Aku mengingatnya. Seraut wajah kecil, menyeringai di balik jendela dengan sepasang mata yang menatapku dengan tajam. Kedua telapak tangannya yang mungil menempel di kaca jendela, sesekali sepasang bola matanya melirik seolah mengawasi seisi ruangan di mana aku duduk pada salah satu kursi tamu, sendirian. Aku dapat melihatnya dengan jelas, bocah bertelanjang dada yang menatapku dari balik jendela.