Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Makhluk dalam Cermin

21 Desember 2010   02:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:33 114 0


Rindu...

kamu tau gax sesuatu yang indah dalam hidup Q?

sesuatu itu adalah ketika aku ngeliat ortu q nangis karena aku.

Karena mereka bangga punya anak, aku.

Aku yakin dear, suatu saat nanti aku bakal wujudkan itu.

Tapi dear, gimana aku mw banggain mereka?

Meyakinkan diri sendiri aj aku gak bisa?

Aku selalu hidup jadi orang lain, bukan diri q.

Huuufff....! Bodohnya aku.



Beginilah biasanya gadis imut ini menceritakan semua apa yang ia rasakan. Rindu selalu menceritakan melalui cermin kesayangan yang ada dikamarnya. Cermin itu merupakan sahabatnya dirumah, yang selalu ditemui dan diajaknya bicara. Yang pastinya bicara dengan makhluk yang ada di cermin itu, siapa lagi kalau bukan dirinya sendiri. Yah.... Rindu sendiri.

Rindu termasuk orang yang terjaring beruntung di kampusnya, karena dia mempunyai teman-teman yang dapat memotivasinya. Keempat teman-teman Rindu merupakan orang yang dikaguminya di kampuz.

Dimulai dari ata, dia wanita yang enerjik,baik, bergerak cepat, mudah berfikir, kritis, Narziznya bukan main, n yang pastinya jago kalo diajak debat n diskusi. Keluarganya berpendidikan, ayahnya udah S2, Ibunya seorang dosen di salah satu kampus kebidanan di Kota Raflesia. Tapi, Yang gak disuka Rindu dari ata, ata terkadang kurang memperhatikan Rindu ketika rindu berbicara. Beberapa kali rindu berkata sesuatu sama ata, tapi ketika esok hari Rindu berkata tentang yang dia katakan td. Eh, si ata malah seperti baru mendengar apa yang dikatakan rindu.

Chia, gadis ini sedikit kelaki-lakian alias tomboy, pake kaca mata, malez belajar tapi pinter, hobby nyanyi ampe teriak-teriak, gak perhitungan, hoby maen drum, jago taek kwon do, sedikit mengerikan bagi teman-temannya karena dia diragukan antara cowok or cewek. Chia dilahirkan dari keluarga yang memang menggeluti tentang Islam, keluarganya juga berpendidikan dan merupakan orang yang terpandang di daerahnya. N yang gak Rindu suka dari Chia adalah dia sering meluk-meluk kalo lagi guling-guling, kayak cowok banget deh. Ihh..... serem....!!! Tapi don't worry, dia ciwik koq. xixixi

Wirdha, gadis imut n manis ini adalah kakak tingkat dari mereka berempat, kelihatan lemah tapi kuat, diam tapi cerewet, penakut tapi berani, pinter, baik, sering ketawa mulu. Whirda juga dilahirkan dari keluarga yang berpendidikan n orang yang gak pernah kekurangan dalam hidupnya. Yang gak disuka Rindu dari Wirdha tak lain adalah dia over acting sama Chia, cz terkadang mereka kayak pacaran. Padahal nggak. Rindu merasa akrab sama Wirdha, namun ada suatu hal yang rindu rasakan dari Whirda. Dia mengingatkan Rindu akan kawan ketika SMAnya, dan kawannya itu tidak Rindu suka. Cz sedikit egois.

Asti, wanita berisi yang amat lebay, narziz, pinter, Empati, sebenarnya dia gak pinter ngmong tapi berani untuk mencoba, baik, Rajin banget buat tugas,. Terlahir dari keluarga yang lumayan berpendidikan, Ayahnya seorang guru, n k2nya juga udah kerja di Jakarta. Suatu hal yang kurang disukai Rindu ialah Lebaynya kagak ketulungan.

Yang terakhir adalah Rindu, Rindu orangnya sedikit diam, gak pernah belajar dihadapan kawan, selalu terbuka sama keempat temannya tapi sebenarnya tertutup, Selalu berusaha menjalankan amanah yang diberikan ke dia, Berprinsip JUJUR tapi suka bohong, pada awalnya Rindu terlahir dari keluarga yang berkecukupan. Namun, karena orang tuanya terlambat punya anak. Ketika kuliah, kedua orang tuanya sudah tua n gak pantas lagi untuk cari nafkah. Jadi, Rindu sekarang seorang gadis yang serba kekurangan. Siang hari Rindu harus kerja ketika tak ada kuliah, n malam harinya Rindu mengajar Private di lingkungannya.

Keadaan seperti itu sering membuat rindu lemah, namun keempat kawannya itu tak pernah sedikitpun tau akan dilema Rindu. Karena keempat kawan Rindu hidup serba berkecukupan. Rindu tak pernah menampakkan kesedihannya di depan kawan-kawan. Padahal, terkadang didalam tawa rindu bersama kawan-kawannya Rindu harus memikirkan ongkos untuk kuliah esok harinya.

"Masih adakah tawa ini dirumah nanti?" Lirih rindu.

Ketika tiba dirumah, rindu selalu menemui orang tuanya yang selalu membicarakan masalah pinjaman uang. Lama-kelamaan terpintas sekilas rindu ingin menyudahi kuliahnya, namun impiannya untuk mengumrohkan ibu dan ayahnya, keliling dunia, memakai jilbab lebar dilautan sungai nil sambil mengenakan kimono yang membuat rindu bertekad untuk tetap kuliah. Meskipun mimpi itu susah, namun rindu yakin Allah akan selalu memberikan yang terbaik untuknya, walaupun yang terjadi adalah sebaliknya.

Umph....!!!

"Apa yang mesti aku lakukan?". tanya RIndu dalam hati. Akhirnya... Dengan berdiri tegap menghadap cermin, tangan kiri diletakkan didada dan tangan kanan dikepalkan kemudian di angkat hingga membentuk sudut lancip.

"Saya....! Rindu,..! Rindu Nostalgia ....! Curup, 2 April 1991, dengan ini berjanji akan tetap Semangat, tetap berjuang untuk meraih Mimpi, Kuatkan personality, Lawan rasa takut, Kendalikan alam bawah sadar, kuatkan azzam, persepsi diri terhadap diri, Harus punya harapan, dan teguhkan keyakinan. Saya akan Mewujudkan semua mimpi saya......!!" Ingat itu........!!!!

Dengan bergulir air mata, rindu mengucapkan janji mimpinya itu. Hingga akhirnya terduduk sambil menatap diri dicermin.

"Wajah ini yang akan memberikan semangat pergerakan...!"

"Mata ini, yang akan membantu menunjukkan jalan mana yang akan dipilih..!

"Air mata ini yang akan meneteskan puncak kemenangan..!

"Darah ini, yang akan menggoreskan kejayaan..!"

"Dan.....

"Dengan semangat ini, akan ku taklukkan Dunia...!!!

Dengan nada meyakinkan, seperti orang setengah waras. Rindu begitu antusias terhadap Mimpinya. Semoga saja tidak menjadikan makhluk ini menjadi stress beneran. Amien...

****

Huaaaaaaa............!!! "Pagi ini cerah sekali", sapa rindu. Rindu kembali menjalankan kegiatan rutinnya, yaitu kuliah. Gadis periang ini selalu pergi dengan perasaan yang ceria dan tak lupa senyum manisnya menghiasi perjalanan hari-harinya. Menurut rindu, kuliah merupakan hal yang sangat menyenangkan dan sangat disukasinya. Karena rindu mempunyai teman yang super unik, yang tak pernah membuat rindu kelihatan bersedih. Persahabatan rindu dan keempat sahabatnya dimulai dari sebuah perlombaan madding 3 dimensi yang diadakan oleh universitas mereka. Dan kemudian berlanjut kepada lomba-lomba yang lain. Mereka berlima sangat lah menyukai berbagai perlombaan, karena mereka mempunyai keahlian yang berbeda dan unik. Pernah suatu kali, mereka berlima sama-sama mengikuti perlombaan, ada yang lomba fotografi, artikel ilmiah dan debat. Tapi sayangnya, hanya rindu lah yang tidak berhasil meraih piala dalam perlombaan itu. Rindu ikut tersenyum melihat keempat temannya berhasil meraih piala, dan orang yang kelihatan sangat bahagia karena sebuah kemenangan adalah rindu pada saat itu. Meskipun dia kalah. Teman-teman rindu sangat sedih karena rindu sendiri yang tidak menang, tapi kesedihan itu tak terlihat karena melihat tawa rindu yang sangat bahagia. Mereka berlima adalah sahabat yang saling manyayangi.

Pukul 18.00 Wib rindu pulang dengan diantar oleh temannya Wirdha. Buka pintu rumah, tekan pintu kamar, "beuhhh,,....! Lelahnya diri ini". Lirih rindu. Seperti sore-sore biasanya, rindu kembali menemui bayang dirinya dalam cermin terbesar yang terletak di sudut kiri pintu kamar. Rindu mempunyai seorang sahabat lagi dikamarnya, yaitu bayangan yang ada di cermin itu. Rindu selalu berkomunikasi dan memotivasi dirinya lewat sebuah cermin.

Suasana bahagia di kampus, tidaklah sama dengan suasana rindu ketika dirumah. "Hari ini aku gagal lagi....! Mereka mampu menang, diantara kami orang yang satu-satunya kalah adalah aku". tegas rindu kepada makhluk dalam cermin. Rindu sangat sedih sekali , air matanya jatuh membuat pipi yang kemerah-merahan itu menjadi lusuh. Bayangan didalam cermin pun ikut merasakan kesedihan rindu, sehingga ikut menangis. "Rindu, kau bukan tidak bisa seperti mereka. Yang kau butuhkan adalah kepercayaan diri". gerutu rindu. Sahabat yang ada dalam cermin itu selalu mengikuti kata-kata dan tingkah rindu. Selain menulis di diary, rindu sangat senang berbicara dengan dirinya di cermin. Disekeliling cermin itu dipenuhi oleh tempelan-tempelan kata motivasi yang selalu dibaca dan diiringan oleh makhluk dalam cermin.

****

Seperti biasa, dengan senyum terindah rindu kembali menjalani aktivitas-activitas rutinnya.

Pulang dari kegiatan itu, rindu menatap kembali dirinya di cermin persegi panjang yang ada dikamar. Sedikit tersenyum , menatap wajah lusuh berbentuk oval. "Rindu, ni wajah milikmu..! wajah mulus rindu, melontarkan senyum tipis. Dan kembali makhluk di dalam cermin itu mengikuti gerak-gerik rindu. Dengan sedikit semangat, rindu membaca sebuah tulisan tertempel di sudut kanan atas cermin itu. Tulisan itu rindu dapat dari Training Motivation UMB beberapa bulan lalu. "Hemph.....!"

"Hari ini adalah permulaan

Dari hari-hari yang telah ku lalui

Tuhan telah mengkruniakan hari ini

Untuk dipergunakan sebagaimana aku mau

Boleh kusia-siakan , atau tumbuh dibawah sinar-Nya

Dan memberikan pelayanan kepada orang lain

Tetapi yang kulakukan

Pada hari ini adalah sangat penting

Kerena aku telah menukarkan

Sehari hidupku dengan-Nya

Bila esok menjelang

Hari ini akan pergi selamanya

Aku berharap aku takkan menyesal

Dengan harga yang telah ku bayar untuk-Nya"

"Bayangku dalam cermin, engkaulah dunia mayaku, selalu setia mengikuti gerak-gerikku, ku bangga masih bisa melihatmu, jika suatu saat nanti ku tak mampu melihatmu lagi, berarti ku sudah tak ada lagi disini, dan akan ku gantikan orang lain dengan posisiku". Makhluk dalam cermin itu, selalu mengikuti apa yang dilakukan rindu, mulai dari tersenyum, menangis, lusuh, berbicara, dan semuanya.

Seketika, badan rindu terasa lemas, mata sayup, tangan mulai tak dapat digerakkan, sedikit demi sedikit tak ada suara lagi. Makhluk dalam cermin juga melakukan hal yang sama, rindu terjatuh.

Sang Ibu dan Ayah rindu, sempat kaget. "Ada apa dengan rindu?". Tanya Ayah.

"Ayo Cepat..!, kita bawa ke Rumah sakit !, perintah Ayah rindu,

ibu rindu langsung berkeliling kerumah warga untuk mencari bantuan agar dapat mengantar rindu kerumah sakit.

"Alhamdulillah, ! lirih ibu rindu karena mendapatkan pertolongan. Rindu langsung dibawah kerumah sakit .

"Ibu, Bapak, anak anda terkena Hepatitis, kami akan berusaha menolongnya, Kalian tidak usah khawatir, insya Allah rindu baik-baik saja". kata dokter

"Pak dokter, tolong selamatkan anak kami? Dialah satu-satunya harta yang sangat berharga yang kami miliki. Dialah harapan kami, dialah hidup kami, dia permata hati kami, dan dialah hiasan hidup kami". Pinta Ayah rindu dengan nada memelas.

Ayah dan ibu rindu segera menghubungi keempat sahabatnya. Tapi sayang mereka berempat sedang tidak berada di kota Raflesia ini. Ata n Chia sedang menjalankan misi tuk mengelilingi Indonesia, mereka sama sekali sengaja tuk tidak membawa HP. Wirdha sedang mudik ke Rote tanah kelahirannya sedangkan Asti sedang mempersiapkan pernikahan kakaknya yang ada di Jakarta. Semuanya tak ada yang dapat dihubungi. Kepergian keempat sahabatnya itulah Mungkin salah satu penyebab rindu sedikit terpukul, karena tak mampu seperti sahabatnya dan tak mampu memperoleh kebahagiaan yang lebih.

****

Rindu tersadar, kemudian bangkit. Segera ia mencari sebuah cermin. Butiran itu kembali menetes, betapa kagetnya rindu ketika bayangan itu tidak mengikuti gerak-gerik rindu. Bayangan itu, hanya berdiri dan tersenyum tipis. Tanpa sedikitpun mengikuti, rindu mulai gelisah. Ada apa dengan aku??, aku belum siap mati, aku belum siap mati, aku belum siap matiiiii....!!! Ibu, ..!! Ayah,..!!!! aku mencintai kalian....!!! Rindu langsung menoleh ke kiri, ke kanan, kedepan, dan kebelakang tak ada siapapun. Hanya rindu yang sedang berdiri di hadapan cermin dalam ruangan 10x20 meter itu. Ibuuuuuuuuuuuuu.......!!!!!!!!!!!!, aku mencintaimuuuu...!!!!, aku belum siap matiiiii....! Jerit Rindu berulang kali.

"Rindu.....Rindu......Rindu,....." panggil ibunya. Sadar nak?? Kamu belum mati??"Ucap ibunya.

Kamu Cuma mimpi buruk nak," tambah ayah.

"Ayah, Ibu, Rindu tak mau berpisah dengan kalian. Jangan tinggalkan rindu, rindu sangat mencintai kalian. Ayah dan ibulah penyemangat Rindu. Tangis rindu sambil memeluk ibunya.

"Iya, nak. Kita akan selalu bersama. Rindu juga jangan tinggalkan ayah dan Ibu ya?? Karena engkaulah Harta berharga yang kami punya".

"Kata dokter, sore ini kita sudah boleh pulang. Ibu akan segera bersiap-siap. Kamu jangan sedih lagi yach " Pinta Ayahnya.

"Siap Komadan.....!!! tegas Rindu sambil tangan kanannya diletakkan di pinggir kening yang mulus.

"gitu donk...! Goda ayah.

Beberapa menit kemudian, rindu dan kedua orang tuanya pulang dengan menggunakan angkot, keluarga ini tak mempunyai kendaran pribadi. Jadi, kemanapun mereka mesti mempersiapkan ongkos.

Setengah jam perjalanan mereka sudah sampai dirumah, karena jarak Rumah Sakit tidaklah terlalu jauh dari rumah rindu. Rindu merasa senang bias kembali lagi ke istananya, meskipun rumahnya tidak terlalu besar. Tapi, cukup nyaman.

Rindu segera memasuki kamar tercinta, tak lupa kehadiran rindu dikamar disambut sebuah Cermin di dekat pintu kamar. Rindu tersenyum melihat cermin itu, ternyata makhluk dalam cermin masih mengikuti gerak-gerik rindu, dalam artian masih ada banyang rindu di benda itu. Tapi, lama kelamaan bayangan ini itu mengabur, sehingga lama-kelamaan hilang. Rindu kaget, "bayang ku mana?", aku tidak lagi mimpi kan?? Kemana bayang ku dicermin ini? Aku masih hidup kan? Yah...aku masih hidup. Tapi, kemana makhluk dalam cermin ini?? Tidak mungkin hilang....ini cermin, bukan kaca....!!! Tegas rindu. Mata rindu mulai terasa kabur, Rindu sesegera mungkin istirahat, merebahkan tubuhnya di kasur kesayangan. Kepala rindu terasa pusing kembali, suara semakin kedengaran kecil. Hingga benar-benar hilang.

"Rinduuuuuuuu.....!!!Jerit ibunya

"Jangan tinggalkan ibu dan Ayah nak, kitakan sudah berjanji untuk bersama, kamu juga sudah berjanji untuk tidak meninggalkan kami, tapi mengapa engkau pergi? Mengapa? Sesal ibunya.

"Kamu lah permata kami, hidup kami. Jika kamu tak ada, untuk apa kami hidup?? Tak ada kebahagiaan lagi yang kami punya, Rinduuuu....!!! Jerit ibunya kembali.

Ayah rindu hanya bisa menangis pilu, memandangi sang ibu yang sedang memeluk si buah hati semata wayang, yang sekarang telah pergi tak kembali. Tak ada yang bisa sepasang suami istri ini lakukan, kecuali mendoakan belahan jiwa mereka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun