Mendokumentasikan kisah nyata 5 org remaja yg berasal dari 5 daerah terpisah, Mereka punya kesamaan: sama-sama cerdas, sama-sama bercita-cita tinggi, sama-sama berasal dari keluarga kurang mampu, dan sama-sama mengimpikan dapat melanjutkan sekolah ke tingkat SMA, makanya mereka berjuang untuk bisa mendapat beasiswa agar dpt melanjutkan sekolah ke tingkat SMA. Bagi keluarga mereka yang tergolong prasejahtera, bersekolah adalah sebuah kemewahan, sayangnya, baik keluarga maupun si anak seringkali memiliki pola pemikiran “Tidak sekolah pun tidak apa2 asal bisa bantu2 kerja di rumah”. Melalui film dokumenter ini, Nia Dinata dgn sukarela menyalurkan talentanya untuk mengangkat issu ini di tengah berkembangnya skeptisme masyarakat kita terhadap dunia pendidikan.
Sorotan pertama ke seorang anak perempuan berbadan tambun bernama praptaning budi utami, kita diperlihatkan nuning beserta seluruh 5 anggota keluarganya sedang menjalankan solat di sudut ruangan kotak yang sempit, belum layak disebut home sweet home, sambil bercerita orang tuanya mencari nafkah dengan berjualan cilok & keripik singkong yang sudah dijalani kurang lebih 1 setengah tahun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga dan membiayai pendidikan sekolah ke-4 org anak2nya, disini nuning berujar dengan polos namun berani kalau dia bercita-cita ingin menjadi seorang dosen, tapi dia sadar dan bingung mengingat kondisi ekonomi keluarga yang pas2an melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengahpun tidak bias ia nikmati, tapi secercah harapan datang, ternyata disekolahnya sedang mengadakan program beasiswa yang diadakan oleh putra sampoerna foundation, diapun bertekad untuk bisa ikt serta dgn teman2 yang lain agar suatu saat nanti bis naik bisa sekolah & mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Teman kita yang kedua aang kunaifi si kocak dan banyak gaya ^_^, tinggal hanya berdua dengan ibunya setelah ayahnya meninggal, aang bangga sekali dengan perjuangan ibunya yang seorang diri bekerja berjualan di pasar untuk membiayai pendidikan sekolahnya, aang bercita-cita menjadi “sesuatu” yang tidak tanggung-tanggung untuk mencapainya dan sungguh sangat memperlihatkan keberanian yang setinggi langit, yaitu diplomat , disini saya takjub dengan cerita aang yang berujar kalau rumah sederhana yang ia tempati skrng adalah hasil jerih payah ibunya pernah pernah bekerja sebagai tkw di arab Saudi membangun rumahnya berdua dengan sang suami tanpa bantuan kuli bangunan, aang tinggal di kota kecil yang mungkin akses informasi pun masih kurang, tapi dia tidak menyerah begitu saja, memiliki minat belajar bahasa yang tinggi, aang yang merupakan juara bercerita dalam bahasa inggris ini mengasah keterampilannya berbahasa inggris dengan gemar & rutin mendengarkan radio voice of America, sesuatu yang membuat saya gemetar & mengelus dada untuk perjuanganmu aang.
Mari kita beralih ke teman kita bernama octafika adinda putri, perempuan kalem yang originalitas sendiri ^.^, panggil dia dengan octafika, sebagai seorang kristiani dia beserta keluarga rajin ke gereja untuk mengikuti kebaktian rutin, disini pula dia bisa menyalurkan bakat bermusiknya yang dipelajari secara otodidak, ayah yang hanya seorang satpam dan ibunya yang bekerja sebagai ibu rumah tangga biasa tentunya untuk melanjutkan pendidikan octa ke jenjang selanjutnya membuat orang tuanya wanti-wanti apabila octa tidak lulus tes beasiswa sampoerna foundation harus memiliki strategi lainnya demi octa bisa duduk di bangku sekolah menengah.
Rahmatilah tinggal di pulau kecil di ujung timur pulau jawa Madura, pulau sapudi terkenal di dunia karena populasi sapinya yang lebih banyak dari populasi manusianya , profesi ayahnya hanya sebagai nahkoda kapal laut kecil tentu pendidikan berkualitas menjadi barang mahal untuk rahmatillah, lanjut atau tidaknya dia sekolah pun masih merupakan tanda tanya, rahmatillah lalu mendengar kabar kalau disekolahnya sedang dibuka pendaftaran beasiswa sampoerna foundation, tanpa keraguan & tekad baja dia pun bersedia mengarungi lautan & daratan selama belasan jam untuk singgah di kota malang tepatnya di smu negeri 10, tempat tesnya diadakan,
Cahya yang mempunyai rasa PEDE yang tinggi & berani ;), kenapa? Dia tidak akan segan2 berdialog dengan penonton menggunakan bahasa inggris gado2 logat jawa, atau campur-campur dengan bahasa Indonesia ^_^, cahya tinggal bersama orang tua dan 5 org kakaknya, orang tuanya berprofesi sebagai tukang jamu gendong, kesehariannya dia akan membantu orang tuanya meracik bahan rempah-rempah pembuatan jamu, di waktu lain dia turut membantu kakak laki-lakinya yang tunawicara untuk memisahkan sampah plastik di rumah. Cahya sangat bersyukur sekali dengan keadaan ekonomi keluarganya, orang tuanya masih mampu membiayai sekolahnya ke 5 org anaknya. Sambil memilah-milah sampah, cahya berujar; “Pesan orang tuaku kita harus pandai-pandai menilai yang baik dan yang buruk serta jangan lupa untuk selalu bersyukur”, sudah menjadi cita-cita cahya agar bisa melanjutkan sekolah di smu 10 malang, ingin sekali rasanya bisa membaca ratusan buku di perpustakaan yang besar ini.
Pengambilan gambar kedua penonton melihat perjuangan ke 5 teman-teman kita dalam menempuh ujian tersebut, tahapan tes demi tes mereka lalu dengan susah payah, dari mulai tes akademik tertulis, tes diskusi panel dan tes wawancara, yang paling lucu saat aang beraksi di depan bapak & ibu pewawancara melakukan story telling, polos, seadanya, namun atraktif dan menghibur. Dari tes inilah panelis & panitia bias menilai kemampuan, karakter & kesiapan anak-anak didiknya untuk menjadi “INDONESIA’S FUTURE LEADER”
Pengumuman kelulusan pun tiba, dari kurang lebih 3.000 org peserta yang mengikuti tes beasiswa sampoerna foundation ternyata kursi sekolah menengah atas yang disediakan hanya untuk 1500 org, masing-masing teman kita mencari informasi lulus tidaknya mereka, ada yang melihat Koran, akses internet di warnet, kegembiraan serta haru diperlihatkan oleh keluarga cahya di rumah, kakak-kakaknya menyalami & memeluk adiknya yg akhirnya bisa melanjutkan sekolah, yang cukup mengejutkan & membuat gregetan adalah kenyataan bahwa Rahmatillah tidak bisa merasakan euphoria kelulusan ini dengan teman-teman yang lain, setelah melihat ternyata namanya tidak ada dalam list penerima beasiswa tersebut di koran, sedih melihat rahmatillah mencoba tetap tersenyum dan wajah orang tuanya yang muram, tapi pak guru memberi motivasi bahwa masih banyak jalan lain untuk bisa lanjut sekolah dengan kerja keras, berusaha & berdoa kepada tuhan yme, disini kita diberi awakening alarm kalau masih banyak rahmatillah-rahmatillah lainnya, teman-teman dari keluarga prasejahtera yang berprestasi yang sangat membutuhkan “beasiswa” untuk bisa melanjutkan pendidikan sekolahnya….
Hasil dari obrol-obrol dengan mba nia & mba nila dari Sampoerna Foundation;
1. Putra Sampoerna Foundation tahun ini akan membuka Sampoerna Academy di pulau Bali & Sumatera.
2. Pemilihan 5 orang remaja yang menjadi protagonist di film ini terpilih dari 5 essay terbaik dari 3000 essay peserta lainnya.
3. Setelah lulus bangku sekolah menengah atas, para anak-anak didik sampoerna tetap akan melanjutkan kuliah di sekolah bisnis (Sampoerna School of Businnes) & sekolah pendidik (Sampoerna School of Education) yang sudah disiapkan oleh pihak Sampoerna Foundation
4. 2 pilar penting yang dijunjung tinggi oleh Sampoerna Foundation:
1. Menciptakan lapangan pekerjaan lewat pengembangan sikap enterpreuner
2. Menciptakan pemimpin-pemimpin bangsa yang berkualitas lewat pendidikan
5. Bagaimana nasib Rahmatillah & teman-teman lain yang tidak lulus seleksi penerima beasiswa Sampoerna Foundation? Jangan khawatir, lulusan-lulusan sampoerna academy banyak yang meneruskan perjuangan Sampoerna Foundation untuk membuka akses pendidikan dengan cara yang berbeda….
Pendidikan Untuk Siapa?
(Doni Swadarma)
Pendidikan, apa khabarmu hari ini?
Di tengah silih bergantinya istilah hebatmu CBSA, KBK, KTSP entah apa lagi nanti
Namun masih terasa ganjalan di benakku
Untuk siapakah engkau dinikmati?
Upik pengamen cilik, Ni’an tukang asongan, Topan preman prapatan
Mereka bukan anak sekolahan
Mereka punya sebuah mimpi,
mimpi yang sederhana : bisa makan setelah kecapean
Sementara itu ….di sekolahnya orang-orang penting
Yang tarifnya bikin kepala pusing
Michele, David dan Tobing asyik browsing sambil outting
Fasilitasnya lengkap ada yang backing
Selesai sekolah mereka kuliah
Di kampus tercinta dambaan semua
Bukannya cerdas akal dan jiwa
Bullying dan kekerasan malah mewabah!
Setelah lulus, mereka bekerja
Menjadi Menteri, direktur, birokrat, politisi atau pengusaha
Tapi mengapa bukannya membangun negeri tercinta
Sudah berpenghasilan tinggi, masih korupsi juga!
Aku bingung aku resah
Dimanakah letaknya salah
Sudah sekolah sudah kuliah
Keluar-keluar kok malah jadi lintah
Kami yang ada di sini
Cuma bisa jadi pemimpi
Bermimpi sepuas hati
Setelah bangun menangis lagi
Bukan itu yang kuharapkan
Pendidikan murah yang kuinginkan
Pendidikan yang bisa merubah
Semua kezholiman menjadi keadilan!
*Dengan pendidikan kita bisa memutuskan rantai kemiskinan, dengan pendidikan tidak ada lagi orang-orang Indonesia yang harus mencari nafkah dengan menjadi tenaga kerja di luar negeri,, dengan pendidikan pun Indonesia bisa menjadi bangsa