Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Setia yang Tertutupi Cemburu...

26 November 2013   23:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:38 53 0
selamat malam kompasioner...:)

Salam hangat, sebelum saya bertuliskan panjang dan lebar, berkenankah kalian tinggalkan komentar pada tulisan saya apabila mengena..:)

Awalnya begini, di sebuah desa yang lumayan ramai penduduknya hidup sepasang suami istri. Tunik panggilan sang istri dan Karto panggilan sang suami. Mereka bisa dikatakan hidup dalam ambang kecukupan, seorang suami bekerja sebagai pengayuh becak dan sang istri sebagai ibu rumah tangga. Desas-desus tetangga yang pernah ku dengar, sang istri dahulu adalah bunga desa yang banyak di sukai pemuda kampung(waktu zaman mudanya). Dari pernikahanya, mereka di karuniai 11 anak, 6 diantaranya di ambil TUHAN. Tersisa 5 yang masih hidup. ke 5 anaknya, kini sudah mempunyai keluarga masing2.

Mereka terlahir pada masa penjajahan kira2 69 tahun yang lalu. Dahulu, sekolah bukanlah kebutuhan, bisa makan saja sudah bersyukur. Ketika masih muda, banyak lelaki yang ingin mempersunting si Tunik, bahkan teman2nya sendiri juga ada yang menginginkan dirinya untuk menjadi permaisuri dalam hidupnya. Namun, jodoh berkehendak pada Karto.

Karto dan Tunik menikah 50 tahun yang lalu, Tunik sekalipun dia cantik tetapi dia wanita yang dikatakan bodoh, karena tidak bisa membaca dan menulis. Dalam keseharianya, hanya masak, mengurusi anak, membereskan rumah dan melayani suami. Begitu juga dengan Karto, keseharianya mengayuh becak dari pagi buta hingga menjelang maghrib. Yang ada dalam benaknya, hanya mencari makan untuk besok tanpa memikirkan apapun.

Selang waktu berlalu, anak2 Karto dan Tunik telah menjadi gadis dan perjaka mereka sudah bisa mengurusi diri sendiri. Lama2 Tunik merasa jenuh di rumah, sewaktu suaminya pergi mengayuh becak, diapun pergi mencari kayu bakar di kebun2. Tunik melakukanya hingga berminggu2 dan Karto tidak tahu akan kegiatan sang istri, diapun tak tahu kalau di samping rumah mereka sudah bertumpuk kayu bakar.

Suatu pagi, Karto tidak bekerja lantaran sakit. Diapun tidur dirumah seharian, pas datang waktu siang Karto pergi ke samping dan terkejut melihat tumpukan kayu yang sudah mulai menggunung. Entah apa yang ada dalam fikiranya, seketika Karto marah besar.

Sekian hari berlalu, sejak dia melihat tumpukan kayu di samping rumahnya dia mulai tak enak bekerja, gusar, gelisah dan sering marah sendiri.

Dan suatu hari di tengah siang bolong, Karto memutuskan pulang ke rumah. Padahal, dia tak pernah pulang secepat ini sebelumnya. Kemarahanya semakin menggila ketika tak didapati si Tunik istrinya di rumah. Karto langsung marah, gelas di pecahinya pintu di tutup sekencangnya. Entah setan apa yang menghinggapi dirinya.

Menjelang sore tiba, Tunik berjalan sempoyongan menggendong kayu dan meletakkanya di samping rumah. Melihat istrinya datang, Karto lekas menghampirinya dan memukulnya dengan kayu.

"Mas Karto, kamu kenapa? Aku kok dipukuli?" tanya Tunik kesakitan

"Enak kamu ya nik, Tak tinggal kerja malah main2" Jawab karto lantang.

Para tetangga hanya melihatnya dari kejauhan, takut kena sabetan Karto. Karto memang di kenal kasar dan pemarah.

Dan sepertinya, itu awal keburukan bagi tunik. Karto menjadi jarang kerja, dia selalu mengawasi Tunik, apapun kegiatan Tunik. Namun dasar si Tunik, dia tetap tidak tahu ada apa dengan suaminya. Jika siang menjelang, Tunik pergi mencari kayu bakar dan pulang tanpa rasa takut sedikitpun. Mungkin, bagi Tunik ini bukan masalah yang besar karena dia mencari kayu bakar di kebun2 yang tak terawat bahkan tetangga menyuruh Tunik untuk membabati pohon2 di kebunnya, Tunik dengan senang hati melakukan pekerjaan itu. Baginya, kayu bakar adalah harta yang berharga dan didapatinya dengan gratis...

Namun, lain dengan Karto. Jika Tunik pergi dari rumah lebih dari setengah jam dia langsung marah, darah tingginya kumat dan berteriak2 memanggil Tunik. Dan, jika Tunik pulang maka karto siap2 memukul, menendang dan tak segan2 meludahi Tunik.

Begitu terjadi berbulan2, hingga Tunik mengalami gangguan pendengaran lantaran selalu di tempeleng oleh Karto. Dan anak2 nya sudah tidak bisa berbuat apa2 lagi, jika Karto marah semua jadi korban. Dahulu, tidak ada yang berani mengadu pada Polisi atau perlindungan masyarakat.

Hingga bertahun2 lamanya, Tunik mengalami penyiksa'an suaminya. Dia sendiri bingung, kenapa suami yang dahulu dipercaya bisa menjaganya malah berbalik melukainya. Hingga suatu ketika Tunik bertanya pada suaminya.

"Mas, salahku apa? Kenapa kamu tega kepadaku" Tunik bertanya sembari menangis.

"kamu mau tahu?? wanita murahan" Karto menjawabnya ketus.

Tunik hanya mengangguk..

"Berapa lelaki yang sudah kamu kencani selama aku kerja? Apa kamu tidak puas dengan aku? hah!!" Karto membentak Tunik tanpa ampun.

Rupanya, Karto terlalu cemburu buta kepada Tunik istrinya. Dia selalu berfikir kalau2 istrinya main gila dengan laki2 yang dahulu pernah ingin menikahinya. Penyakit tuli yang di derita Tunik semakin parah, jika ingin berbicara denganya harus dengan suara keras tak ubahnya seperti orang yang sedang memarahi saja.

Tahun terus berganti, Karto tanpa ampun menyiksa Tunik. Jika Tunik sedang tidur, terkadang ditarik kakinya dan di tendangi, di telanjangi istrinya dan berulang kali dihujani ludahan2. Tunik hanya diam dan menangis.

Cemburunya teramat besar atau dia saking cintanya pada Tunik, entah. Karto lebih memilih memukuli istrinya daripada menanyakan langsung akan apa yang dia rasakan selama ini.

Dan beberapa tahun kemudian, mungkin ini pembela'an TUHAN. Karto yang biasanya bekerja mengayuh becak, pagi itu berteriak memanggil Tunik. Dikatakanya, jika dia tak mampu melihat. Tunik yang kebingungan memanggil anak2nya dan berunding untuk mencari dana berobat bapaknya. Tanah sepetak ini jalanya, dia harus menjual untuk pengobatan Karto.

Nahas, sakitnya tak juga sembuh. Semakin hari Karto mengeluh matanya sakit, badannya tiba2 melemah. Semakin hari tubuhnya menguru, kecil hanya tinggal kulit pembungkus tulang. Tunik, hanya bisa pasrah.

Namun, dalam keada'an yang demikian Karto tak sadar2 juga. Dia selalu menganggap Tunik main mata apabila Karto memanggil Tunik namun Tunik tak kunjung datang. Padahal, Tunik adalah seorang yang tuli yang tak bisa mendengar apabila tak bersuara keras.

Sekarang, usia mereka 69 tahun, bukan usia yang muda lagi. Tetapi, Karto seperti tak memandang usia. Entah, apakah dia begitu cintanya hingga cemburu bukan main seperti itu.

Kini, Karto sering melenguh kesakitan. Sering teriak2 sendiri, mengeluh badanya panas seperti terbakar, badanya seperti dipukuli, yang dia panggil hanya nama istrinya saja. Terkadang menangis, terkadang marah, terkadang diam dan merintih kesakitan. Setiap hari, hanya meminta kematian. Dan selalu marah apabila pagi datang, dia masih bernafas.

Dan Tunik, dia tetap menjalani keseharianya dengan ketulianya, namun dia selalu setia mengurusi suaminya yang terbaring lemah tak berdaya...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun