Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Singosari dalam Roman Picisan

14 Juli 2011   04:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:41 150 3
'' Nama saya Ken Arok, ya saya Ken Arok.

Ucap seorang pemuda kepada sosok wanita bertubuh sintal berparas ayu. Wanita itupun membalas dengan senyuman khasnya yang menggoda.

'' Saya Kendedes...

Sahutnya sambil mengulurkan telapak tanganya. Seketika itu terasa bedesir seluruh aliran darah sang pemuda tampan, matanya tak henti-hentinya menjelajahi setiap inci lekuk tubuh wanita di hadapanya. Perasaanya bergetar hebat seketika, gairah lelakinya seolah-olah tertarik medan maghnit yang begitu kuatnya.

Kemudian mereka duduk berhadapan, mata pemuda itu masih belum ingin lepas menelanjangi sosok bidadari di hadapanya. Nampak indah dan sempurna ketika wanita itu menyilangkan kaki kirinya yang bertumpu diatas kaki kananya, dengan balutan rok mini nampak begitu indah dan mulus bentuk paha yang begitu kencang. Nafas pemuda itu kian tak terkendali lagi ketika sosok dihadapanya menatapnya semakin genit, bentuk bibir yang merekah dengan sorot mata yang tajam dan nakal.

'' Silahkan di minum mas.

Ucap wanita itu mencairkan kebekuan suasana, pemuda itupun mencoba mengatur sikapnya seketika.

'' Boleh saya merokok ?
'' Saya juga merokok Mas, silahkan...

Ken Arok masih terbius oleh suasana di hadapanya, walau sebatang rokok telah dia nikmati, namun sosok dihadapanya membuat naluri lelakinya semakin tak terkendali saja.

'' Sebenarnya niat saya kesini hanya tuk mengetahui keadaan Nyai saja, saya di perintahkan oleh tuan tuk menjaga Nyai.

'' Ooo...terus tuan sedang berada di mana sekarang, pasti sedang asik dengan istri-istri barunya ya, hmmm...

'' Tidak Nyai, tuan sedang mengurus proyeknya di Jawa Tengah, jadi tujuan saya kemari untuk menjaga keselamatan Nyai, itu saja.

'' Oh ya, wuah saya sangat senang di jaga oleh pemuda setampan kamu si...oh ya siapa tadi ?
'' Ken Arok Nyai.
'' Oh ya Ken Arok, maklumlah aku terpesona melihat ketampananmu Arok.

Ken Arok hanya diam saja, ternyata bukan dia saja yang terpikat oleh kecantikan Kendedes, namun ternyata ada angin segar yang begitu menyejukan perasaanya seketika.

'' Kok diam, pasti lagi menghayal tentang aku ya...

Arok terkejut di buatnya, dia hanya sanggup tersenyum, rupanya wanita di hadapanya mulai mengetahui gelagatnya.

'' Ya Nyai, kamu begitu cantik dan luar biasa, sangat di sayangkan suamimu sering meninggalkanmu sendirian.
'' Ha ha ha ha...Arok Arok, kamu memang pandai juga ternyata ngegombal ya...
'' Achh, tidak juga, aku hanya mengutarakan yang sebenarnya.
'' Sudahlah, yang jelas kita nikmati suasana hari ini, silahkan di nikmati kopinya.

Suasana pertemuan yang begitu mengesankan buat sosok pemuda keras seperti Arok, semula dia tidak pernah merasa begitu tergoda oleh wanita-wanita disekitarnya, namun entah kenapa ketika bertemu dengan sosok di hadapanya dia seakan-akan di buatnya mabuk kepayang.

*****
Sama halnya yang telah dialami Ken Arok, wanita bersuami itupun merasakan gejolak hati yang luarbiasa dari sebelumnya. Namun dia bisa menyimpan semua ketika bertemu Ken Arok. Hari-harinya yang semula biasa saja kini telah berubah, perasaan rindunya semakin tak terkendali saja, hanya ada bayangan Arok dibenaknya saat ini.

'' Achh, apa yang telah terjadi kepadaku ?! Gumamnya dalam hati.
'' Suamiku, apakah aku harus meninggalkanmu, hmmm...sepertinya aku lebih merasa bahagia bila dengan seseorang yang senantiasa ada di sampingku, walaupun sederhana.

Diapun berpikir sejenak tuk menemui Arok di seberang tempat tinggalnya. Namun sebelum dia melankah keluar ternyata pemuda itu telah berada di teras rumahnya.

'' Arok, ada apa malam-malam begini di teras rumahku ?
'' Aku tidak bisa tidur Nyai, bolehkah aku berbicara sesuatu kepadamu.

Wanita itupun mempersilahkan pemuda lajang itu duduk di kursi terasnya. Raut wajahnya penuh dengan kerinduan yang teramat besar, namun dia berusaha tidak menunjukanya kepada Arok.

'' Nyai, aku menyukaimu...ungkapnya sedikit terbata-bata.
'' Benarkah Arok...?!
'' Benar Nyai, aku mungkin telah jatuh hati kepadamu.

Kendedes hanya sanggup menatapnya, hanya sorot matanya yang sanggup berbicara saat itu, sedikit berkaca-kaca dan kemudian diapun harus membalas ungkapan pemuda dihadapanya itu.

'' Arok, aku telah bersuami, dan aku adalah istri dari tuanmu sendiri, tapi Arok, akupun merasakan sama seperti yang telah kamu rasakan.
'' Aku mengerti Nyai, tapi aku tidak harus memaksamu tuk membalas cintaku.
'' Apa yang kamu harapkan dari wanita yang telah bersuami sepertiku arok, kamu seorang lajang, wajahmu tampan, mungkin masih banyak gadis cantik yang menyukaimu...
'' Tidak Nyai, aku hanya terpikat padamu, entahlah Nyai, perasaanku tidak sanggup kusimpan lebih lama lagi.
'' Baiklah Arok, akupun juga telah menyimpan perasaan ini semenjak hari itu, tapi aku terus mencoba menepisnya, karena aku sadar siapa diriku.

Suasana malam itu begitu mengahrukan, sepasang insan saling mengutarakan sebuah perasaan yang sama, namun was-was menjadikan mereka seolah-oleah risau dan takut. Rasa bersalah terus bergelayut di kedua belah pihak bersama rindu yang selalu bergejolak setiap saat.

-------sekian aja deh--------
sebuah cerita dari sejarah percintaan Ken Arok dan Kendedes yang sengaja saya rekayasa, mohon maaf bila banyak kekeliruan, karena saya hanya ingin menyampaikan dengan cara yang berbeda.

selokan banjarbaru pada 14 juli 2011
by
bvb

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun