Sebuah pemandangan yang lumayan bisa melarutkan penatku. Masih seperti biasanya, sebuah hp butut senantiasa setia di tanganku. Memanjakan mataku dan mengajaku berimaginasi dengan spasi. Ah, lagi-lagi ingin kutiliskan sebuah puisi disini. Sebab mau menulis apalagi selain puisi, hanya puisilah yang sanggup mewakili perasaanku yang sering berganti-ganti. Artikel, reportase, ah, itu sangat jauh dari kemampuanku. Aku orang yang tak begitu tahu tentang cara menulis yang baik dan benar, apalagi bisa bermanfaat bagi orang banyak. Maklumlah gembel trotoar, bisanya cuma berkoar melalui puisi, itupun mungkin tak begitu sedap tuk dinikmati.
Tak terasa sudah hampir dua tahun aku disini. Entah sudah berapa ratus lusin cangkir kopi dan teh manis yang sudah kuteguk sambil memainkan jemari ini. Itupun hanya berupa puisi dan ceracau yang sama sekali tak menginspirasi rekan-rekan disini. Entahlah, mungkin kemampuanku hanya sebatas itu, apalagi untuk menulis sebuah buku, rasanya itu hanya sebuah mimpi di alam mimpi bagiku. Mengamen dan menjadi pedagang asongan sepertinya lebih layak bagiku. Sastrawan, hahaha, tidak tidak, apalagi itu. Karena menginjakan kaki di kampus, hanyalah sesuatu yang teramat mustahil bagiku.
Hujan sudah menggerimis dan tehku sudah mulai dingin. Sebuah puisi belum juga kuhasilkan. Aku hanya bisa menikmati beberapa tulisan teman-teman yang beberapa temanya sama saja. Dan entahlah, sudah tiga tahun usiamu duhay kompasiana. Problema teknis masih saja terkadang membuatku mencopot kaus kaki dan kuletakan menutupi gadged ini, belum lagi alibi-alibi yang arahnya memancing emosi. Tapi entahlah, aku cuma gembel trotoar yang jauh dari yang namanya pintar.
Jalanan semakin becek saja, hampir menyamai banjir. Mau pesan kopi dulu, sebelum kuobral suara gitarku.
Selamat ngopi
bvb