Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Mensyukuri Nikmatnya Sakit

30 Mei 2014   17:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:56 175 0

Alhamdulillah, sejak Sabtu (24/5/2014) Allah, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Penyayang, memberikan kenikmatan yang luar biasa kepada saya. Melengkapi aktivitas rutin sebagai kepala keluarga yang mesti ihtiar untuk mengais nafkah, Allah memberikan kesempatan lebih kepada saya untuk memperbanyak zikir, minimal bilqolbi wallisan. Sebuah laku ilahiyah untuk makin mendekatkan diri kepada-Nya. Sebuah laku ilahiyah untuk muhasabah atas segala amaliyah dan ibadah, baik yang teraplikasi lewat gerak hati, pikiran, sikap, maupun tindakan fisik selama ini. Sebuah laku ilahiyah untuk berbenah diri menuju kondisi yang lebih baik. Sungguh, ini kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan.


Atas kehendak Allah, Tuhan yang di tangan-Nya tergenggam kuasa tak terhingga, saya diberi karunia berupa sakit di bagian pinggang. Sejak, Sabtu pagi kemarin, pinggang saya terasa nyeri. Tambah lama rasa nyeri itu makin menjadi-jadi, hingga bagian tubuh ini susah digerakkan. Bisanya hanya nggeletak di atas kasur. Kalau sudah ambil posisi terlentang, sulit berganti ke posisi lain, semisal miring, apalagi duduk atau berdiri. Demikian juga sebaliknya. Subhanalloh.


Saya mencoba khusnudlon atas apa yang Tuhan takdirkan kepada saya. Saya yakin, ada skenario terindah yang Tuhan rancang buat saya. Karena itu, buat saya, ini kesempatan memperbanyak laku batin sebagai penyeimbang atas dominasi laku lahir (fisik) dalam keseharian, baik untuk urusan pekerjaan di kantor, di rumah, dalam sejumlah komunitas sosial dan forum-forum silaturrahim yang praktis menguasai diri saya. Saatnya mengistirahatkan raga yang telah banyak terforsir.

Maka, kalimah-kalimah toyyibah pun meluncur dengan derasnya. Sambil menahan rasa nyeri di pinggang dan mencoba mengalihkan rasa itu sebagai sesuatu yang layak dinikmati dan memang bisa dinikmati, rajutan mutiara istighfar, tasbih, tahlil, takbir, tahmid, dan varian zikir lainnya dengan enteng menyembul di lisan dan gerak hati. Putaran rangakaian tasbeh sebagai media peraga juga bergerak otomatis mengikuti pilinan jemari. Sesekali ayat-ayat al Quran yang saya hafal juga meluncur dari bibir ini.

Praktis, seharian kemarin raga yang nista ini tergolek di atas kasur. Saya mencoba menikmati apa yang tengah menimpa pinggang saya seraya berdzikir kepada-Nya. Rasa nyeri yang menyergap coba saya nikmati dengan mengalihkan persepsi ke pikiran, bahwa nyeri itu bukan sesuatu yang menyiksa dan mesti dikeluhi. Tetapi, pikiran saya harus bisa memersepsikan, bahwa apa yang menyerang pinggang itu sesuatu yang positif dan bisa dinikmati, seperti ketika kita tengah melahap makanan yang lezat.

Ihtiar Medis
Selepas salat Isyak yang hanya bisa saya tempuh dengan berbaring (ngleyeh), saya lakukan ihtiar medis. Ini upaya lumrah yang mesti saya lakukan untuk mengakhiri rasa nyeri dan membuat tubuh bisa bergerak leluasa. Dengan menahan sakit, ditemani istri dan si bungsu Alya Nur Mufidah, saya menuju Klinik Kamilah di perum GKGA Gresik yang cuma berjarak sekitar 100 meter dari rumah kami. Setelah mendaftar di bagian administrasi, saya dipersilakan menuju ruang dokter. Begitu tangan kanan saya mengetuk pintu dan membukanya, senyum manis tersembul dari perempuan muda nan cantik untuk menyambut kedatangan kami. Dialah dokter muda usia (saya prediksi usianya belum genap 30 tahun) yang akan melayani saya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun