selye. Tidak ada faktor tunggal penyebab tekanan dan dampaknya pun variatif terhadap masing-masing orang. Banyak hal yang mengakibatkan individu mengalami tekanan baik  secara fisik maupun psikologis. Dalam dunia kerja, tekanan yang positif, disebut sebagai eustress oleh Selye, dapat memacu kinerja dan meningkatkan kepuasan kerja. Namun dalam tulisan ini, penulis tidak membicarakan hubungan tekanan dalam kajian organisasi.

Kasus korupsi, sebagaimana banyak orang sudah mengetahui, melibatkan tidak sedikit orang penting dan melibas partai terbesar. Pengusutan yang tidak berhenti (anggap saja demikian) belum membuahkan banyak hasil. Sedikit saja yang divonis hukum, ada yang bebas. Lainnya dalam posisi antara-antara. Semua seakan-akan dibuat tidak jelas. Pemberitaan pun tak karuan. Entah apa rupanya, anggapan masyarakat tentu sudah terbentuk. Meski tak bersuara, rakyat menanti kepastian hukum, apakah orang-orang itu bersalah atau tidak. Pertemuan-pertemuan di warung kopi wong cilik pun diwarnai dengan tema mengenai orang-orang yang dipercayai itu.

Tak urung lagi, mereka pun dianggap pembohong. Penipuan dilakukan supaya lolos dari jeratan hukum. Ada pula yang berasumsi bahwa ancaman pembunuhan dibuat supaya saksi mengubah keterangannnya. Banyak taruhan untuk berbuat jujur. Kalau sudah tidak jujur, bagaimana pekerjaannya bisa dianggap baik? Tapi sekali lagi, pencitraan pun rupanya dibuat supaya mereka terkesan “seakan-akan” baik. Jangan kira, sebagian kecil realitas yang disebut di atas tidak melukai hati rakyat. Perasaan masyarakat bisa teriris, miris menyaksikan situasi negerinya. Jangan sangka rakyat tidak tertekan.

Bangsa ini sedang stres. Memang ada nasehat bahwa meningkatkan rasa humor akan mengurangi dampak tekanan. Tapi, ucapan menawarkan diri untuk digantung pada Tugu Monas jika bersalah bukanlah humor pengurang stres. Kalau pun ada yang mengatakan demikian, ia pasti tahu kalau Indonesia tidak mengenal hukum  gantung. Rakyat makin miris dibuatnya. Tidak lucu. Tentu penulis, atau mungkin pembaca tulisan ini tidak mempunyai hak menentukan atau mengatakan seseorang bersalah atau benar. Namun, penulis yakin bangsa ini menghendaki agar ada kepastian status hukum bagi orang-orang yang tersandung berbagai kasus. Rakyat membutuhkan kejelasan kebijakan dan tindakan untuk masalah-masalah sosial dan kehidupan bersama. Apabila hal ini tidak dicapai, karena kejelasannya memang penting, akan membawa tekanan tersendiri bagi bangsa ini. Ketidakpastian serupa terjadi pada berbagai permasalahan lain menjadi persoalan kompleks yang membuat bangsa ini memang tertekan. Tekanan semacam ini bisa dipandang tidak produktif dan jika dialami terus menerus dalam tempo yang tidak singkat akan membuat masyarakat lelah. Rakyat tertekan, jenuh dan lelah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun